Cahaya Nusantara Itu Adalah Nahdlatul Ulama (NU)
NU CILACAP ONLINE – Masih selalu ingat, dulu waktu aku masih kecil, almarhum abahku seringkali “mendongeng” tentang hebatnya orang-orang sholeh di masa lalu. Mulai dari kisah-kisah walisongo sampai ulama-ulama pada zaman kemerdekaan dan pasca kemerdekaan.
Selalu saja aku merasa kagum mendengar kisah keteladanan orang-orang sholeh pada zaman dulu. Bagaimana para ulama pada zaman pra kemerdekaan melakukan syiar agama di bawah tekanan para penjajah, bahkan tidak sedikit ulama dan kaum santri yang ikut angkat senjata melawan penjajah. Bangga dan haru rasanya.
Semangat patriotisme beliau-beliau aku pelajari dari guru terbaikku dari rumah, yaitu abahku. Abahku memang hanyalah seorang kyai kampung yang tiap hari menghidmahkan hidupnya untuk melayani umat, tidak kenal waktu, tidak kenal lelah. Disamping aktivitas beliau sebagai seorang pendidik di sekolah dasar.
Dari sekian kisah yang abahku “dongengkan” padaku, yang kemudian aku juga membaca dan mempelajari dari beberapa referensi, ada sebuah kisah yang bagiku sangat menarik, yaitu kisah para ulama-ulama pendiri Nahdlatul Ulama.
Nahdlatul Ulama merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia, yang lahir 95 tahun silam, tepatnya tanggal 31 Januari 1926. Beberapa Ulama penggagas berdirinya Nahdlatul Ulama adalah K.H. Wahab Chasbullah, Hadlratussyekh Hasyim Asy’ari dan KH Mas Mansur. Jauh sebelum tahun 1926, KH Wahab Chasbullah bersama KH Mas Mansur sudah merintis berdirinya Nahdlatul Wathan yang artinya “kebangkitan tanah air” pada tahun 1914, seperti yang ditulis Ahmad Zahro dalam buku Tradisi Intelektual Nahdlatul Ulama: Lajnah Bahtsul Masail 1926-1999 (2004).
Dari awal berdiri Nahdlatul Ulama sudah memiliki komitmen kuat untuk selalu menjaga islam yang moderat berhaluan ahlussunah wal jama’ah yang ikut menjaga kearifan local Nusantara. Pada 31 Januari 1926, para kiai berkumpul di “ndalem” KH Wahab dan memutuskan membentuk suatu organisasi kemasyarakatan Islam Ahlussunnah wal Jama’ah yang dinamakan Nahdlatul Ulama atau “kebangkitan para ulama”.
Tanggal 31 Januari 1926 ditetapkan sebagai hari lahir Nahdlatul Ulama. Nahdlatul Ulama bergerak di bidang keagamaan dan kemasyarakatan serta dibentuk dengan tujuan untuk memahami dan mengamalkan ajaran Islam, baik dalam konteks komunikasi vertikal dengan Allah SWT maupun komunikasi horizontal dengan sesama manusia. (dikutip dari K.H. Abdul Wahab Hasbullah: Bapak dan Pendiri Nahdlatul Ulama (1972) karya Saifuddin Zuhri)
Dalam perjalanan sejarahnya, Nahdlatul Ulama selalu menjadi garda terdepan dalam membela NKRI, barisan santri Nahdlatul Ulama selalu mempunyai peran penting dalam mempertahankan dan membela NKRI.
Kita bisa melihat dari peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah bangsa, mulai dari perjuangan pra kemerdekaan, perumusan pancasila di mana tokoh muda NU yaitu KH Wahid Hasyim masuk dalam panitia Sembilan, yaitu yang ikut dalam perumusan pancasila.
Kemudian pada tahun 1945 pasca kemerdekaan, Belanda ingin kembali menjajah Indonesia, dan kaum santri lah angkat senjata melawan dengan semangat resolusi jihad yang dikumandangkan oleh Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari. Selanjutnya, pada tahun 1965, Nahdlatul Ulama melalui Banom nya yaitu GP Ansor (Banser) juga gigih untuk menumpas pemberontakan G30S/PKI.
Saat ini, setelah 75 tahun Indonesia merdeka, dan menjelang satu abad kiprah nahdlatul Ulama, saat begitu banyaknya aliran keagamaan yang berkembang di Indonesia dan merongrong tatanan berbangsa dan bernegara, Nahdlatul Ulama tetap berkembang pesat dengan jumlah jama’ah terbesar di Indonesia. Nahdlatul Ulama masih konsisten di garda terdepan dalam menjaga pluralisme masyarakat Indonesia.
Tantangan NU
Tantangan NU menurut Gus Mus yang dimuat dalam NU Online edisi 23 Februari 2015, mengatakan bahwa tantangan Nahdlatul Ulama saat ini semakin berat, yaitu harus menghadapi tantangan internal dan internasional. Tantangan internal, menurut Gus Mus, NU itu wadahnya jam’iyyah modern, tapi isinya jama’ah tradisional, sementara ancaman internasional adalah munculnya organisasi Islam yang justru mencemarkan ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin. NKRI.
Tantangan secara internal diperlukan kajian dan langkah yang serius untuk memadukan kekuatan jama’ah dan kesadaran jam’iyyah di kalangan warga NU. Tantangan internal tersebut kelihatannya sederhana, tapi sangat penting agar NU tidak di pecah belah oleh kekuatan yang ingin memecah-belah kekuatan NU, menghadap-hadapkan kiai dan santri, NU struktural dan NU kultural, kalangan tua dan muda dengan isu Islam syariah dan Islam liberal, isu Syiah-Sunni dan sebagainya. Hal itu terjadi karena hingga saat ini NU belum kuat. Harus ada sinergitas gerakan yang terstruktur rapi antara Nahdlatul Ulama sebagai organisasi dan Nahdlatul Ulama sebagai kultural, agar bias terjadi sinergitas yang baik.
Sementara tantangan internasional semakin kompleks dengan adanya beberapa aliran keagamaan yang seringkati mengatasnamakan agama, Mereka memekikkan takbir tapi melakukan kekerasan, pembunuhan, dan pemboman.
Aksi-aksi bunuh diri mengatasnama kan jihad dan agama sudah beberapa kali terjadi di Indonesia, mulai bom bali, bom marriot, bom di beberapa gereja. Kejadian di beberapa Negara di timur tengah dan di Negara-negara eropa, ada oknum yang membawa bendera bertuliskan kalimah tauhid, tapi membakar dan membunuh orang. Sehingga semakin banyak orang di eropa dan amerika yang anti-islam (islamophobia). Melihat hal tersebut, tugas para pengurus Nahdlatul Ulama makin berat. Tantangan internal dan internasional mengharuskan warga nahdliyyin harus waspada.
Gerakan memecah-belah Indonesia dilakukan dengan cara membenturkan antar warga NU karena NU adalah organisasi sosial keagamaan yang paling istiqomah dalam mempertahankan Pancasila dan Melihat tantangan NU yang semakin berat, sudah saatnya NU merapatkan barisan, satu kata dan satu tujuan agar tidak mudah tercerai berai.
Menjelang satu abad Nahdlatul Ulama, NU harus tetap menyebarkan Islam yang ramah, bukan Islam yang marah, menegakkan islam yang berhaluan aswaja ala nahdliyin untuk keberlanjutan NKRI. NU akan tetap menjadi garda terdepan yang membela NKRI, melestarikan nilai-nilai aswaja dengan tetap melestarikan kearifan lokal bangsa. Nahdlatul Ulama akan tetap menjadi cahaya nusantara di bumi Indonesia.
Kisah ini akan selalu terekam dalam sejarah bangsa, dan akan terus kuceritakan pada anak-anakku dan generasi ke depan. Betapa, membela bangsa dan Negara adalah bagian perjuangan menegakkan kebenaran. Seperti yang disampaikan oleh Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari, Hubbul Wathan Minal Iman, mencintai Negara adalah sebagian dari Iman. Cahaya Nusantara itu, adalah Nahdlatul Ulama.
~Artikel Harlah NU ke 95 tahun 2021, Cahaya Nusantara Itu, Adalah Nahdlatul Ulama (NU), ditulis oleh Nisfatul ‘Azizah Idrus, PC Fatayat NU Cilacap