10 Aspek Pijakan Kolektif Pelaksanaan Kegiatan PCNU Cilacap

NU CILACAP ONLINE – 10 Aspek Pijakan Kolektif Pelaksanaan Kegiatan PCNU Cilacap ditetapkan dalam Muskercab II NU Cilacap tahun 2021 yang lalu yang mengambil tema Responsif Berkhidmah, Untuk Penguatan & Kemandirian Jamiyyah (Mengupayakan Capaian Kualitatif dan Kuantitatif Kegiatan Yang Berkeseimbangan).

Muskercab II NU Cilacap tahun 2021 merupakan peneguhan dari Muskercab I NU Cilacap tahun 2018 dengan tema Berkhidmat Dengan Kerja Nyata yang menekankan tiga prinsip utama yaitu, Sinergis, Terukur dan Terencana.

Pertama, Sinergis. Sebagai sebuah organisasi, NU memiliki pilar Lembaga dan Badan Otonom. Sinergi antara PCNU-Lembaga-Badan Otonom menjadi prinsip yang tidak bisa ditawar dalam konteks kerja –kerja organisasi yang lebih nyata. Ketiga pilar itu menjadi sentral pelaku kegiatan dalam rangka pelaksanaan program.

Kedua, Terukur. Keterukuran juga merupakan prinsip dalam kerja-kerja organisasi yang lebih nyata. Keterukuran tidak semata-mata ukuran kuantitatif waktu, melainkan juga dalam bentuk target output dan outcome kegiatan dengan progres yang bisa dilihat. Keterukuran juga menjangkau aspek pembiayaan kegiatan organisasi.

Ketiga, Terencana. Kerja nyata dalam organisasi juga memerlukan perencanaan yang baik. Mustahil sebuah kegiatan dilaksanakan tanpa perencanaan. Oleh sebab itu, setiap kegiatan memerlukan sebuah dokumen rencana pelaksanaan kegiatan yang akan menjadi acuan bersama.

Ketiga prinsip utama di atas TIDAK BERHENTI dengan selesainya fase program-kegiatan Pasca Muskercab-I. Melainkan, akan semakin menjadi ruh pelaksanaan semua kegiatan di lingkungan PCNU Cilacap yang dimulai dari Muskercab II tahun 2021 dikuatkan dengan 10 Aspek Pijakan Kolektif Pelaksanaan Kegiatan PCNU Cilacap

Pilihan PCNU Cilacap di separuh masa khidmat ke-2 adalah menggabungkan mindset Responsif dan Responsifitas dalam berkhidmat dan berjamiyyah dengan kerja-kerja organisasi Sinergis, Terukur dan Terencana. Itu diupayakan dalam rangka menerjemahkan visi dan misi organisasi sehingga tercipta organisasi yang kuat dan mandiri.

10 (sepuluh) aspek berikut ini menjadi pijakan kolektif bagaimana agar Muskercab II Tahun 2021 kali ini bisa merumuskan secara lebih operatif, bagaimana berkhidmat yang lebih responsif.

1. Kompetitor timbul dan tenggelam.

Organisasi NU tidak sendirian di masyarakat. Banyak organisasi lain, selain NU, yang banyak menawarkan program dan kegiatan. Tidak sedikit yang bersinggungan, bahkan “berebut lahan”, termasuk lahan “milik NU”, berebut memberi pengaruh, merekrut anggota dan mengonolidasikan program.

Mereka timbul dan tenggelam. Dalam 5 tahun terakhir, kita menyaksikan sendiri bagaimana fenomena HTI dan FPI dengan segala dinamika dan pengaruhnya.

Belum lagi organisasi-organisasi lebih kecil dan lokal yang dimobilisir dan di-endorces melalui media sosial. Mereka seperti Jamur di musim hujan, hadir dan mendapat simpati dari masyarakat.

Secara kasat mata, mereka kadang-kadang lebih responsif terhadap persoalan-persoalan aktual kemasyarakatan? Kita tidak hendak mencegah mereka. Itu Hak mereka. Namun, jika dirasa kita mampu, mengapa bukan kita yang merespon?

2. Ruang Pengkhidmatan tetap terbuka lebar.

Pengkhidmatan Jamiyyah NU sudah ditetapkan sejak secara administrattif dituangkan dalam Statuten Nahdlotul Oelama tahun 1926.

Sejak saat itu, penghidmatan jamiyyah NU sebenarnya sudah sangat lebar dan luas, walaupun masih dalam suasana cengkeraman kolonial. Saat ini, di era milenial dan hampir serba digital, ruang pengkhidmatan semakin terbuka.

3. SDM/Aktor Penghidmatan yang berjenjang, merata dan menguat.

PCNU Cilacap didukung oleh struktural Lembaga, Badan Otonom dan Badan Khusus yang dimiliki NU, mencerminkan responsi dan orientasi pengkhidmatan itu sendiri. Hari ini, aktor-aktor yang ada tampak cenderung merata.

Beberapa Badan Otonom, misalnya, strukturalnya sudah sampai Pimpinan Anak Ranting. NU sendiri, masih harus menempuh strategi agar, misalnya, bagaimana Lembaga-Lembaga lebih efektif, nyambung, setidaknya di tingkat Cabang dan MWCNU.

4. Pengurus dan Kader sebagai Penggerak. 

Kita tidak pernah membayangkan bagaimana hari ini memiliki banyak aktor dalam program KOIN NU. Ada ribuan Petugas Lapangan Penjemput KOIN (PLPK). Terbukti, mereka menjadi bagian dari sukses NU Care Lazisnu. Masih ada ribuan kader yang bisa jadi belum teroptimasi dengan baik sebagai penggerak, Muharrik.

Untuk banyak segmen ruang pengkhidmatan, kita akan semakin membutuhkan banyak aktor dan penggerak. Bahkan pengurus sendiri seharusnya sebagai penggerak, untuk banyak urusan seperti eksistensi Masjid NU, Mushalla NU, Madin NU, TPQ NU, Pesantren NU, Kelompok Tani NU, Pengusaha NU, Mahasiswa, Layanan Kesehatan NU, Hukum, Ke-Ulama-an, dan kader dengan spesifikasi khusus lainnya. Kita tidak ingin, mereka diambil oleh orang lain. Kita harus lebih responsif untuk hal itu.

Baca Artikel Terkait:

5. Berpacu dengan Waktu, antara Peluang dan Kesempatan.

Kita sudah sepakat tentang menyongsong Satu Abad NU. Tinggal hitungan 4 tahun ke depan pada 2026. Mau tidak mau, kita akan sampai pada waktunya. Namun, kita tidak bisa berpangku tangan sambil menghayal “semua akan indah pada waktunya”.

Peluang dan kesempatan, sebagai anugerah Allah SWT (Al ‘Ashr), sebaiknya mampu memotivasi untuk kita bisa mengintrodusir program, kegiatan sekaligus strategi pelaksanaannya.

Tentang waktu sebagai bagian strategi pelaksanaan, kita sudah sepakat membuat rentang pelaksanaan kegiatan; yaitu tahunan dan 5 tahunan. Praktik baik ini belum maksimal dilaksanakan.

Kita membutuhkan dokumen tertulis, misalnya, tentang RPK, Rencana Pelaksanaan Kegiatan Tahunan, dan Laporan Akhir Tahun kegiatan. Mudah-mudahan di level PCNU, MWCNU, Ranting NU bisa lebih baik dalam mempraktikkannya. Responsif jamiiyah kita harus didukung dengan dokumen tertulis, tidak boleh lagi dengan angan-angan yang hampir pasti hilang tanpa bekas.

6. Tradisi baru berorganisasi NU yang dicanangkan sejak Konfercab,

Tradisi baru berorganisasi menemukan titik singgung dengan kondisi pandemi yang unpredictable. Teknologi Informasi masuk dalam wilayah organisasi. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, sudah kita coba, ZOOM meeting misalnya.

Tradisi baru berorganisasi juga kita tempuh dengan pemanfaatan teknologi database, dalam kaitannya dengan SISNU dan SIMNU. Ini bagian dari aset organisasi yang mutlak diperjuangkan. Mungkin belum bisa diambil manfaatnya hari ini. Tapi, bisa jadi suatu saat, organisasi kita akan sangat bergantung kepada data yang hari ini kita kumpulkan bersama.

Yang tidak boleh diabaikan dalam tradisi baru adalah fakta bahwa branding, kemasan sebuah program, mampu menjadi daya tarik masyarakat. Dengan dukungan media sosial, kemasan sebuah program hari ini bisa melesat langsung ke jantung individu masyarakat.

Kita tidak meragukan bagaimana fakta Mobil Ambulance NU mampu menyedot respon jamaah. Bagaimana dengan layanan-layanan lain? Semua berawal dari respon lalu dikemas dengan kemasan yang menarik dan bisa dipertanggungjawabkan.

7. Keseimbangan antara Ketertinggalan dan Kehendak untuk Maju

Di sisi mana Kita ada pada posisi ketertinggalan? Lalu seberapa kuat kehendak kita untuk lebih maju? Keduanya penting untuk diletakkan dalam posisi seimbang. Ketertinggalan-ketertinggalan, khususnya dalam capaian-capain yang seharusnya bisa diraih, harus diakumulasi kembali dalam bentuk data dan fakta. Dengan begitu, kehendak untuk maju juga berbasis fakta dan data. Karena pasti di dalamnya bisa ditemukan potensi.

Urusan Masjid dan Pertanian, misalnya, sebenarnya sudah dideklarasikan sejak tahun 1926. Juga usaha-usaha lain perekonomian yang tiada bertentangan dengan syariat Islam.

Artinya, itu bagian dari amanat Jamiyyah kepada pengurus untuk mengupayakannya agar terealisasi. Data dan Fakta ketertinggalan di sektor-sektor yang ada hari ini, harus dikompilasikan kembali ke dalam Rencana Pelaksanaan Kegiatan yang lebih komprehensif.

8. Memperpendek Jarak Ide dengan Capaian.

Ketika tidak bisa merengkuh semuanya, maka jangan sekali-kali meninggalkan semuanya. Ide yang melambung tak akan pernah menjadi nyata jika keterukurannya nir-progres. Ia akan berhenti di konsep.

Dengan memperpendek jarak antara ide dengan capaian dikandung maksud untuk banyak jenis kegiatan organisasi, mutlak ditetapkan prioritas-prioritas.

Jika sebuah kegiatan tidak / belum mampu menjangkau 24 MWCNU, misalnya, maka harus dilaksanakan di beberapa MWCNU sebagai prioritas. Pun demikian di level Ranting NU yang penetapannya di level MWCNU. Jika sebuah pusat atau sarana kegiatan belum menjangkau banyak wilayah, maka penyediaannya harus mempertimbangkan jangkauan wilayah terdekat.

Baca Artikel Terkait:

9. Legitimasi Pelaksanaan Pengkhidmatan

Berpegang teguh pada AD, ART, PO NU, adalah hal yang mutlak dilakukan. Apapun upaya untuk menggeser kepentingan, dari kepentingan organisasi ke kepentingan individu, sedapat mungkin untuk dihindari. Memegang teguh aturan organisasi, bukan berarti zakelik, saklek. Namun, upaya samar untuk mereduksi aturan organisasi ke ranah personalitas, wajib hukumnya untuk dihindari.

10. Fatstabiqul Khoirat Menyongsong Satu Abad NU

Saat ini sudah nampak adanya fenomena berlomba lomba dalam (mewujudkan kegiatan yang berimplikasi pada) kebaikan. Ini sebaiknya menjadi motivasi berkelanjutan. Respon Organisasi terhadap fenomena kebencaan sangat tinggi.

Masing-masing MWCNU mungkin sedang menyiapkan Ambulance, atau masih harus memprioritaskan pendirian Gedung Sekretariat.

Lembaga-lembaga dan Ranting-Ranting NU harus didorong untuk turut serta “berlomba-lomba” dalam kebaikan. Menjadikan momentum 1 Abad NU sebagai “Kebangkitan ke-2” rasanya tepat jika dilandasi semangat mencapai prestasi demi prestasi, dengan skalanya masing-masing. Demikian juga dengan Badan Otonom NU, semuanya tanpa kecuali.

Demikian 10 Aspek Pijakan Kolektif Pelaksanaan Kegiatan PCNU Cilacap, kiranya bisa diaplikasikan dan diimplementasikan pada tingkatan struktur NU baik PCNU, MWCNU, Ranting NU bahkan Anak Ranting NU. juga banyak Lembaga dan Badan Otonom NU juga harus mengambil semangat yang sama dalam meningkatkan mekanisme dan strategi pelaksanaan program dan kegiatannya.

Artikel ini merupakan penjabaran dari 10 Mindset Kolektif Berorganisasi yang sudah diposting sebelumnya.

Baca juga Khidmat Berkelanjutan, Muskercab Ke-3 Di Awal Abad Ke-2 NU 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button