Kitab Idhatun Nasyiin, Gus Mus; Pentingnya Akhlak dan Etika
NU CILACAP ONLINE – Kitab Idhatun Nasyiin karangan ulama Syekh Musthafa Al-Ghalayani, merupakan kitab yang membahas tentang akhlak, etika, dan kemasyarakatan; kajian Kitab Idhatun Nasyiin oleh KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus), antara lain juga menekankan pentingnya isu rohani dan kerohanian.
Mengingat pentingnya akhlak, etika, dan kemasyarakatan bagi peradaban suatu bangsa; apakah terdapat relevansi bagaimana pembangunan sebuah bangsa dengan berbagai kemajuan industri dan teknologi seperti saat ini mempengaruhi bagaimana peradaban suatu masyarakat secara mendasar cepat berubah?
Apa pun, setiap bentuk dari perubahan menuju kemajuan, memang harus ada sesuatu yang diperjuangkan tidak terkecuali suatu Negara yang ingin tatanan masyarakatnya menjadi beradab dan memiliki prinsip “karakter” yang kuat sebagai suatu bangsa.
Wawasan tentang ilmu akhlak, etika, dan kemasyarakatan seperti yang terkandung dalam kitab Kitab Idhatun Nasyiin karangan ulama Syekh Musthafa Al-Ghalayani; dapat menjadi dasar bahwa wawasan akan kemasyarakatan harus dibangun dengan kesadaran dan mempopulerkannya di tengah kemajuan peradaban di dalam masyarakat yang sedang terjadi.
Kajian Kitab Idhatun Nasyiin, mungkin itu menjadi cara KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus), Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU); untuk melakukan pendekatan etika kebangsaan dan kemasyarakatan, yang sudah harus diperhatikan sejak kini memandang perubahan dunia yang cepat dengan karakter kuat di masyarakat.
Seperti diketahui bersama, melalui Channel Youtube GusMus, Sabtu (9/4/2022). Gus Mus menggelar pengajian Kitab Idhatun Nasyiin di Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh Rembang, yang juga disiarkan secara langsung.
Melalui ngaji Kitab Idhatun Nasyiin, Gus Mus menyinggung bahwa untuk menciptakan akhlak dan etika berbudi pekerti yang baik di dalam masyarakat, aspek rohani dan jasmani merupakan sesuatu yang penting di gerakan.
Dirinya pun menyinggung bagaimana lirik lagu Indonesia raya, yang mana terdapat salah satu bait yang menunjukkan filosofi bangsa Indonesia, yang mendahulukan aspek rohani daripada jasmani.
“Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya. Yang pertama didahulukan jiwanya,” kata KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) di acara kajian kitab Idhatun Nasyiin di Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh Rembang, Sabtu (9/4/2022).
Sebab, sebagaimana yang tertulis dalam Kitab Idhatun Nasyiin, tidaklah mungkin sebuah bangsa akan bangkit dan maju, kecuali di tengahnya ada orang-orang yang dapat mengobati akhlak bangsa, mendorong kepada naiknya martabat, dan menggerakkan bangsa kepada keluhuran-keluhuran yang tersembunyi.
Baca juga Kitab Maulid Simtudduror
Akhlak Bangsa Besar
Untuk itu, Gus Mus menegaskan bawasannya; sadar atau tetap tidur sebuah bangsa, itu tergantung berapa banyak yang bisa mengobati secara rohani atau akhlak yang menjadi dasar utama gerak yang menggerakan kehidupan masyarakat.
Dalam hidup berkebangsaan, dijelaskan oleh Gus Mus; setidaknya ada tiga syarat agar sebuah bangsa dapat bangkit menjadi bangsa yang besar. Pertama, dengan meningkatkan akhlak mulia. Kedua, menghilangkan pekerti buruk dari jiwa umat, dan ketiga dengan memperbaiki tatanan kemasyarakatan.
“Apabila sempurna ketiga hal tersebut, akan menjadi gampang segala sesuatu setelahnya. Seperti mengubah sistem politik, ekonomi, pembangunan suatu bangsa,” terang Gus Mus.
Selain itu, Gus Mus juga menyoroti adanya fenomena minat orang bersekolah di dunia kedokteran atau kesehatan jasmani lebih banyak, dibandingkan dengan keinginan untuk belajar agar dapat menyembuhkan moral dan akhlak umat.
Gus Mus sendiri tidak menampik minat pada keduanya penting dilakukakan baik minat pada kesehatan jasmani, tetapi kesehatan rohani juga harus terus dibangun menjadi pondasi utama untuk membangun moral serta budi pekerti masyarakat.
Maka dari itu pentingnya wawasan secara holistik antara pengetahuan jasmani dan rohani dilakukan sebagai jawaban dari berbagai persoalan di masyarakat.
Keduanya sudah seharusnya menjadi daya gerak utama tokoh-tokoh agama atau guru-guru di sekolah menyeimbangan segala bentuk keilmuan sebagai makanan bagi jiwa manusia, yang di dalamnya merupakan bagian dari masyarakat untuk dapat lebih beradab secara akhlak dan etika serta berkemajuan. (Toto Priyono)
Baca juga Gus Mus : Islam Nusantara Sebagai Solusi Peradaban
Featured Image: GusMus Channel