Kampanye NU Membangun Peradaban Baru Umat Manusia

NU CILACAP ONLINE – Tulisan Kampanye Nahdlatul Ulama (NU) Membangun Peradaban Baru Umat Manusia ini disarikan dan ditulis ulang dari Pidato Ketua Umum PBNU (KH Yahya Cholil Staquf) pada Peluncuran Seri Halaqah Fiqih Peradaban di Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta, 11 Agustus 2022.

Seri halaqah ini merupakan rangkaian agenda PBNU yang mulai dijalankan atau merupakan “kick off” dari 250 halaqah se-Indonesia dengan tema yang sama. Puncaknya insyã Allâh akan dilaksanakan Muktamar Internasional Fiqih Peradaban pada bulan Februari 2023 memperingati 1 abad kelahiran Nahdlatul Ulama.

Fiqih, Peradaban dan NU

Bukan tanpa pertimbangan kalau peluncuran seri halaqah ini dilaksanakan di Krapyak Yoyakarta. Sengaja dimulai dari Krapyak karena memang dari pesantren ini telah lahir satu keputusan muktamar yang monumental.

Bahwa fiqh perlu dikontekstualisasikan dengan perkembangan zaman, dan rekonstruksi fiqih perlu dibangun dalam upaya mewujudkan maqãshidu al-syarī’at.

Keputusan ini menjadi penanda pergulatan pemikiran dibuka di kalangan ulama. Dan tentu saja saat itu sebagai ikon penting adalah KH Ali Ma’sum.

Artikel Terkait

Kita mesti percaya dan meyakini bahwa narasi kelahiran NU adalah sebagai upaya rintisan peradaban baru. Kelahiran Nahdlatul Ulama dilatarbelakangi realitas sejarah yaitu momentum perubahan peradaban fundamental atau setidaknya runtuhnya peradaban lama.

Kita tahu bahwa para ulama NU sejak generasi pendiri telah melakukan inisiatif “sangat berani” dalam ukuran perspektif wacana syari’at.

Contoh mudah adalah peristiwa Muktamar Menes, Pandeglang tahun 1938; diizinkan oleh muktamirin untuk naik ke panggung yaitu 2 orang perempuan (Ibu Nyai). Kedua perempuan itu adalah Nyai Djuaesih, perempuan kelahiran Sukabumi yang tinggal di Bandung dan Siti Syarah, perempuan asal tuan rumah, yaitu Menes.

Padahal kita juga tahu bahwa mainstream saat itu suara perempuan adalah aurat. Kedua perempuan ini di arena muktamar menyuarakan kesetaraan hak pendidikan perempuan, hal ini tidak terbayangkan di dunia Islam sampai hari ini. Setelah itu ada rapat khusus muslimat hingga terbentuk banom Muslimat NU.

Kampanye NU Membangun Peradaban Baru Umat Manusia
Seri Halaqah Fiqih Peradaban dalam rangka Kampanye NU Membangun Peradaban Baru Umat Manusia

Selain itu, Kiai Bisri Musthofa (kakek Gus Yahya) memang muballigh tetapi sebenarnya nenek Gus Yahya yaitu Bu Nyai Ma’rufah lebih dulu menjadi muballigh sebelum kakeknya.

Dari contoh ini menunjukkan bahwa semangat pendirian NU maupun karakter gerakan para ulama adalah gerakan spirit merintis model peradaban baru setelah runtuhnya peradaban lama.

Kekalahan Turki Utsmani

Penjelasannya begini, dunia Islam Iama sejak abad 13-14 sampai abad 20 didominasi Turki Utsmani (Maroko-Persi) meski ada beberapa yang lain dalam skala kecil. Maka mainstream ulama saat itu adalah Turki Utsmani hingga selama sekitar 700 tahun.

Terjadinya perang dunia pertama tahun 1914-1918 dengan kekalahan Turki Utsmani dan kemudian wilayahnya diduduki oleh Eropa (Inggris-Perancis) lalu lahir KSA 1923 sebagai hadiah dari Inggris adalah fakta sejarah. Di sisi lain hancurnya Turki Utsmani dan kemudian pada 1924 lahirlah Republik Turki yang diawali revolusi pimpinan Mustafa Kemal Atatürk juga turut menjadi fakta persoalan bagi umat Islam.

Runtuhnya dominasi Turki Utsmani memunculkan realitas daerah muslim jatuh ke tangan penguasa “kafir”; termasuk di Nusantara ini meski dengan sejarah yang berbeda. Runtuhnya Turki Utsmani adalah bukti hilangnya wawasan keislaman sementara banyak hal dalam masalah syari’at didudukkan pada penguasa politik. Sistem “imãmah” dan “wilãyah” merupakan dua aspek yang menjadi semacam penentu keabsahan syari’at.

Kita juga mengetahui saat itu kerajaan Islam di nusantara pun diduduki kolonial “kafir”. Dan kita temukan contoh keberanian ulama menyikapi realitas. Setelah resmi ada pemerintah Hindia Belanda mereka mengangkat jawatan keagamaan. Dan ada satu pertanyaan fundamental “Apakah penghulu yang diangkat oleh pemerintah Hindia Belanda di bawah kepemimpinan “kafir” Ratu Wilhelmina hukumnya sah?”. Nyatanya sah menurut para ulama saat itu. Ini tentu keberanian cerdas para ulama.

Syari’at dan Persoalan Global

Kondisi ini menimbulkan banyak masalah ketika diminta memberi perspektif, bahwa wacana syariat itu teksnya atau aqwalnya adalah wacana terbuka. Misalnya ada kaidah “hukmul hakim yarfa’ul khilaf”. Esensi dari operasional syariah adalah memelihara tertib sosial. Kerangkanya tentu bukan sebatas wacana yang memungkinkan diberlakukannya norma tertib sosial tetapi lebih dari itu adalah sesuai dengan substansi syariah.

Butuh kerangka syari’at baku untuk menjawab persoalan global ini. Di Bughyah, misalnya, dibahas hukum hijrah ke tanah Jawa akibat pendudukan wilayah-wilayah Islam oleh Eropa. Bahwa hukum “boleh” hijrah ke Jawa adalah karena sebelumnya daerah-daerah Jawa dianggap sebagai Dârul Islãm diibaratkan hukum masjid. Bahwa hari ini HTI dan lain-lain masih bebas bergerak karena memang belum ada kerangka syariat yang menjawab problematika soal ini.

Ada dua perang dunia yaitu PD I dan PD II dengan korban yang sangat banyak di mana sebelumnya tak pernah terjadi. Apalagi perang dunia II yang mencapa sekitar 70 juta korban jiwa. Sampai akhirnya para pemimpin politik dunia (bukan tokoh agama) membuat konsensus baru disebut piagam PBB. Perlu ditegaskan, tidak ada tokoh agama sama sekali.

Konsensus ini meliputi dua hal besar dan fundamental yaitu tentang rezim perbatasan yang harus dihormati dan tidak boleh dilanggar. Serta universalitas hak asasi manusia. Konsensus ini dikenal dengan Piagam PBB (26 Juni 1945).

Dalam pelaksanaannya konsensus ini pun tidak serta-merta langsung terlaksana karena di beberapa wilayah belum bisa langsung diamalkan. Konsensus global yang memang sejak awal tidak ada peran tokoh agama ini menjadi hampir tidak akan berhasil dilaksanakan. Karena faktanya issue-issue konflik selalu dalam kemasan doktrin agama. Kristen Armenia yang menuntut kesetaraan hak, issue teroris, konflik Inggris-Irlandia (protestan-katolik). Dan banyak konflik lain di Timur-Tengah selalu “dikaitkan” dengan issue agama. Jadi akar masalahnya adalah konflik antar identitas tanpa aturan sama sekali.

NU Membangun Peradaban Baru

Kita mesti bersyukur karena sejak awal NKRI didirikan dengan aspirasi kesetaraan hak antar bangsa. Proklamasi bukan semata-mata mewujudkan kemerdekaan RI tetapi lebih dari itu adalah upaya melahirkan peradaban dunia yang baru. Pembukaan UUD menyatakan bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.

Artinya apa? Sejak awal para ulama kita sudah berfikir jauh ke depan tentang peradaban dunia bukan semata-mata tentang Nusantara. Dan Mbah Wahab dengan “branding” Komite Hijaz menemui raja Saudi tentu merupakan bagian dari upaya besar ini. Bahwa hari ini teknologi sudah sedemikian maju, konflik internasional sudah sedemikian parah dan memerlukan “cost” korban yang sangat tinggi. Konflik semakin mahal dan tidak tertangguhkan oleh dunia yaitu ketika teknologi persenjataan makin maju adalah PR besar bagi para ulama.

Terakhir, maka kita perlu kembali mengingat pesan Rasūlullãh terkait tiga ancaman bagi umat yang meninggalkan ulama yaitu Allah akan menghilangkan berkah dari rezekinya, Allah akan mengirim kepada mereka penguasa yang dzalim dan mereka akan meninggalkan dunia tanpa membawa iman kepada Allah. Maka jika hari ini sebagian ancaman sudah terbukti kita pun semestinya perlu bertanya “Apakah ancaman bagi para ulama yang meninggalkan umat mereka? Bagaimana kalau para ulama lari dari tanggung jawab keumatan ini?”

Wallãhu a’lam,
Abdal Malik, Katib PCNU Cilacap
Salah satu peserta halaqah

====
Disclaimer: tulisan Kampanye NU Membangun Peradaban Baru Umat Manusia ini; bukan teks asli pidato ketua umum PBNU. Tulisan ini hanya rewriting yang berpotensi keliru. Untuk klarifikasi bisa menghubungi Ketua Lakpesdam PBNU, KH Ulil Abshar Abdalla selaku pengundang acara halaqah. Terima kasih.

Baca juga Amanat Ketua Umum PBNU dalam Apel Nasional Hari Santri 2022

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button