KH Maslahudin, Perintis dan Penggerak GERBUHU

NU Cilacap Online – KH Maslahudin adalah sosok utama perintis sekaligus penggerak Gerakan Seribu Qulhu (Gerbuhu) bersama Almarhum KH Syahid Muchson dan Almarhum Drs KH Imam Mudaris semasa masih sugeng dan menggerakkan Nahdlatul Ulama (NU) Cilacap dan mensyiarkan amaliyah Ahlussunnah wal Jamaah melalui KBIHNU dan JANAH (Jamiyah Nahdlatul Hujaj).
Asal Mula GERBUHU
Gerbuhu adalah singkatan dari gerakan 1000 Qulhu, yaitu tradisi gerakan amaliyah membaca Surat Al Ikhlas sebanyak seribu kali di hari Arafah yang dilaksanakan oleh jamaah haji KBIHNU (KBIHUNU Cilacap) baik yang sedang wukuf di padang Arafah maupun yang sudah pernah melaksanakan ibadah haji yang berada di Cilacap.
Frasa “Qulhu” sendiri dalam akronim GERBUHU diambil dari ayat pertama surat Al Ikhlas, yaitu QulHuwallahu Ahad. Sedangkan bilangan 1000 kali bacaan dan waktu yang dipilih untuk melaksanakan amaliyah tersebut memiliki dasar dan dalil yang sahih.
Asal mula tradisi Gerakan Seribu Qulhu berawal dari kajian Al-Qur’an dan Hadits para Kiai di lingkungan PCNU Cilacap pada tahun 2009 yang disatukan dalam buku panduan Manasik Haji KBIHNU Cilacap.
Para Kiai perintis dan penggerak GERBUHU tersebut – termasuk KH Maslahudin – melakukan musyawarah pembentukan acara pembacaan Surat Al-Ikhlas sebanyak 1000 kali pada Hari Arafah. Adapun anggota musyarawah tersebut meliputi KH Maslahudin Jailani, KH Syahid Muchson, dan Drs. KH Imam Mudaris (ketiganya sudah wafat, berpulang ke Rahmatullah)
Musyawarah pembentukan acara pembacaan Surat Al-Ikhlas seribu kali tersebut meliputi penetapan nama acara dan penentuan dalil (dasar al-Qur’a dan Hadis). Penentuan dasar dalil GERBUHU tersebut memiliki tujuan agar amalan tersebut benar secara ilmiah dan sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW.
Dalil GERBUHU
Adapun dasar dalil al-Qur’an yang penulis terima adalah sebagai berikut, yang artinya: Demi waktu fajar, Demi malam yang sepuluh, Demi yang genap dan yang ganjil. (QS al-Fajr :1-3).
Penafsiran yang digunakan menurut Kiai Maslahudin adalah Tafsir al Munir karya Wahbah Zuhaili, yang menafsirkan ayat tersebut dengan sumpah Allah SWT pada waktu-waktu yang agung khususnya pada ayat ketiga yaitu sumpah Allah dengan yang genap (10 Dzulhijjah) dan yang ganjil (9 Dzulhijjah), atau bisa dengan artian Allah SWT bersumpah dengan Hari ‘Idul Adha dan Hari Arafah.
Selain QS al-Fajr ayat 1-3. Ada juga dasar hadis yang dipilih para Kiai NU di Cilacap untuk dasar Gerakan Seribu Qulhu (GERBUHU) salah satunya adalah sebagai berikut;
Yang rtinya: Hadits ini dari Ibnu Umar dan dikeluarkan oleh Abu Syaikh dengan derajat hadis Marfu’ bahwasanya barang siapa yang membaca qul huwa Allahu Ahad pada Hari Arafah (sore) sebanyak seribu kali maka Allah akan mengabulkan hajat (permintaanya). (Tuhfatu al-Ahfadzi Syarah Sunan at-Tirmidzi)
Menurut penjelasan KH Maslahudin Gerakan Seribu Qulhu (GERBUHU) tercipta karena terinspirasi dari kisah beliau pada saat wukuf di Arafah tahun 2004. Ketika itu beliau bersama KH Syahid Muchson, Kiai Maslahudin melihat para jamaah kurang semangat karena tidak mengamalkan dzikir khusus waktu itu.
KH Maslahudin didampingi KH Syahid Muchson membuka kitab fiqh manasik haji yang bersumber dari kitab Fiqhu al-Islam wa Adillatuhu dan Hidayatu assalik. Kemudian menginstruksikan jamaah haji pada saat wukuf untuk membaca seribu qulhu.
Dari pembacaan tersebut munculah insipirasi dari KH Syahid Muchson bahwa amalan tersebut bukan dengan redaksi hadis Fi Arafah akan tetapi Yauma Arafah,
Maka dengan pemahaman itu Kiai Syahid Muchson mengispirasi para Kiai NU di Cilacap dan pegiat KBIHNU Cilacap bahwa yang bisa mengamalkan membaca seribu Qulhu bukan hanya yang sedang berada di Arafah saja. Melainkan juga yang tidak haji bisa mengamalkan. Kisah ini menjadi titik awal terciptanya Gerakan Seribu Qulhu (GERBUHU). Dalil Gerbuhu selengkapnya di sini.
Ijazah Membaca Surat Al Ikhlas
Setelah musyawarah pembentukan selesai, hasil musyawarah disepakati bahwa nama acara tersebut adalah Gerakan Seribu Qulhu sekaligus dasar-dasar yang ditemukan dari al-Qur’an dan Hadits. Nama GERBUHU (Gerakan Seribu Qulhu) sendiri berasal dari KH Maslahudin.
Wakil Rais Syuriyah @pcnucilacap KH Maslahudin, memanjatkan doa di makam Mbah Moen di Jannatul Ma’la, Makkah. pic.twitter.com/DiaSLyI3O3
— Kang Nawar (@kangnawar) August 7, 2019
Disclaimer: Twit pada saat Almarhum KH Maslahudin berziarah ke Maqam Syekhona Maimoen Zubair di Jannatul Ma’la Makkah (Musim Haji 2019, Kang Nawar)
Akan tetapi ada Kiai yang berinisiatif memberi nama ISBUHU (Istighasah Seribu Qulhu). Para Kiai yang tidak mengikuti musyawarah pembentukan Gerakan Seribu Qulhu mempermasalahkan. Hal tersebut terjadi karena sebagian dari mereka kurang mengapresiasi jika tidak ada ijazah dari ulama sepuh Cilacap.
Berdasarkan permasalahan tersebut para Kiai menumukan solusi yaitu mencari ijazah dari ulama sepuh Cilacap agar bisa dijadikan sebagai penguat keyakinan akan keotentikan amalan.
Ditemukanlah ijazah amalan tersebut dari Kiai sepuh Cilacap yaitu KH Chasbullah Badawi bin KH Badawi Hanafi yang juga merupakan pimpinan tariqah sattariyyah dan syadiliyyah, pengasuh utama Pondok Pesantren Ihya ‘Ulumaddin Kesugihan.
Ijazah amalan tersebut diberikan kepada para Kiai yang ingin menguatkan dalil-dalil pembacaan seribu qulhu di Hari Arafah. KH Chasbullah Badawi memberikan ijazah dengan menceritakan pembacaan seribu qulhu tersebut.
Menurut penjelasan KH Chasbullah Badawi amalan pembacaan seribu qulhu pada Hari Arafah sudah dilaksanakan sejak zaman ayah beliau yaitu KH Badawi Hanafi masih hidup. Maka benar saja beliau bisa mengijazahi karena sudah pernah dilakukan oleh ulama yang mendahului.
Melestarikan Tradisi GERBUHU
Setelah peristiwa ijazah membaca Surat Al Ikhlas itu. para Kiai yang kurang mengapresiasi bertambah keyakinannya dan setuju untuk mengajak masyarakat untuk melaksanakan amalan tersebut. Walhasil munculah Gerakan Seribu Qulhu (GERBUHU) secara serentak di Cilacap.
Dan sekali lagi, KH Maslahudin adalah salah satu perintis dan penggerak GERBUHU, tentu dengan para Ulama dan Kiai NU di Cilacap yang sezaman dengannya. Bahkan Almarhum KH Maslahudin yang mencetuskan istilah atau nama GERBUHU.
Sejak dimulainya Gerbuhu, hingga saat ini tradisi tersebut terus dilaksanakan oleh keluarga besar PCNU Ciacap dan KBIHUNU Cilacap. Dengan dukungan para jamaah haji yang pernah mendapatkan bimbingan dari KBIHUNU.
Para perintis dan penggerak GERBUHU satu per satu berpulang ke Ramhatullah. Tugas kita untuk melestarikan tradisi GERBUHU, sebagai penerus tradisi amaliyah warga NU baik yang bersumber dari Al Qur’an dan Hadits.
Tulisan ini disarikan dari beberapa sumber termasuk Tradisi Gerakan Seribu Qulhu Pada Hari ‘Arafah Di Pondok Pesantren Darul Muttaqin Lomanis Cilacap (Studi Living Qur’an), Skripsi UIN Walisongo (2021) Karya Azka Muhammad bin Drs KH Imam Mudaris (Allah Yarhamhu).
Baca juga Porsi Jamaah Haji Meninggal Dunia Bisa/Tidak Bisa Dilimpahkan