Interpretasi Buraq Dalam Kisah Isra Mi’raj Di Era Industri 4.0
NU CILACAP ONLINE – Buraq adalah kendaraan yang membawa Nabi Muhammad Saw dan Malaikat Jibril dalam peristiwa Isra Mi’raj. Buraq merupakan simbol teknologi transportasi masa depan manusia yang mengisyaratkan manusia untuk mobilitas dari satu tempat ketempat lainnya dengan cepat dan efektif serta efesien.
Isra Mi’raj telah dilakukan oleh Nabi Muhamad Saw pada 14 abad tahun yang lalu. Kisah Isra Mi’raj ini juga Allah ceritakan dalam al Qur’an surat al Isra ayat 1-4 dan najm ayat 1-17.
Sebagaimana disadur dalam kitab Qishah Mi’raj Karya Syekh Najmudin Al Ghozi yang menceritakan tentang kisah Buraq yang menemani dan sebagai media kendaraan Nabi Saw dalam kisah kendaraan yang ciptakan oleh Allah swt dalam bentuk super cepat dan super canggih.
Sebagaimana diceritakan melalui hadis yang diriwayatkan oleh Annas bin Malik Bahwasanya Rasulullah berkata “aku diberi Buraq, dia hewan tunggangan yang berwarna putih lebih besar dari keledai tapi lebih kecil dari bighal yang satu yang satu tanduknya terdapat di pucuk kepalanya”
Buraq adalah kendaraan yang membawa Nabi Muhammad Saw dan Malaikat Jibril dalam peristiwa Isra Mi’raj, menempuh jarak antara Makkah dan Palestina 1485.35 km yang dapat ditempuh kira – kira perjalanan darat selama 2 -4 hari dengan kendaraan atau transportasi darat dan 350.000 kilometer antar Bumi dan Langit.
Jika mengukur jarak tersebut maka pada saat itu adalah sesuatu yang mustahil, sesuatu yang tidak mungkin akan terjadi jika cerita Isra Mi’raj Nabi Muhammad Saw hanya selsesai dalam kurun waktu kurang dari 12 Jam. Dalam kurun waktu tersebut sudah include di dalamnya adalah peristiwa Mi’raj yaitu naik ke langit dalam jumlah lapisan 7 (Sidratul Muntaha).
Nampaknya dalam ulasan kisah Isra Mi’raj sebagai tanda kebesaran dan kemanfaatan terdapat dalam kata “Baarakna Haulahu” perjalanan yang bermanfaat untuk Rasulullah sendiri dan umat manusia pada umumnya.dan “linuriyahu” sebagai symbol cahaya, cahaya disini mempunyai makna menyinari yang mengandung makna bahwa Isra Mi’raj adalah mempunyai kandungan kehidupan masa ini (present) dan masa depan (future).
Dan pada akahirnya Allah menjelaskan dengan kata “Min Ayatina” sebuah tanda ayat – ayat kauniyah yang bernilai ekspilist untuk menerjemahkan alam raya sebagai sumber pengetahuan.
Merujuk pada penafsiran tersebut dapat kita simpulkan sebuah korelasi antara Buraq dan pola Teknologi 4.0 yang sedang berada dalam gengangam dunia saat ini.
Baca Juga
- Raih Kemuliaan Bulan Rajab, Tingkatkan Kualitas Diri
- Khutbah Jumat: Membersihkan Hati (Hikmah Isra Mi’raj)
Pertama, Buraq adalah hewan supercepat, super canggih yang mempunyai kecepatan diatas normal. Jika ada pertanyaan kenapa harus berwujud Hewan? Hal ini dapat dijawab bahwa sesuai kontekstual kenabian Nabi Muhammad yang diturunkan di tanah Arab dan menggunakan hewan sebagai salah satu alat transportasi.
Sehinga Nabi Muhammad Saw tidak asing terhadap hewan yang sudah pernah dilihat jenisnya disekitar lingkungan Makkah. Selain itu cerita Buraq sebagai hewan yang mirip dengan jenis hewan keledai juga akan mudah diterima oleh masyarakat Arab atau dirasionalisasikan.
Buraq merupakan simbol teknologi transportasi masa depan manusia yang mengisyaratkan manusia untuk mobilitas dari satu tempat ketempat lainnya dengan cepat dan efektif serta efesien. Hal ini ditandai dengan perjalanan dari Makkah ke Masjidil Aqsa.
Serta perjalanan kelangit ketujuh dengan kecepatan yang diluar normal, dalam perjalanan tersebut Nabi Muhammad Saw menemukan berbagai macam rangkaian peristiwa kehidupan masa depan manusia dengan berbagai macam karakternya, Sebagaimana dikutip dalam kitab Qishah Mi’raj, hal ini adalah menjadi gambaran kehidupan masa depan manusia yang akan terkoneksi dalam satu wadah informasi yang berasal dari cyber (udara) dengan mudah dan cepat. Maka Nabi Muhammad diberi gambaran tersebut bukan ketika dibumi namun ketika beliau sedang melalui perjalanan menuju langit yang dalam kategori ini adalah sebuah ruang yang terbuka dan cepat.
Kedua, dunia industri 4.0 adalah penyempurnaan dari sistem industri yang dikembangkan pada abad 17 yang lazim disebut dengan era 1.0 dengan penemuan mesin uap oleh (James Watt, 1769) yang kemudian mampu melahirkan teknologi mesin, pada abad 18 atau 2.0 St dari industri mesin telah melahirkan alat yang berbasis pada elektrik dan angkutan transporatsi massal seperti mobil (karl Fredrich Benz 1844), kapal (Robert Fulton, 1765) dan kereta api (Gorge Stephenson, 1848) pesawat terabang (orvil Wrigth dan Wirbur Wright, 1871) dan juga telepon genggam (Alexander Graham Bell, 1876). Selanjutnya penyempurnaan tersebut pada abad 19 atau 3.0 St dengan lahirnya teknologi computer (Charles Babage, 1871) dan mesin otomatis atau robotic (Ismail al Jazari, 1921) yang memudahkan kerja manusia.
Kemudian abad 20 atau 4.0 St telah melahirkan pergeseran kemanfaatan Komputer dan telepon menjadi sebuah alat komunikasi yang menghubungkan atau koneksi antar jaringan (networking) diseluruh dunia melalui cyber atau jaringan satelit yang diletakan di luar angkasa untuk merekam fisik dunia nyata dalam alat komunikasi maya. Alat komunikasi ini kemudian dapat mengoneksikan seluruh peralatan mobilitas (transportasi) manusia dengan mudah. Seperti dtemukannya Facebook (Mark Zubreg, 2004), mesin pencari Google (Lawrens Edward, Lary Page dan Sergy Milkhalovich, 1995)
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Buraq bukan hanya bernilai spiritual trasendensi (Ghaib) atau utopis bahkan mitos belaka namun dapat diterjemahkan dalam nilai keagamaan yang profane imanensi (membumi) dan kontekstual saat ini, sehingga untuk ghirah atau semangat manusia terutama umat Islam untuk tidak anti teknologi bahkan menjadikan teknologi dan komunikasi sebagai syarat untuk mencapai kemajuan peradaban.
Buraq Kendaraan Isra Mi’raj, telah memberi pelajaran yang sangat berharga kepada Nabi Muhammad Saw dan umatnya akan dunia yang modern dan terintegrasi, selain itu Buraq bukan hanya Hewan yang diciptakan oleh Alllah tanpa ada maksud (Ma Khalaqta Hadza Batila), tidak ada ciptaan Allah tanpa tujuan, Allah menciptakan hal tersebut sebagai salah satu I’tibar untuk menjadikan manusia sebagai salah satu bagian dari perubahan didunia ini teknologi, komunikasi (IT) yang membawa kemaslahatan.
Hal ini sejalan antara Buroq dan era industri 1.0, 2.0, 3.0 dan 4.0 sebagai langkah penyempurnaan peradaban manusia. Sehingga inilah yang kemudian diinterprestasikan dalam Q.s al Hujarat ayat 13 sebagai ta’arafu (saling mengenal) lintas gender, bangsa, Negara, suku dan ras tanpa batas dan sekat waktu sebagaimana sifat Tuhan yang disebut dalam Q.s al Hujarat 13 yaitu ‘Alimun Khobir (Maha pemilik pengetahuan dan Menganalisis serta mengembangkan kebutuhan manusia). Wallahu a’lam biswab
Artikel Interpretasi Buraq Dalam Kisah Isra Miraj Di Era Industri 4.0. ditulis oleh Mafoel Pratama, Wakil Ketua PC GP Ansor Cilacap.