Cerita Anak-Anak Pemberani Ikuti Khitan Gratis NU Kesugihan

NU CILACAP ONLINE – Pagi mulai beranjak siang saat saat motor NU Cilacap Online tiba di Balai Desa Dondong. Tampak jalanan di depan balai desa ramai oleh anak-anak dan para pedagang makanan.

Suasana hari kemerdekaan masih kental terasa dengan kibaran bendera merah putih dan puluhan bendera layur berwarna-warni. Hari itu, Ahad (28/8/2022) di tempat tersebut tengah berlangsung khitan gratis Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kesugihan.

Suasana pendopo balai desa terlihat ramai dipadati oleh ibu-ibu berseragam batik Muslimat NU. Namun seorang laki-laki berpakaian Banser mengarahkan saya ke halaman sebuah rumah di sisi kiri Balai Desa. Rupanya hari itu ada dua agenda berbeda di lokasi yang sama yakni Santunan dan Khitan Gratis.

Memasuki halaman rumah yang ditunjukkan Banser, terlihat sebuah banner dengan background warna putih berukuran 3×1,5 M terpasang di tembok.  Logo Nahdlatul Ulama  dan NU Care LAZISNU tampak berjejer di bagian kiri atas. Sementara di bawahnya rangkaian huruf berwarna kuning menyusun kata Khitan Gratis. Rupanya inilah tempat khitan gratis MWCNU Kesugihan.

Di depan banner tersebut anak-anak peserta berfoto bersama dengan para pengurus Unit Pengumpul Zakat Infaq dan Shadaqah (UPZIS) MWCNU Kesugihan. Merekalah panitia pelaksana kegiatan hari itu.

Senyum semringah menghiasi wajah lugu mereka. Sebuah totebag hijau berisi bingkisan beserta amplop dengan bahagia mereka pamerkan di depan puluhan kamera para wartawan dadakan yang ingin  mengabadikan momen bahagia itu.

Tampak di antara mereka seorang anak dengan penampilan berbeda. Bila peserta lain memakai baju koko lengkap dengan sarung dan peci, maka tidak dengan dirinya. Setelan celana panjang dan kemeja kotak-kotak membalut tubuh kecilnya. Tak ada peci di kepalanya yang setengah botak membuatnya terlihat lucu dan menggemaskan.

Baca juga

Bilal namanya. Dia adalah anak yang istimewa. Menurut cerita panitia, anak ini dengan berani mendaftar sendiri kepada panitia dan minta langsung dikhitan padahal tim medis masih tengah menyiapkan peralatan dulu.

Nurul salah satu panitia bercerita bahwa panitia sempat kebingungan saat Bilal tiba-tiba datang kepada panitia dan mendaftarkan diri untuk khitan. Pasalnya peserta lain telah mendaftar jauh-jauh hari dan bingkisan pun disiapkan berdasarkan jumlah peserta yang telah masuk. Sementara nama Bilal tidak ada saat dicek di daftar peserta.

Di tengah-tengah kebingungan mereka, orang tua Bilal juga meminta agar putranya segera dikhitan. Ia khawatir anak tersebut akan mengalami tantrum bila menunggu terlalu lama. Akhirnya khitan segelar dilakukan baru kemudian memeriksa kembali daftar peserta.

“Setelah diusut, ternyata Bilal memang telah mendaftar tapi nama yang tertera di daftar berbeda dengan nama panggilannya,” tutur Nurul sambil tersenyum menahan tawa.

Lain lagi dengan cerita Abyan, peserta khitan dari Desa Bulupayung. Dengan langkah tertatih ia dituntun oleh ayahnya saat keluar dari ruang khitan. Tingginya bahkan hanya sepinggang ayahnya yang jangkung. Ternyata umurnya baru 7 tahun dan menjadikannya peserta khitan gratis terkecil pada hari itu.

Bocah yang masih duduk di kelas 1 SD itu tersenyum ramah saat NU Cilacap Online menyapa. Dirinya mengaku tidak takut dikhitan walaupun umurnya masih sangat kecil.

“Saya tidak takut khitan,” kata Abyan. “Kalau khitan sekarang kan nanti gede ga khitan lagi,” katanya.

Abyan dengan senang hati menurut saat diminta foto usai dikhitan. Senyum manisnya menghiasi wajah imutnya yang diapit oleh ayah dan panitia. Usai berfoto, Abyan salim sembari mengucap terimakasih sebelum akhirnya pamit pulang.

Sementara itu beberapa peserta lain masih menunggu antrian. Satu persatu nama mereka dipanggil masuk ke dalam garasi yang telah disulap menjadi bilik perawatan lengkap dengan tiga buah ranjang pasien.

Sekitar sepuluh orang tenaga medis telah siap di dalam.  Beberapa di antaranya mengenakan rompi Relawan NU Cilacap Peduli. Mereka adalah aktifis Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) Cilacap. Selebihnya adalah karyawan dari rumah khitan. Beberapa orang anggota banser juga tampak sigap membantu mereka.

24 Peserta Khitan Gratis

Bulan Muharam adalah bulan mulia. Sekecil apa pun kebaikan yang dilakukan di dalamnya maka pahalanya akan dilipatgandakan. Inilah yang menjadi landasan bagi Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kesugihan melalui pentasarufan Koin NU Unit Pengelola Zakat, Infak, dan Sedekah Nahdlatul Ulama (UPZIS) MWCNU Kesugihan menggelar khitan massal di bulan yang mulia tersebut.

Ketua MWCNU Kesugihan KH Towil Albaha mengatakan itu. Wajahnya tampak antusias memantau jalannya khitan massal. Ia bahkan tak segan menghibur seorang anak yang menangis saat dikhitan.

“Saya sangat mengapresiasi para pengurus UPZIS Kesugihan yang telah bekerja keras dalam pentasarufan Koin NU ini. Juga kepada pengurus ranting yang telah mendukung para Petugas Lapangan Penjemput Koin (PLPK) sehingga mereka bisa tetap semangat menjalankan tugas,” lanjut KH Towil Albaha.

Menurut KH Towil Albaha, hal ini bukanlah pekerjaan yang mudah. Untuk itu menurutnya sangat penting untuk membangun harmonisasi komunikasi tak hanya dalam internal UPZIS, tetapi juga dalam hubungannya dengan ranting dan pengurus MWCNU.

Kegiatan itu menjadi puncak kegiatan Muharam tahun 1444 Hijriah. Ketua UPZIS MWCNU Kesugihan Lukman Hakim mengatakan Muharam tahun ini selain menggelar Khitan gratis juga menggelar santunan yang dilaksanakan di masing-masing ranting.

“Alhamdulillah untuk Khitan gratis  MWCNU Kesugihan berhasil mengkhitan 24 anak. Peserta adalah perwakilan dari masing-masing ranting. Selain khitan juga kami menggelar santunan di masing-masing ranting dengan total peserta 474 anak,” terang Lukman.

Lukman mengatakan bahwa baik khitan gratis maupun santunan merupakan program sinergi antara UPZIS MWCNU Kesugihan dengan ranting NU se Kecamatan Kesugihan. Hal ini sebagai wujud kepedulian sosial. Selain itu juga sebagai syiar kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dalam berinfaq melalui program Koin NU.

“Harapannya dana yang dikumpulkan melalui koin NU betul-betul dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dan mampu menyadarkan masyarakat untuk berinfaq melalui Koin  NU,” pungkas Lukman. (Naeli Rokhmah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button