Al Qur’an dan Ka’bah (Kisah Perubahan Arah Kiblat)
NU CILACAP ONLINE – Bagaimana Al Qur’an menjelaskan tentang Ka’bah. Al Qur’an menyinggung, mengapa Umat Islam mengubah arah Kiblat ke Ka’bah, dan bukan beralih ke Yerusalem?
Orang-orang Yahudi berusaha terus-menerus mempertanyakan kepada Umat Islam, mengapa Umat Islam mengubah arah shalat (Kiblat) ke Ka’bah, dan bukan beralih ke Yerusalem seperti pernah terjadi sebelumnya.
Nabi dan para sahabatnya menghadap ke Yerusalem (baitul Maqdis/Masjid Al Aqsha) dalam doa mereka selama 16 atau 17 bulan setelah Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Masalah ini telah dibahas panjang lebar dalam Al Qur’an Surat Al-Baqarah.
Diskusi tersebut menjelaskan bahwa memilih Ka’bah sebagai kiblat atau arah dalam doa (dan Shalat) adalah pilihan alternatif yang paling alami dan lebih baik. Ketika Yerusalem dipilih untuk jangka waktu tertentu, hal itu dilakukan untuk alasan tertentu pula yang sudah dijelaskan oleh Allah SWT.
Orang-orang Yahudi, ternyata terus mempertanyakan masalah ini, mencoba mengangkat keraguan dan kebingungan dan menutupi kebenaran dengan kepalsuan, dengan cara yang sama seperti musuh-musuh Islam lakukan hari ini.
Namun, Allah SWT menggagalkan rencana mereka dengan penjelasan baru. Ayat berikut menjelaskan hubungan antara Al Qur’an dan Ka’bah :
Katakanlah: “Benarlah (apa yang difirmankan) Allah”. Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah Dia Termasuk orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, adalah Baitullah yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.
Kalimat pertama di sini, {Katakanlah: “Benarlah (apa yang difirmankan) Allah,’} mengacu pada apa yang telah dinyatakan sebelumnya. Ka’bah dibangun oleh Nabi Ibrahim dan Ismail sehingga dapat menjadi tempat perlindungan dan keamanan bagi seluruh rakyat dan berfungsi sebagai kiblat, penunjuk arah dan tempat berdoa bagi semua orang yang percaya dalam iman Ibrahim.
Oleh karena itu , perintah untuk mengikuti keyakinan Ibrahim yang didasarkan pada keyakinan akan keesaan Tuhan yang mutlak (Tauhid) ini, tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun. Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah Dia Termasuk orang-orang yang musyrik. ( Ali Imran 3 : 95 )
Baca juga Ka’bah dan Kiblat, Pertanyaan dan Jawaban
Orang-orang Yahudi mengklaim bahwa mereka adalah keturunan Nabi Ibrahim. Di sini , Al-Qur’an mengatakan kepada mereka hakikat iman Ibrahim, yaitu keyakinan akan keesaan Allah yang absolut. Hal ini ditegaskan dua kali berturut-turut : yang pertama menyatakan bahwa Ibrahim berpaling dari semua yang palsu, dan yang kedua menegaskan bahwa ia bukan salah satu dari orang-orang yang menyekutukan Allah.
Kemudian, bagaimana bisa mereka berpaling untuk menyekutukan Allah ? Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, adalah Baitullah yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia….. ( Ali Imran 3 : 96 -97 )
Ayat ini menjelaskan bahwa untuk menghadapi Ka`bah adalah pilihan yang tepat. Ka`bah adalah rumah pertama yang pernah dibentuk untuk tujuan khusus yaitu beribadah. Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim untuk membangun Ka’bah dan untuk mensucikannya bagi jamaah Haji yang melakukan Tawaf mengelilingi Ka’bah, menghabiskan waktu beribadah di dalamnya, beriktikaf, ruku’, sujud dan menyerahkan diri, pasrah dalam penyerahan total hanya kepada Allah.
Baca juga tentang Kunci Ka’bah
Allah SWT Tuhan telah memberkati Rumah (Baitullah) ini dan membuatnya seperti sebuah mercusuar bagi umat manusia di mana mereka menemukan petunjuk keimanan yang benar dan diterima oleh Allah, sebagaimana keyakinan iman Ibrahim. Baca juga Mencium Hajar Aswad (Ka’bah).
Ada tanda-tanda yang jelas di Ka’bah yang menunjukkan bahwa itu adalah tempat di mana Ibrahim melakukan serangkaian ibadah. Beberapa sarjana menunjukkan bahwa istilah bahasa Arab, Maqam Ibrahim, yang digunakan dalam ayat ini dan kami mengartikannya sebagai “tempat di mana Ibrahim berdiri “, mengacu pada batu kuno yang didirikan Ibrahim ketika Dia membangun Ka’bah.
Batu itu digunakan untuk di tempelkan di dinding Ka’bah, tetapi Khalifah kedua, Umar, memindahkannya kembali sehingga orang yang melakukan tawaf (berjalan mengelilingi Ka`bah) sehingga tidak mengganggu orang-orang yang berdoa di belakangnya.
Kami diperintahkan oleh Allah SWT untuk membuat tempat itu (Maqam Ibrahim), tempat di mana kita berdoa :
“Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman, dan Jadikanlah sebahagian Maqam Ibrahim, tempat shalat, dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud” (Al Baqarah 2:125)
Baca juga Ka’bah, Kiblat yang Sebenarnya
Ka’bah mengandung Kebaijkan yang patut sekali digarisbawahi, yaitu terjaminnya rasa aman yang ditanamkan kepada siapapun yang yang pergi ke sana. Ini adalah perlindungan bagi siapa saja di mana rasa takut dikalahkan, kedamaian dan keamanan ditemukan.
Dalam aspek tertentu, Ka’bah benar-benar unik. Ka’bah adalah tempat yang tidak ada tempat lain di bumi yang menyamainya. Dan hal itu, tetap terjaga sejak Ka’bah dibangun oleh Ibrahim dan putranya, Isma`il. Bahkan di zaman kegelapan Arab jahiliyah, ketika orang-orang Arab menyimpang jauh dari iman Ibrahim dan tidak lagi percaya pada keesaan Tuhan, kesucian rumah ini terus terjaga.
Imam Al-Hasan al-Basri dan ulama terkenal lainnya menjelaskan bahwa dalam periode Kejumudan, Kegelapan, seorang pria mungkin saja melakukan pembunuhan dan pergi ke Ka’bah, setelah mengalungkan dan munutupkan sepotong kain wol di lehernya. Di Ka’bah, dia mungkin ditemuii oleh pria yang dibunuh tadi, tapi dia tidak akan terganggu di sana, sampai sekembalinya meninggalkan Ka’bah.
Inilah bagian dari penghormatan dan berkah dari Allah SWT yang Allah berikan kepada rumah-Nya (sendiri), bahkan ketika orang di sekitarnya tinggal dalam kebimbangan dan ketidaktahuan mengenai apapun. Allah SWT mengingatkan orang-orang Arab, tentang bagaimana Ka’bah dan daerah sekitarnya, telah menjadi tempat perlindungan yang efektif bagi mereka;
“dan Apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Kami telah menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman, sedang manusia sekitarnya rampok-merampok. Maka mengapa (sesudah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada yang bathil dan ingkar kepada nikmat Allah? (Al ‘Ankabut, 29: 67)
Kesucian Ka’bah dan wilayah sekitarnya bahwa diperluas hingga ke selain manusia, yaitu Hewan. Berburu hewan di sekitarnya, dilarang dan sementara tidak satupun hewan yang keluar dari tempat tinggal mereka merasa ketakutan di untuk ditangkap.
Baca juga 49 Istilah-Istilah Di Dalam Ibadah Haji dan Umroh
Menebang pohon-pohon dan tetumbuhan di sekitarnya, juga dilarang. Sebuah hadits shahih , diriwayatkan oleh Al – Bukhari, menyebutkan bahwa Nabi SAW, mengatakan;
“pada hari ketika Makkah dibebaskan oleh umat Islam : ” Allah telah membuat kota ini (Makkah) menjadi salah satu Kota Suci sejak hari pertama Dia menciptakan langit dan bumi. Oleh karena itu, kesuciannya yang Allah SWT berikan kepadanya, tidak bisa diganggu gugat sampai hari kiamat. Pertempuran dan Peperangan di kota (Makkah) ini tidak pernah diijinkan-Nya kepada siapapun, sebelum Aku (Nabi Muhammad SAW). Peperangan ini, bola Aku lakukan, hanya satu jam dalam satuhari, dan kota (Maakah) ini akan terus disucikan oleh perintah Allah sampai hari kiamat. Tanaman dan tumbuh-tumbuhan di sekelilingnya, tidak boleh dipotong. Tidak ada seorangpun yang boleh mengambil sesuatu yang dijatuhkan oleh orang lain, kecuali ia mengumumkannya secara terbuka… “
Itulah mengapa Ka’bah Baitullah telah dipilih untuk menjadi kiblat bagi umat Islam. Ka’bah adalah Rumah Tuhan yang Dia sendiri telah memperkaya berkah di dalamnya. Ka’bah adalah Rumah Pertama yang pernah untuk pertama kalinya disediakan bagi orang yang beribadah di dalamnya, lebih dari itu, Ka’bah adalah Rumah tempat beribadah Nabi Ibrahim, yang berisi tanda-tanda jelas bahwa Ka’bah adalah Nabi Ibrahim sendiri yang membangunnya.
Islam , atau ketundukan kepada Tuhan, adalah keyakinan Ibrahim. Oleh karena itu , Baitullah yang dibangun adalah satu-satunya yang layak untuk dijadikan sebagai Kiblat, ke arah mana shalat dan doa Umat Islam menghadap. Baitullah juga merupakan simbol keamanan dan perdamaian di bumi.
Sejak menjadi titik sentral umat Islam, Ka’bah merupakan pedoman bagi umat manusia. Demikian artikel Al Qur’an dan Ka’bah, semoga bermanfaat. Sumber OnIslam.Net (Kang Nawar)