Setiap Sesuatu, Ada Yang Istimewa

NU CILACAP ONLINE – Setiap Sesuatu, Ada Yang Istimewa, dan setiap sesuatu, mempunyai fadlilah dan keistimewaan, banyak sekali contoh-contoh cara Allah memberikan predikat istimewa. Berikut ulasannya.

Sampai kapanpun, aqidah NU, amaliah ubudiyah dan muamalahnya, tidak akan bertemu dengan Wahabi atau musuh-musuh NU lainnya. Salah satu kritik Wahabi terhadap amaliah NU, yaitu masalah yasinan dan tahlilan. Yasin dan tahlil ini merupakan amaliah favorit warga NU. Kegiatan ini biasa dilaksanakan secara rutin setiap malam Jumat, di setiap rumah atau masjid. Atau dilaksanakan dalam mendoakan arwah orang yang sudah meninggal selama tujuh hari, 40 hari, 100 hari, dan seterusnya.

Orang Wahabi dengan sinis bertanya, kenapa sih harus baca yasin di malam Jumat, kenapa tidak setiap hari baca Al-Qur’an? Kenapa pula yaasin yang harus dibacakan pada orang yang meninggal? Kenapa pula dengan tahlil, kok urutan bacaannya seperti itu, mencuplik ayat per ayat dari berbagai surat, dzikir yang bermacam-macam? Semua itu kata Wahabi, adalah bid’ah, mengada-ada dari ajaran Nabi.

Setiap sesuatu, mempunyai fadlilah dan keistimewaan.

Allah menciptakan tiga jenis makhluk berupa Jin, Malaikat dan Manusia. Di antara ketiganya, Allah mengistimewakan manusia, sehingga seluruh malaikat diperintahkan bersujud kepada Adam, sebagai simbol manusia. Kecuali Iblis yang menyombongkan diri menolak sujud kepada Adam (QS. Al Baqoroh: 34).

Artikel Terkait

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ

“Dan ingatlah ketika kami memerintahkan malaikat sujud kepada Adam, maka bersujudlah para malaikat, kecuali Iblis yang menyombongkan diri. Dan dia Iblis adalah golongan orang-orang yang ingkar.”

Di antara manusia, ada yang diistimewakan pula oleh Allah, dan dipilih menjadi Nabi dan rasulnya. Ada sekitar 124 ribu Nabi dan rasul Allah. Di antara jumlah itu, ada 25 yang diistimewakan, yang wajib diketahui. Di antara 25 Nabi-rasul itu, ada 5 yang Allah istimewakan, yaitu mereka yang masuk golongan ulul azmi. Dan puncaknya, yang paling istimewa bagi Allah, tentu Baginda Nabi Muhammad SAW.

Jadi, berbicara “mengistimewakan”, itu hal yang sudah dilakukan oleh Allah. Dan ini banyak sekali contohnya. Di antara malaikat yang jumlahnya hanya Allah yang mengetahui, ada 10 yang wajib kita imani. Di antara 10 itu, Jibrillah yang tentu paling istimewa.

Jadi, banyak sekali contoh-contoh cara Allah memberikan predikat istimewa.

Lafadz Basmalah tentu istimewa. Demikian juga Surat Al Fatehah. Keduanya adalah saripati dan konklusi dari seluruh kandungan Al-Qur’an. Demikian juga ayat kursi yang ada dalam rangkaian tahlil serta Surat Yasin yang sering kita baca pada malam Jumat, atau untuk mengirim kepada arwah orang yang meninggal.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « يَا أَبَا الْمُنْذِرِ أَتَدْرِى أَىُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ مَعَكَ أَعْظَمُ ». قَالَ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ « يَا أَبَا الْمُنْذِرِ أَتَدْرِى أَىُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ مَعَكَ أَعْظَمُ ». قَالَ قُلْتُ اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ. قَالَ فَضَرَبَ فِى صَدْرِى وَقَالَ « وَاللَّهِ لِيَهْنِكَ الْعِلْمُ أَبَا الْمُنْذِرِ »

Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Wahai Aba Mundzir – Ubay bin Ka’ab – tahukah Engkau mana ayat yang paling agung menurutmu di dalam kitab Allah?” aku ( Aba Mundzir ) menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu. Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam.” Beliau mengulangi lagi, “Wahai Aba Mundzir, tahukah Engkau mana ayat yang paling agung menurutmu di dalam kitab Allah?” Aku ( Aba Mundzir ) menjawab, “Yaitu Allahu laa ilaaha illa huwal hayyul qayyum (ayat kursi).” Kemudian beliau menepuk dadaku dan berkata semoga engkau dimudahkan mendapatkan ilmu wahai Aba Mundzir (HR. Muslim).

Ayat kursi ini juga disebut jantungnya Al-Qur’an. Coba bayangkan bagaimana makhluk hidup tanpa organ jantung?

Demikian juga dengan Surat Yasin, serta membacanya pada setiap malam Jumat

وروي عنه رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم من قرأ سورة يس في ليلة الجمعة غفر له رواه الأصبهاني

“Barangsiapa membaca Yasin di hari dan malam jumat dengan mengharap ridho Allah, diampuni dosanya” (HR Asbahaani). [ At-Targhiib wa at-Tarhiib I/298 ].

Hari Jumat, adalah salah satu hari dari tujuh hari yang diturunkan oleh Allah. Hari Jumat pun diistimewakan oleh Allah. Sabda Nabi SAW

“..Sebaik-baik hari yang pada hari itu mata hari terbit adalah hari Jumat, pada hari itu Adam diciptakan. Pada hari itu ia dimasukkan ke surga dan pada hari itu ia dikeluarkan dari surga dan tidak akan terjadi hari kiamat kecuali pada hari Jumat.” (HR. Muslim dan Tirmidzi).”.

Demikian juga lafadz tahlil, laa ilaaha illallah, sudah kita ketahui bersama. Lafadz ini membedakan keislaman dan kekafiran. Lafadz ini adalah kunci syurga. Lafadz ini adalah sebaik-baik dzikir. Lafadz ini menjadi bagian dari rangkaian membaca Yaasin-tahlil. Bahkan dengan lafadz ini, aktifitas dan tradisi NU itu dinisbatkan, menjadi tahlilan. Tahlil dengan akhiran jawa, an, mengandung makna dibaca dan dilakukan berulang-ulang, oleh orang yang jumlahnya lebih dari satu.

Formula-formula istimewa itu kemudian digabungkan oleh ulama NU dalam tradisi Yaasin-tahlil setiap malam Jumat. Ditambah dengan berbagai macam doa, yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadist, serta doa-doa para ulama yang sudah ditirakati dan diriadhohi. Jadi di mana letak kesalahannya?

Apalagi jika dilakukan di Malam Jumat Kliwon, yang bagi orang jawa memiliki nilai spiritual yang tinggi. Ini persoalan sugestif-sublimatif. Kliwon dan hari pasaran lainnya adalah kalkulasi budaya, yang di antaranya punya nilai dan keistimewaan. Sedemikian nilai-nilai ini berurat akar dalam diri orang jawa, serta sudah berlangsung sangat lama, bisa jadi pula hal itu menjadi perhitungan Tuhan. Karena kita percaya, bahwa semua hal dan aspek kehidupan ini, tentu sepengetahuan Tuhan.

وَعِندَهُۥ مَفَاتِحُ ٱلْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَآ إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِى ظُلُمَٰتِ ٱلْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِى كِتَٰبٍ مُّبِينٍ

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)”( Al An’am:59).

Ini bagian dari husnul adab dan husnudzon kepada Allah serta memupuk optimisme atas luasnya rahmat Allah atas kebaikan umatnya.

Penulis: Toufik Imtihani
Editor: Shevilla Dewi Pramudita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button