Membangun Kesadaran Takwa Usai Ramadhan

NU CILACAP ONLINE – Bulan Ramadhan akan usai dalam satu hari lagi sepatutnya kita merenung sejenak lakukan evaluasi, prestasi apa yang bisa dibanggakan selama bulan Ramadan ini. Apakah Membangun Kesadaran Takwa Usai Ramadhan?

Mari kita tinjau ayat yang senantiasa kita baca bahkan kita dengar beulang kali, ayat itu berbunyi :

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ ‌لَعَلَّكُمْ ‌تَتَّقُونَ
[البقرة: 183]

Apa yang telah kita capai dalam hal ketakwaan selama bulan ramadhan ini?

Secara individual, adalah wajar bagi seseorang untuk meninjau amal, ibadah, dan keadaannya selama bulan ini untuk melihat apakah dia telah meningkat menjadi orang yang bertakwa? Dan lebih dalam dari itu, apakah pemahaman seseorang tentang makna ketakwaan telah meningkat? Karena takwa memiliki tingkatan:

Pertama ada takwa yang tampak, yang berfokus pada ibadah-ibadah seperti shalat, puasa, dzikir, dan sedekah, yang tentunya sangat diperlukan.
Kedua ada takwa yang lebih dalam, yang berkaitan dengan perilaku, akhlak, dan pergaulan, kemudian ada tingkatan yang lebih dalam lagi. Yaitu,
Ketiga membersihkan jiwa dari kotoran dan penyakit-penyakit hati seperti riya’, syirik, hasad, kesombongan, kedekatan, dan sebagainya.

Namun umat ini sangat membutuhkan tingkatan takwa lainnya, yaitu takwa yang berbasis kesadaran. Umat harus menyadari tantangan-tantangan yang dihadapi, memahami bahaya-bahaya, godaan, dan tipu daya yang ada di sekitarnya.

Ketakwaan adalah tentang kehati-hatian, seperti yang dikatakan oleh Ibnu Katsir: “Asal ketakwaan adalah menghindari apa yang dibenci.” Lalu dia meriwayatkan bahwa Umar bin Khattab ditanya Ubay bin Ka’ab tentang takwa, : “Apakah kamu pernah melewati jalan yang penuh dengan duri?” Umar menjawab: “Ya.” Ubay bertanya lagi: “Apa yang kamu lakukan?” Umar menjawab: “Aku mengangkat jubahku dan berusaha melewatinya dengan hati-hati”

Tidaklah termasuk dalam takwa jika seseorang berpuasa dan beribadah tetapi tidak peduli dengan penderitaan saudara-saudaranya dari bencana dan musibah. Dan tidaklah termasuk dalam takwa jika seseorang terlibat dalam perang kata-kata yang kasar tentang perbedaan pendapat, sementara umat ini menghadapi tantangan besar yang mengancam eksistensinya dan nilai-nilainya.

Dan tidaklah termasuk dalam takwa jika seorang Muslim berdamai dengan orang kafir yang merusak dan menindas, sementara berselisih dengan saudara-saudaranya sesama Muslim. Baca juga Jaminan Allah SWT Pada Hambanya yang Penuhi Puasa Ramadhan

Pada awal bulan Ramadan selalu dimulai dengan perselisihan di antara umat Islam dalam penetapan awal bulan seperti biasanya setiap tahunnya, kemudian perselisihan dalam rakaat tarawih, dan kemudian muncul perselisihan lain dalam masalah zakat dengan nilai tertentu. Kita berharap agar bulan ini tidak berakhir dengan perselisihan dalam penetapan awal hari raya. Tidaklah termasuk dalam kesadaran untuk tetap membuat umat ini terjebak dalam lingkaran tertutup tersebut, padahal umat ini dipilih untuk memimpin manusia, memerintahkan yang baik dan melarang yang munkar.

Oleh karena itu, para dai dan ulama harus berusaha meningkatkan kesadaran umat akan tuntutan agama ini, tidak boleh melupakan tantangan nyata yang dihadapi, dan mencapai kesadaran seperti kesadaran para sahabat (semoga Allah meridhoi mereka) yang merangkum Islam dalam kata-kata yang dalam dan berbobot: “Allah mengutus kepada kami seorang rasul untuk mengeluarkan manusia dari penyembahan manusia kepada penyembahan Tuhan manusia, dari penindasan agama-agama kepada keadilan Islam, dan dari kekakuan dunia ke luasnya dunia dan akhirat.” [Tarikh Thabari: 3/520, Al-Bidayah wal-Nihayah: 9/622]

Para sahabat tidak keluar ke dunia dengan pemikiran sempit atau proyek kecil, tetapi mereka mengajak manusia kepada agama yang agung, yang membuka cakrawala, memperbaiki kenyataan, dan membangun masa depan.

Tidaklah termasuk dalam takwa jika jumlah kita bertambah tetapi pengaruh kita berkurang, tidaklah termasuk dalam takwa jika seseorang hadir dalam mengambil tetapi tidak dalam memberi, tidaklah termasuk dalam takwa jika para peminta bertambah tetapi para pemberi berkurang. Nabi Muhammad SAW biasanya lebih dermawan dalam memberi selama Ramadan, “Nabi Muhammad SAW adalah orang yang paling baik dalam kebaikan, dan dia paling baik lagi pada Ramadan.” [HR. Al-Bukhari]

Tidaklah termasuk dalam takwa juga jika kita menciptakan kerusuhan dalam perbedaan pendapat yang sudah diperdebatkan dan diteliti, sementara kita diam terhadap isu-isu yang lebih mendesak dalam memerangi korupsi, melawan ketidakadilan, menghadapi kekufuran, dan melawan kemiskinan.

Dan tidaklah termasuk dalam takwa juga jika kita gagal membebaskan negeri kita dan melindungi nilai-nilai suci kita serta membela saudara-saudara kita.

Dan tidaklah termasuk dalam takwa juga jika umat tetap terpecah-belah, dipecah oleh kebijakan dan kepentingan, sementara agama, kepercayaan, dan persaudaraan tidak menyatukannya. Kitab Allah berfirman,

إِنَّ هَذِهِ ‌أُمَّتُكُمْ ‌أُمَّةً ‌وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُون [الأنبياء: 92

وَإِنَّ هَذِهِ ‌أُمَّتُكُمْ ‌أُمَّةً ‌وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ [المؤمنون: 52]

Ya Allah, perbaikilah keadaan kami, petunjukilah hati kami, satukan barisan kami, dan satukanlah kata-kata kami dalam kebenaran. Ya Allah, perbaikilah agama kami yang menjadi penjaga urusan kami, perbaikilah kehidupan dunia kami yang menjadi tempat tinggal kami, dan perbaikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami…

29 Ramadan 1455 H/8 April 2024 M

Penulis Burhan Ali, Lc., MA, Mahasiswa S3 di PTIQ Jakarta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button