Tradisi Berbagi Takjil
NU CILACAP ONLINE – Ada sebuah pemandangan umum yang berlangsung dikala sore hari selama bulan suci ramadhan, di surau-surau, di mushalla-mushalla, di masjid-masjid, di sekolah-sekolah, di desa, di kampung-kampung, ataupun di jalan-jalan kota yaitu tradisi berbagi takjil saat menjelang waktu Magrib.
Takjil merupakan sejumlah makanan maupun minuman ringan pembatal ibadah puasa. Ada kolak, ada bubur, es buah, es dawet, mendoan, bakwan, lontong, ketupat, risol, dan masih banyak lagi.
Semua warga dengan suka rela menyediakan menu takjil secara bergilir. Berbagi takjil.
Dengan berbagi takjil, tidak hanya memperoleh pahala dari Allah SWT, tetapi juga menunjukkan nilai luhur kemanusiaan, persaudaraan, rasa empati, dan kepedulian terhadap kondisi sesama manusia.
Takjil sendiri secara bahasa berarti ‘menyegerakan sesuatu’ yang dalam konteks bulan suci ramadhan berarti bersegera berbuka ketika tabuh waktu Magrib tiba.
Tradisi Turun Temurun
Inilah nilai budaya Islam yang telah menyejarah, dan sudah mengakar di bumi Nusantara sejak lama. Sebuah tradisi turun temurun sejak Islam menyebar secara luas.
Tradisi takjil bukan sekedar kelatahan kebudayaan Islam Nusantara tanpa dasar ajaran agama. Betapa tradisi berbagi takjil memiliki tujuan mulia meningkatkan rasa peduli pada sesama; peduli-kasih, mengamalkan rasa empati kepada sesama, cinta-kasih, dan sekaligus mensyukuri atas nikmat-nikmat Allah SWT.
Rasulullah SAW mengatakan bahwa menyegerakan buka puasa ketika waktu Magrib merupakan nilai kesunahan yang dianjurkan, yang diutamakan, dan di dalam waktu berbuka terdapat kebahagian.
Rasulullah SAW juga memberi motivasi umatnya agar berlomba-lomba memperbanyak amal keshalehan sosial selama bulan ramadhan, di samping amal shaleh yang sifatnya personal.
Pada Hadits lain, Rasulullah SAW bersabda bahwasanya “Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun.”
Demikian itu hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad, dengan sanad atas riwayat sabda Nabi SAW tersebut banyak yang mengatakan bahwa haditstersebut shahih.
Dalam riwayat hadits berikutnya Rasulullah SAW bersabda bahwa ‘siapa saja yang memberi minum maupun makan bagi orang berpuasa maka akan diberi minum, makan pada saat hari kiamat,’
Dermawan di Bulan Ramadhan
Boleh jadi hadits tersebutlah yang menjadi landasan mengapa umat Islam semakin meningkat kedermawannya di bulan ramadhan.
Untuk mendapatkan kesempurnaan nilai dari tradisi berbagi takjil ini biasanya dibentuk beberapa halaqoh, sebuah perkumpulan, sebuah majlis pertemuan kecil dengan membaca doa-doa dan bermunajat, yang dipimpin oleh seorang tokoh agama.
Mereka bareng-bareng membaca doa, bermunajat, melangitkan kalimat-kalimat permohonan, peneguhan keyakinan iman agar supaya tergolong, termasuk orang-orang yang muttaqin, menjadi manusia-manusia yang bertakwa.
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS Al-Baqarah Ayat 183)
Maka begitu mereka selesai bermunajat, dan waktu adzan Magrib telah mengalun, secara serentak semua menikmati hidangan takjil.
Dan berbukalah mereka dengan segala suka cita, maka rasa lapar, haus, dahaga pun sirna, dan bahagia pun terpancar di wajah-wajah mereka.
Semoga kita termasuk golongan orang-orang shaleh, yang beriman, dan bertakwa, serta mendapat limpahan berkah, ridha-Nya. Aamiin..