Shalawat Badar, Inilah Teks Dan Sejarahnya

NU Cilacap Online – Shalawat Badar memuat pujian-pujian kepada Rasulullah ﷺ dan para sahabat yang gugur dalam perang di medan Badar.
Bait-bait syair dan doa dalam Shalawat Badar digubah oleh ulama Indonesia, KH Ali Mansur Shiddiq sebagai ikhtiar batin, memohon petunjuk dan pertolongan pada Allah SWT, berwasilah pada keluhuran Nabi Muhammad SAW dan para sahabat Ahli Badar yang mulia.
Syahdan Shalawat Badar menjadi amaliyah NU bahkan ‘lagu wajib’ di saban kegiatan acara NU. Yang kini begitu populer hingga ke manca negara.
Shalawat Badar diciptakan oleh KH Ali Mansur dan memiliki sejarah serta Riwayat yang patut menjadi teladan, siapa KH Ali Mansur, bagaimana riwayat dan sejarah terciptanya Shalawat Badar?
Lalu bagaimana riwayatnya? Shalawat Badar diciptakan oleh Ulama Indonesia, KH Ali Mansur Shiddiq pada tahun 1962 di Banyuwangi.
Teks Shalawat Badar
Inilah syair yang akan abadi sepanjang masa ‘Shalawat Badar’.
صَـلَاةُ اللهِ سَـلَامُ الله # عَـلَى طَـهَ رَسُـوْلِ الله
صَـلَاةُ اللهِ سَـلَامُ الله # عَـلَى يـس حَبِيْـبِ الله
تَوَسَّـلْنَا بِـبِـسْـمِ الله # وَبِالْـهَادِى رَسُـوْلِ الله
وَكُــلِّ مُجَـاهِـدٍ لله # بِاَهْـلِ الْبَـدْرِ يـَا اَلله
اِلهِـى سَـلِّـمِ اْلأُمـَّة # مِـنَ اْلأَفـَاتِ وَالنِّـقْـمَة
وَمِنْ هَـمٍّ وَمِنْ غُـمَّـة # بِاَ هْـلِ الْبَـدْرِ يـَا اَلله
اِلهِى نَجِّـنَا وَاكْـشِـفْ # جَـمِيْعَ اَذِيـَّةٍ وَاصْرِفْ
مَـكَائِـدَ الْعِـدَا وَالْطُـفْ # بِاَ هْـلِ الْبَـدْرِ يـَا اَلله
اِلهِـى نَـفِّـسِ الْـكُـرَبَا # مِنَ الْعَـاصِيْـنَ وَالْعَطْـبَا
وَ كُـلِّ بـَلِـيَّـةٍ وَوَبـَا # بِأَهْـلِ الْبَـدْرِ يـَا اَلله
فَكَــمْ مِنْ رَحْمَةٍ حَصَلَتْ # وَكَــمْ مِنْ ذِلَّـةٍ فَصَلَتْ
وَكَـمْ مِنْ نِعْمـَةٍ وَصَلَـتْ # بِأَهْـلِ الْبَـدْرِ يـَا اَلله
وَكَـمْ اَغْـنَيْتَ ذَا الْعُـمْرِ # وَكَـمْ اَوْلَيْـتَ ذَا الْفَـقْـرِ
وَكَـمْ عَافَـيـْتَ ذِاالْـوِذْرِ # بِاَهْـلِ الْبَـدْرِ يـَا اَلله
لَـقَدْ ضَاقَتْ عَلَى الْقَـلْـبِ # جَمِـيْعُ اْلاَرْضِ مَعْ رَحْبِ
فَانْـجِ مِنَ الْبَلاَ الصَّعْـبِ # بِأَهْـلِ الْبَـدْرِ يـَا اَلله
أَتَيـْنَا طَـالِـبِى الرِّفْـقِ # وَجُـلِّ الْخَـيْرِ وَالسَّـعْدِ
فَوَسِّـعْ مِنْحَـةَ اْلاَيـْدِىْ # بِاَهْـلِ الْبَـدْرِ يـَا اَللهُ
فَـلاَ تَرْدُدْ مَـعَ الْخَـيـْبَةْ # بَلِ اجْعَلْـنَا عَلَى الطَّيْبـَةْ
اَيـَا ذَا الْعِـزِّ وَالْهَـيـْبَةْ # بِاَهْـلِ الْبَـدْرِ يـَا اَلله
وَ اِنْ تَرْدُدْ فَـمَنْ نَأْتـِىْ # بِـنَيـْلِ جَمِيـْعِ حَاجَاتِى
KH Ali Mansur Shiddiq
KH Ali Mansur Shiddiq merupakan salah seorang cucu dari KH Muhammad Shiddiq Jember yang wafat pada 26 Muharram 1392 Hijriyah atau bertepatan pada hari Minggu, 12 Maret 1972 masehi, dan di makamkan di Desa Maibit, Rengel, Tuban, Jawa Timur.
Shalawat Badar diciptakan pada tahun 1962 di Banyuwangi yang saat itu beliau menjabat Ketua PCNU Banyuwangi sekaligus anggota konstituante utusan partai NU.
Baca juga KH Munawir Abdurrohim Citangkolo Banjar
Berbagai sumber meriwayatkan bahwa Shalawat Badar diciptakan dalam situasi genting, menyusul dibubarkannya Konstituante oleh Presiden Soekarno, menyusul kegagalan parlemen melakukan amandemen terhadap UUD, dan mulai menguatnya PKI.
Saat situasi Indonesia tak menentu pasca Dekrit Presiden 1959, puncaknya terjadi Peristiwa Gestapu 1965.
Sebelum menulis syair Shalawat Badar, Kiai Ali bermimpi didatangi manusia-manusia berjubah putih bersorban hijau.
Pada suatu malam, Kiai Ali tidak bisa tidur. Hatinya merasa gelisah karena memikirkan situasi politik yang semakin tidak menguntungkan NU.
Orang-orang PKI semakin leluasa mendominasi kekuasaan dan berani membunuh kiai-kiai di pedesaan. Karena memang kiailah pesaing utama PKI di tempat itu.
Sambil terus merenung, Kiai Ali terus memainkan penanya di atas kertas, menulis syair-syair dalam Bahasa Arab.
Baca juga Mbah Masduqi Lasem, “Macan Putih” dari Pulau Jawa
Kegelisahaan Kiai Ali berbaur dengan rasa heran, karena malam sebelumnya dia bermimpi didatangi para habib berjubah putih-hijau. Semakin mengherankan lagi, karena pada saat yang sama istrinya mimpi bertemu Rasulullah ﷺ.
Keesokan harinya mimpi itu ditanyakan pada Habib Hadi al-Haddar Banyuwangi. Habib Hadi menjawab, “Ya Akhiy, itu Ahli Badar!”
Mimpi-mimpi aneh yang terjadi secara bersamaan itulah yang konon mendorong dirinya menulis syair, yang kemudian dikenal dengan Shalawat Badar.
Kejadian mengherankan tak berhenti sampai di situ. Keesokan harinya rumah kiai Ali didatangi para tetangganya. Mereka membawa beras, daging dan lain sebagainya, seperti akan terjadi acara hajatan.
Mereka para tetangga mengaku, bahwa pada pagi-pagi buta pintu rumah mereka didatangi orang berjubah putih yang memberitahukan di rumah Kiai Ali akan ada kegiatan besar. Mereka diminta membantu. Maka mereka pun membantu sesuai dengan kemampuannya.
“Siapa orang yang berjubah putih itu?” pertanyaan itu terus mengiang dalam benak Kiai Ali tanpa jawab. Namun malam itu banyak orang bekerja di dapur untuk menyambut kedatangan tamu, yang mereka sendiri tidak tahu siapa, dari mana dan untuk apa.
Habib Ali Kwitang
Jawabannya kemudian didapati ketika serombongan habaib datang ke rumah Kiai Ali Mansur. Diketahui pimpinan rombongan Habib Ali bin Abdurrrahman al-Habysi dari Kwitang, Jakarta
“Alhamdulillah…” ucap Kiai Ali ketika melihat rombongan yang datang adalah para habaib yang sangat dihormati keluarganya.
Setelah mengobrol, Habib Ali tiba-tiba mengajukan pertanyaan yang tak terduga.
“Ya Akhi, mana syair yang Ente buat kemarin? Tolong Ente bacakan dan lagukan di hadapan kami-kami ini!”
Kendati Kiai Ali memang dikenal mahir membuat syair sejak masih nyantri di Pesantren Lirboyo, Kediri.
Sebuah kitab berjudul Mandzumah Ahl al-Badar al-Musamma Jaliyyat al-Kadar fi Fadhail Ahl al-Badar karya al-Imam as-Sayyid Ja’far al-Barzanji telah menginspirasi Kiai Ali Mansur.
Segera saja Kiai Ali mengambil kertas yang berisi shalawat Badar hasil gubahannya semalam, lalu melagukannya di hadapan mereka. Kiai Ali juga memiliki suara yang bagus. Di tengah alunan suara shalawat Badar itu para habib mendengarkanya penuh khusyuk. Tak lama kemudian mereka meneteskan air mata karena haru.
Oleh karena itu, Kiai Ali terkejut. Namun demikian mungkin itulah karomahnya Shalawat Nabi yang diberikan Allah SWT kepada kekasihnya.
Baca juga Teks Shalawat Jauharatul Kamal
Kunjungan Habib Ali tersebut tercatat dalam buku kecil Kiai Ali, kejadian tersebut terjadi pada hari Rabu, tanggal 26 September 1962 jam 8 pagi.
Pada kesempatan itu pula dibacakan Maulid al-‘Azab, dan ceramah agama oleh Habib Ali al-Habsyi Kwitang, Habib Muhammad bin Ali al-Habsyi Kwitang dan Habib Salim Bin Jindan.
Di dalam rombongon tersebut juga ada Habib Ali bin Husein Alattas Bungur, Habib Ahmad bin Ghalib al-Hamid Surabaya, Habib Umar Assegaf Semarang dan banyak lagi para pembesar ulama kala itu.
Selesai mendengarkan shalawat Badar yang dikumandangkan Kiai Ali Mansur, Habib Ali segera bangkit.
“Ya Akhi! Mari kita perangi PKI itu dengan shalawat Badar!” serunya bernada mantap seraya berdoa, lalu rombongan itu memohon diri, pamit.
Sejak saat itu Shalawat Badar sebagai amalan warga NU untuk membangkitkan semangat melawan orang-orang PKI.
Untuk lebih mempopulerkannya, Habib Ali mengundang para habaib dan ulama termasuk Kiai Ali Mansur, serta pamannya KH Ahmad Qusyairi ke Jl. Kwitang, Jakarta. Di waktu itu pula Habib Ali meminta Kiai Ali untuk kembali membacakan sholawat Badar di hadapan jamaah yang hadir.
Shalawat Badar pun menjadi masyhur tersebar luas di mana-mana, apalagi shalawat tersebut selalu dibaca pada setiap majelis taklim. Dan teks shalawat badar dibagikan ke jamaahnya.
Teks Shalawat Badar dicetak pertama kali di Percetakan Alaydrus Jakarta. Hingga kemudian sholawat Badar berkembang pesat di tengah-tengah masyarakat Jakarta, Jawa, dan seluruh Nusantara bahkan penjuru Dunia. [IHA]