Sidang AHWA Menentukan Pimpinan Tertinggi NU

NU CILACAP ONLINE – Dalam setiap pelaksanaan Muktamar untuk tingkat PBNU maupun Konferensi tingkat wilayah, cabang, MWC hingga ranting Ahlul Halli wal Aqdi (AHWA) bukanlah istilah asing di kalangan Nahdlatul Ulama (NU). Sidang AHWA merupakan sebuah sistem untuk memilih pemimpin tertinggi di NU yakni Rais Syuriyah.

AHWA sendiri terdiri dari para ulama pilihan jamiiyah dan jamaah NU yang terpercaya, dan punya wewenang memilih dan menentukan Rais Syuriyah.

Sistem pemilihan AHWA pemilihan pada forum musyawarah NU ini pertama kali diterapkan dalam Muktamar ke-33 NU di Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Sejarah AHWA

Dalam ensiklopedia NU pengambilan istilah AHWA merujuk pada sejarah Islam yang terjadi di masa sahabat.

AHWA merupakan sebuah sistem untuk memilih pemimpin yang pernah dilakukan pasca wafatnya sahabat Umar bin Khattab RA.

Dalam kisah saat Umar bin Khattab dalam keadaan sakit karena ditusuk belati oleh seorang budak Persia, ia kemudian menunjuk enam orang yang terdiri dari Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Abdurrahman bin Auf.

Keenam sahabat Umar Bin Khattab itulah yang kemudian menjadi badan formatur atau Ahlul Halli wal Aqdi (AHWA) yang bertugas untuk bermusyawarah dalam menentukan pengganti pemimpin selanjutnya

Atas dasar sejarah itulah menjadi gagasan bagi NU untuk menggunakan sistem AHWA dalam memilih pemimpin NU khususnya Rais Aam dan Rais Syuriyah di berbagai tingkatan kepengurusan.

Dalam lintasan sejarah dan seiring berjalamnya waktu, sistem tersebut mendapat penolakan dari sebagian warga NU. Namun, saat ini AHWA menjadi media musyawarah yang cukup efektif diterapkan di lingkungan NU dalam menentukan pimpinan di jajaran syuriyah.

Syahdan pengalaman berorganisasi tersebut dapat memberikan kekayaan pengetahuan dalam memahami sistem AHWA di lingkungan NU.

Di tengah-tengah dinamika perbedaan sudut pandang antar tokoh-tokoh NU, kita patut bangga dengan munculnya sistem AHWA sebagai bentuk kontribusi dalam bidang ilmu fiqih siyasah yang bisa diterapkan sesuai dengan lokal wisdom yang ada di Indonesia, bahkan sampai di Cilacap.

Dalam kesempatan yang hangat bersamaan kegiatan Konferensi Cabang (Konfercab) NU Cilacap 2024 redaksi NU CILACAP ONLINE menyatakn bahwa sistem AHWA ini mencerminkan demokrasi yang sebenarnya, yaitu pada Pancasila dalam sila keempat.

Dalam sila keempat yang berbunyi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, ini hampir sama dengan konsep Ahlul Halli wal Aqdi yang ada di NU. Yaitu perwakilan dari tokoh-tokoh NU yang berpengaruh dan penting di tengah-tengah umat.

KH Su’ada Adzkiya terpilih kembali jadi Rais Syuriyah masa khidmat 2024 – 2029. Pemilihan Rais Syuriyah itu ditentukan dan dipilih berdasarkan sidang AHWA yang terdiri dari KH Mashud Hasbullah (Majenang), KH Sahal Adzkiya (Adipala), KH Agus Salim (Sidareja), dan KH Mahfudz Fauzi (Gandrungmangu).

Seluruh awak Redaksi beserta kerabat kerja NU Cilacap Online menyampaikan selamat dan sukses kepada almukaram KH Su’ada Adzkiya menjadi Rais Syuriyah PCNU Cilacap masa khidmat 2024 – 2029. (IHA)

Baca juga Apa Itu Ahlul Halli Wal Aqdi? Pengertian dan Prinsip AHWA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button