Inilah Keistimewaan Waktu Berbuka, Masih Mau Menyia-nyiakan?
NU CILACAP ONLINE – Waktu berbuka puasa adalah momen yang paling ditunggu-tunggu saat bulan Ramadhan. Setelah seharian penuh melakukan puasa, menahan lapar dan haus, menjauhi segala larangan saat berpuasa, maka tibalah saatnya waktu berbuka.
Namun tahukah anda bila waktu berbuka puasa adalah waktu yang istimewa lebih dari sekedar melepaskan lapar dan dahaga dengan aneka hidangan di meja?
Waktu berbuka puasa atau ifthor, termasuk waktu yang mustajabah, terlebih di bulan Ramadhan. Di waktu berbuka ini, doa yang diucapakan hamba kepada AllAh akan diijabah.
Karena pada waktu itu, satir atau sekat antara hamba dengan Tuhannya diangkat sehingga tak ada sekat di antara Allah dan hambaNya sama sekali. Maka dari itu, janganlah kita hanya disibukkan dengan hidangan berbuka puasa. Sempatkan untuk berdoa pada waktu yang mustajab ini.
Diceritakan, Nabi Musa AS pernah bermunajat kepada Tuhannya, “Ilahi, adakah Engkau memuliakan seseorang serupa Engkau memuliakan hamba saat Engkau memperdengarkanku kalamMu?” Jawab Allah,”Wahai Musa, sesungguhnya aku mempunyai hamba-hamba yang aku keluarkan pada akhir zaman. Maka aku muliakan mereka dengan Ramadhan dan aku lebih dekat dengan mereka dibandingkan denganmu. Maka sesungguhnya saat aku berbicara kepadamu, di antara kita ada 70 000 hijab (penghalang). Maka Ketika umat Muhammad menjadi putih bibirnya, kuning wajahnya (dikarenakan puasa), kuangkat hijab tersebut pada waktu berbuka. Wahai Musa, beruntunglah bagi orang yang haus jantungnya dan lapar perutnya di bulan Romadhon. Maka aku tak membalasnya melainkan bertemu denganku. (Durrotun Nasikhin, 17).
Kisah tentang peristiwa pertemuan Nabi Musa dengan Allah di bukit Tursina sangat popular dan bahkan diabadikan dalam Alqur’an. Menandakan betapa istimewanya moment tersebut hingga membuat Nabi Musa merasa berbangga hati. Hal itulah yang menyebabkan Nabi Musa berani mengajukan pertanyaan tersebut kepada Allah SWT.
Siapa sangka bila jawaban Allah tidak sesuai harapan. Allah justru mengungkap keberadaan umat yang baru muncul berabad-abad setelahnya. Umat Nabi Muhammad SAW. Umat dari Nabi akhir zaman, penghulu dari pada Nabi dan Rosul. Umat yang ditakdirkan memiliki umur relatif pendek seperti halnya umur Nabi yang hanya mencapai umur 63 tahun. Tentu saja jauh dari umat-umat terdahulu yang umurnya bisa mencapai ratusan tahun.
Dengan umur yang relatif pendek, tentu saja waktu untuk beribadah kepada Allah menjadi lebih pendek. Namun demikian, AllAh memuliakan mereka dengan waktu-waktu istimewa yang bila digunakan untuk beribadah akan mendatangkan pahala yang berlipat ganda.
Contoh waktu istimewa adalah Bulan Ramadhan. Di bulan ini, segala amal kebaikan akan dilipatgandakan. Di dalamnya terdapat begitu banyak kemuliaan seperti diturunkannya Alquran yang menjadi tuntunan umat Muslim.
Di Bulan Ramadhan juga ada malam Lailatu Qodar, malam seribu bulan yang bila beribadah saat itu pahalanya setara dengan ibadah selama seribu bulan.
Lantas di waktu berbuka Puasa, Allah SWT mengangkat hijab atau sekat yang menjadi penghalang antara hamba dengan Tuhannya. Saat itulah waktu yang mustajab untuk berdoa.
Doa Berbuka Puasa
Dalam tuntunan puasa, doa yang populer dibaca oleh umat Islam di Indonesia adalah
اَللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَ بِكَ اَمَنْتُ وَ عَلَى رِزْقِكَ افْطَرْتُ ذَهَبَ الظَّمَأُ وأبْتَلَّتِ الْعُرُوْقُ وَثَبَتَ الْاَجْرُ اِنْ شَاأ اللّه
Allahumma laka shumtu wa bika aamantu wa ‘ala rizqika aftortu. Dzahaba-zh zama’u, wabtalati-i ‘uruuqu wa tsabata-l ajru, insyaa allah.
Artinya: “Yaa Allah, kepada Mu aku berpuasa dan kepada Mu aku berbuka. Telah hilang dahaga, urat-urat telah basah dan telah diraih pahala, insyaa allah”. (HR. Abu Daud).
Atau bisa juga seperti teks doa tuntunan Syekh Kurdy, yakni ;
اللهم لَكَ صُمْتُ وَعَلى رِزْقِكَ افْطَرْت وَبِكَ امَنْتُ وَلَكَ اَسْلَمْتُ وَ عَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ
Allahumma laka shumtu wa bika aamantu wa ‘ala rizqika aftortu. Wa bika amantu, wa laka aslamtu, wa alaika tawakklatu.
Artiunya : Ya AllAh UntukMu aku berpuasa, dan atas rizkiMu aku berbuka. Dan kepadaMu aku beriman, dan kepadaMU aku berserah dan atasMu lah aku berserah diri.
Di kalangan masyarakat Muslim Indonesia pada umumnya, doa ini dibaca sebelum berbuka. Padahal bila meresapi makna dalam doa tersebut , maka yang benar adalah dibaca seusai berbuka. Bila kita teliti, semua kata kerja dalam doa tersebut merupakan fiil madli, yang artinya adalah kata yang telah lampau.
Lafadz dzahaba dzomaau misalnya, artinya telah basah urat uratku. Bagaimana bisa urat-urat menjadi basah bila belum makan dan minum. Maka yang benar doa ini dibaca sesudah berbuka. Hal ini sebagaimana diterangkan oleh Syekh Muhammad Kurdy
Baca juga Rahasia Ramadhan dan Hikmahnya
Dalam keterangannya, Syekh Muhammad Kurdy menyebutkan beberapa kesunahan saat berpuasa. Di antaranya makan sahur, menyegerakan berbuka,lalu berdoa setelahnya. Syekh Kurdy menyebut sesudahnya. Artinya bahwa doa berbuka dibaca setelah membatalkan puasa dengan makan dan minum. Beliau juga menyebutkan sebuah teks :
قِيْلَ مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَصُومُ فَيَقُوْلُ عِنْدَ إِفْطَارِهِ ؛ يَاعَظِيْمُ ؛ يَاعَظِيْمُ اَنْت اِلاهِيْ لَا اِلاهَ غَيْرُكَ إِغْفِرْ لِي الذّنْبَ العَظِيْمَ فَإنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذّنْبَ الْعَظِيْمِ إَلاَّ الْعَظِيْمُ إلاَّ خَرَجَ مِنْ ذُنُوبِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أمُّهُ
Dikatakan tidak ada seorang muslim yang melalukan puasa, lantas mengucap saat berbuka : Wahai Dzat Yang Maha Agung, Wahai Dzat Yang Maha Agung, Engkaulah Tuhanku, tiada Tuhan Selain Engkau. Ampunilah dosaku yang agung, sesungguhnya tak ada yang bisa mengampuni dosa agung itu melainkan Engkau Dzat Yang Maha Agung, kecuali keluar dari dosa dosanya layaknya hari saat ibunya melahirkan.
Lantas doa apa yang diucapak sebelum berbuka? Tentu saja doa sebelum makan yang bisa kita lakukan sehari-hari. Selanjutnya amal sunah yang dianjurkan saat berbuka puasa menurut Syekh Kurdy adalah perbanyak shodakoh serta senang memberi makanan untuk orang yang berpuasa. (Tanwirul Qulub, 219)
Demikian penjabaran tentang rahasia mustajabnya waktu berbuka puasa. Setelah mengetahui rahasia ini, tentunya kita tak lagi menyia-nyiakan waktu berbuka untuk melangitkan doa. Tak hanya mengucap doa yag telah biasa kita ucapkan, tetapi juga berdoa untuk hal-hal lain. Meminta agar corona lekas hilang misalnya. Atau agar apa yang menjadi hajat lekas terkabul. Wallohu a’lamu bishshowab, (Naeli Rokhmah)