Haji Riang Gembira 2023 Part 5: Mencium Hajar Aswad (Ka’bah)

Seorang jamaah haji mengatakan; “ketika usai melakukan thawaf (mengelilingi Ka’bah), dirinya tergerak untuk mendekat ke Ka’bah dan mencium hajar aswad (batu hitam) sebagai ujud ittiba’ bi al nabi, sebagaimana juga yang dilakukan oleh sahabat Umar bin Khattab.” Simak Haji Riang Gembira 2023 Part 5 Catatan Gus Rozi berikut ini.

Bangunan segi empat berbentuk kubus dan berbahan bebatuan yang terletak di kota Makkah al Mukarramah dan umurnya sudah ribuan tahun itu namanya Ka’bah.

Menurut sebuah sumber, Ka’bah adalah bangunan pertama di dunia yang dibuat oleh manusia. Nabi Ibrahim dan Ismail hanya meneruskan dan merenovasi bangunan yang sudah ada.

Makkah, Pusat Bumi

Banyak sumber mengatakan bahwa kota Makkah, Saudi Arabia adalah pusat bumi. Di kota Makkah ini terdapat bangunan Ka’bah. Dan bangunan Ka’bah inilah yang sesungguhnya dimaksud sebagai pusat bumi.

Makanya, ada semacam konvensi yang mengatakan bahwa seseorang belum disebut ke Arab Saudi kalau belum ke Makkah, dan belum dianggap ke Makkah kalau belum mengunjungi Ka’bah.

Ibaratnya seperti berkunjung ke Eropa. Seseorang belum disebut ke Eropa kalau belum ke Prancis, dan belum dianggap ke Prancis kalau tidak ke Paris, dan belum dianggap ke Paris kalau tidak mengunjungi menara Eiffel (la tour Eiffel). Begitu pulalah Ka’bah. Tetapi magnet Ka’bah untuk dikunjungi manusia jauh melampaui la tour Eiffel.

Terkait dengan sumber tentang Ka’bah sebagai pusat bumi, salah satunya adalah riset yang dilakukan oleh Hussain Kamel yang dipublikasikan hasilnya oleh The Egyptian Scholar of the Sun and Space Reserch Center yang berpusat di Kairo.

Hussain Kamel menemukan sebuah fakta bahwa Makkah adalah pusat bumi. Dalam risetnya, beliau menyimpulkan bahwa kedudukan kota Makkah di mana Ka’bah terletak di dalamnya betul-betul berada di tengah-tengah dataran bumi.

Ka’bah, Keseimbangan Bumi

Sesungguhnya, awal risetnya hanya untuk mengetahui arah kiblat di kota-kota besar dunia dengan menggunakan perkiraan matematika dan kaidah yang disebut sebagai “spherical triangle”. Beliau mulai menggambar suatu lingkaran dengan Makkah sebagai sebuah titik pusatnya, dan garis luar lingkaran adalah benua-benuanya.

Dia dibantu dengan topografi tahun 90-an yang telah menjadi teori yang mapan bahwa secara ilmiah lempengan-lempengan bumi terbentuk selama usia geologi yang panjang, bergerak secara teratur di sekitar lempengan Arab. Baca juga: Ka’bah dan Kiblat, Beberapa Pertanyaan dan Jawaban

Riset lain mengatakan bahwa di tengah-tengah antara kutub utara dan kutub selatan ada suatu area yang bernama zero magnetism area. Yakni suatu area yang apabila kompas dikeluarkan di area tersebut, maka jarum kompas tidak akan bergerak sama sekali.

Hal ini karena adanya daya tarik yang sama besarnya antara kedua kutub itu. Itulah sebabnya maka kalau seseorang hidup di Makkah, dia akan bertahan lebih lama dan lebih sehat karena tidak banyak dipengaruhi oleh kekuatan gravitasi.

Nah, ketika seseorang mengelilingi Ka’bah, dia sesungguhnya sedang melakukan isi ulang energi. Di sisi lain, manusia yang mengelilingi Ka’bah juga berperan memperpanjang usia bumi. Artinya, sepanjang masih ada manusia yang mengelilingi Ka’bah, maka kiamat tidak akan terjadi, karena keseimbangan bumi masih terjaga.

Mencium Hajar Aswad

Ada suatu cerita dan ini peristiwa nyata yang dialami oleh seorang teman baru-baru ini. Teman ini cukup cerdik. Dia berangkat ke haram dengan pakaian ihram, tetapi dia bercelana dalam). Karena aturannya, hanya orang yang berpakaian ihram saja yang diperbolehkan memasuki area mathaf (tempat thawaf). Dia sengaja melakukan itu demi bisa thawaf. Dan polisi terkelabui oleh kecerdikannya hingga membiarkan dirinya masuk.

Dia bercerita tentang pengalaman barunya. Dia bilang, ketika usai melakukan thawaf (mengelilingi Ka’bah), dirinya tergerak untuk mendekat ke Ka’bah dan mencium hajar aswad (batu hitam) sebagai ujud ittiba’ bi al nabi, sebagaimana juga yang dilakukan oleh sahabat Umar bin Khattab.

Ketika sudah dekat, dia merasa ada energi misterius yang menariknya ke hajar aswad. Dia melakukannya biasa saja, dengan cara yang normal, tanpa melalui jasa joki cium hajar aswad. Dan ketika pas berada di hajar aswad, energi besar mengalir pada dirinya yang memunculkan rasa plong dan puas yang tak terperi. Nyaman sekali. Baca juga: Di Mina dan Lempar Jumrah

Sebetulnya dia bisa berlama-lama di hajar aswad, tetapi dia ingat orang-orang di belakangnya yang menginginkan hal yang sama. Wallahu a’lam bi al-shawab. (Bersambung ke part 6)

Tentang Penulis

Fahrur Rozi, ketua Lakpesdam PCNU Cilacap, kepala LP2M Universitas Nahdlatul Ulama Al-Ghazali (UNUGHA) Cilacap. (Makkah al Mukarramah, 22 Juni 2023)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button