Penataan NU ke Depan Pengantar Ketua Umum PBNU

NU CILACAP ONLINE –  Penataan NU ke Depan, Artikel Pengantar Ketua Umum PBNU Prof Dr. KH Said Aqil Siradj dalam buku Hasil Keputusan Muktamar Ke-32 NU Di Makassar Sulawesi Selatan, Muktamar ke-32 Nahdlatul Ulama (NU) yang berlangsung pada 22 Maret – 28 Maret 2010.

Sebagai forum tertinggi, maka Muktamar NU Ke-32 di Makassar yang baru lalu telah berhasil merumuskan berbagai agenda dan program. Berbagai keputusan stretegis yang dirumuskan dalam Muktamar tersebut berisi serangkaian program dan kebijakan organisasi yang setahap demi setahap telah berupaya dilakasanakan oleh PBNU saat ini. Persoalan dasar yang menjadi tuntutan masyarakat saat ini adalah agar NU semakin meningkatkan khidmah dan kiprah dalam kehidupan berbangsa ini.

Di tengah bangsa yang sedang mencari orientasi, sedang gelisah menghadapi krisis yang tidak kunjung selesai. Untuk menjawab persoalan ini bukan kemampuan teknis manajerial yang dibutuhkan oleh bangsa ini dari NU, tetapi adalah kepeloporan dan kepemimpinan di bidang moral. Dalam arti memberi arah dan memberi spirit dalam menjalankan kehidupan berbangsa.Harapan itu sangat bisa dipahami, sebab selama ini dengan kemampuan yang ada NU telah memberikan kontribusi pada bangsa ini, sehingga hasilnya sudah mereka rasakan.

Apalagi di tengah kelangkaan kepemimpinan dan keteladanan saat ini NU diharapkan tampil memberikan arah dan bimbingan. Sebagai organisai yanag memiliki sikap tawasuth, tawazun NU diharapkan selalu dapat menempatkan diri secara proporsional di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk, karena itu ketika dalam situasi konflik NU selalu menjadi penengah dan penyeimbang, sehingga berhasil menjaga kerukunan bagi semua pihak.

Tentu saja tugas itu semakin berat seiring dengan semakin kompleksnya kehidupan masyarakat dewasa ini. Tantangan baru dan tugas baru membutuhkana jawaban baru dan langkah baru. Di situlah penguatan organisasi menjadi sangat diperlukan. Mengingat kebutuhan itu maka Muktamar ini telah berhasil merumuskan berbagai agenda strategis mulai dari penataan organisai di mana telah dilakukan berbagai perubahan mendasar dari AD/ART sebagai langkah antisipasi dalam menghadapi perkembangan dan perubahan zaman.

Dengan demikian diharapkan NU akan tetap relevan dan selalu bisa mengambil peran menentukan dalam semua aspek kehidupan, sehingga peran NU akan selau tercatat dalam sejarah Nasional, sebab seluruh kiprah NU adalah bentuk khidmah NU pada masyarakat dan bangsa Indonesia. Kecermatan para Muktamarin dalam mengantisipasi perkembangan zaman menjadikan setiap Muktamar sebagai tonggak sejarah dalam NU, ini akan kelihatan jelas kalau kita tinjau pelaksanaan Muktamar yang ada.

  1. Muktamar ke 28 NU Sitobondo sangat bersejarah karena pada momen itu NU bertekad Kembali ke khittah,
  2. Muktamar ke-29 NU Cipasung memantapkan kemandirian NU di tengah politik Orde Baru yang totaliter,
  3. Muktamar ke-30 NU Lirboyo Kediri menekankan Penataan Organisasi,
  4. Muktamar ke-31 NU Solo Peningkatan peran Internasional NU dan
  5. Muktamar ke-32 NU Makassar sebagai menguatan Karakter NU di tengah globalisasi, dengan penegasan kembali ajaran Aswaja dan komitmen kebangsaan yang dibingkai dalam Pancasila, UUD 45, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika, yang menjadi karakter dasar bangsa ini. 

Sejak awal NU menguntegrasikan dirinya dengan kekuatan bangsa yang lain dan bahu membahu membangun negeri ini. Sehingga bisa dilukiskan bahwa hari depan NU adalah hari depan Bangsa, demikian juga hari depan bangsa adalah hari depan NU. Dengan penegasan itu NU menjadi organisai yang disegani, sehingga menjadi pertimbangan dalam menetapkan berbagai keputusan sosial, politik, ekonomi dan kenegaraan.

Dalam Muktamar Makassar ini, walaupun tempatnya relatif jauh tetapi terlihat antusiasme masyarakat sangat tinggi untuk hadir. Bagi kaderNU baik yang ada di dalam kepengurusan, termasuk mereka yang berkiprah di Luar, hadir ke acara ini sebagai sebuah keharusan untuk memperkuat ukhuwah keNuan (Ukhuwah Nahdliyah).

Berbagai elemen masyakat dari luar NU hadir bahkan, hampir semua kekuatan politik baik nasional maupun internasional juga tidak ketinggalan mengikuti momen bersejarah NU ini. Posisi NU sebagai ummatan wasathon, organisasi yang moderat, telah disaksikan umat manusia Syuhada’a alan nas. Disaksikan dalam arti dirasakan manfaatnya sebagai penyangga keutuhan bangsa.

Walaupun kiprah NU belumlah maksimal, tetapi masyarakat internasional juga telah mengakuinya. Bahkan selau melibatkan dan meminta kontribusi NU dalam menyelesaian permaslahan internsional, baik di Asia, Afrika maupun Eropa. (Anda sedang membaca artilel Penataan NU ke Depan, Pengantar Ketua Umum PBNU)

Harapan mereka terhadap NU sebagai representasi dari Islam Ahlussunnah wal Jamaah yang membawa nilai-nilai moderat mampu menyerap berbagai apirasi berbagai kekuatan budaya lokal(tradisi) dan sekaligus mampu menyerap kebudayaan modern dan menjadikan budaya Islam yang utuh itu merupakan daya tarik bagi mereka, sehingga mereka ingin belajar banyak terhadap strategi kebudayaan NU ini.

Maka dalam hal ini NU tidak hanya mereka akui sebagai syuhud tsaqafi (penggerak intelektual) dan sekaligus sebagai syuhud hadlori (penggerak peradaban). Ini tidaklain merupakan strategi kebudyaan yang diajarkan oleh para Wali dan dilanjutkan oleh para Ulama NU hingga saat ini.

NU menggerakkan semua ini dengan penuh rendah hati, walaupun di bawah berbagai kritik dan celaan, sebagai organisasi yang konservatif, tradisional, tetapi berbekal kepercaayaan diri terhadap kebenaran dan strategi yang diyakini, maka keteguhan dan konsistensi terhadap paradigmanya sendiri itu maka semakin menegaskan karakter atau kepribadian NU, dan berjalan sesuai dengan prinsip sendiri itu terbukti membawa hasil yang besar. Justeru di tengah pudarnya kebudayaan modern ini NU mampu meberikan alternatif yang memadai.

Walaupun sistem pengkaderan belum berjalan maksimal, tetapi di NU ternyata tersedia kader- kader yang mumpuni sehingga, saat ini kader NU tersebar ke berbagai posisi strategis dalam bangsa ini. Diseminasi kader NU ke berbagai sektor strategis baik dipemerintahan, di parlemen, di perguruan tinggi dan lembaga-lembaga profesi itu juga akan menambah besarnya kiprah kebangsaan NU.

Dalam iklim yang terbuka seperti saat ini terbukti mereka bisa besaing secara fair dan dewasa, sehingga mampu menseleksi dan memilih pemimpin yang benar-benar dikehendaki oleh warga Nahdliyin untuk memimpin mereka dalam mengarungi kehidupan duniawi dan ukhrawi.

NU sebagai cermin bangsa Indonesia dan umat Islam Indonesia, sehingga untuk melihat dinamika Islam Nusantara bahkan Islam non Arab NU, maka yang menjadi erhatian adalah NU. Para ulama internasioanl mulai menaruh simpati pada NU bahkan banyak di antaranya yang mulai mempelajari pemikiran keagamaan model NU dan Pesantren Nusantara.

Sebuah bentuk Islam Non Arab yang otentik tetapi dinamis. Para ulama Timur Tengah sendiri tertarik mempelajari keislamanmodel NU, Bahkan mulai mereka terapakan di negara mereka masing-masing.Sebagai organisai besar yang bersakala nasional, tetapi juga memiliki pngaruh internasional.

NU perlu merumuskan pikiran-pikiran strategis, sehingga NU bisa menjalankan perannya secara makasimal baik dalam kancah nasional maupun di panggung internasional. Kerja keras dan kecermatan sangat diharapkana dalam menentukan langkah ke depan,karena penerbitan buku hasil Muktamar ini penting sebagai panduan untuk melangkah ke depan.

Sebuah langkah yang programmatis, sehingga kita bekerja secara tepat dan by planning (berdasarkan perencanaan) sendiri bukan by order (berdasarkan pesanan) dari pihak lain. Dengan demikian karakter dan harga diri kita semakin besar.

Jakarta, Juli 2010

Artikel Penataan NU ke Depan, Pengantar Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj dikutip NU Cilacap Online NUCOM dari Hasil Keputusan Muktamar ke-32 NU di Makassar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button