Makna Hijrah Di Tengah Pandemi Covid -19

NU CILACAP ONLINE – Beberapa hari ini kita telah memasuki bulan Muharram. Artinya kita baru saja memperingati Tahun Baru Hijriyah. Namun sayangnya, moment penting ini harus kita lewati dalam suasana prihatin lantaran saat ini masih dalam suasana pandemi. Lantas masih samakah esensi makna hijrah di tengah pandemi covid-19 ini?

Tahun baru Islam ditandai hijrahnya Rasulullah dari Kota Makkah menujuh Kota Madinah pada bulan Muharram tahun 662 Masehi, adalah sahabat Umar bin Khattab yang mengusulkan melalui proses musyawarah bersama para sahabat senior.

Makna hijrah saat ini tidak hanya diartikan sebagai peristiwa pada zaman Rasulullah, Rasulullah pergi dari Kota Mekkah menuju Habasyah, Ethiopia, Thaif dan Madinah. Namun juga sebagai Hijrah maknawi (substansi) yakni perubahan diri dalam adab menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Sebagaimana kutipan sebuah hadis yang berbunyi “Barang siapa hari ini lebih baik dari hari kemarin, dadalah tergolong orang yang beruntung, Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin dadalah tergolong orang yang merugi & Barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin dadalah tergolong orang yang celaka. ”(HR. Al Hakim).

KH Masykur Faqih menulis hikmah dari Bulan Muharram saat ini sebagai instropeksi karena hampir dua tahun melewati masa pandemi Covid -19.

Berbagai sektor tak terkecuali ekonomi terkena imbas, padahal kita juga perlu makan yang seimbang dan asupan vitamin untuk menjaga Imunitas diri kita. Karenanya, kita harus saling membantu sebagai bukti kepekaan sosial terhadap marakat yang lemah, semakin memberikan kesadaran kepada kita, bahwa harta yg kita miliki bukanlah mutlak milik kita.

Seluruh yang kita miliki di dunia ini semata hanyalah titipan dari Allah SWT yang di dalamnya terdapat hak orang lain. Momentum Muharram ini sebagai Instropeksi diri, apa saja kekurangan diri kita pada tahun kemarin daat diperbaiki kedan, yang sudah baik dipertahankan dan di tingkatkan.

Ibarat seperti pembukuan, setiap tutup buku kemudian membuka lembaran baru maka seseorang akan berharap menjadi lebih baik dengan mengetahui kekurangan dan kelebihan yang lalu. Jika demikian akan memotivasi diri untuk bisa berhijrah dari diri yang belum baik menjadi yang baik dan dari diri yang baik menjadi yang lebih baik. Sehingga kesimpulan hikmah peristiwa hijrah adalah Jihad dan niat Rasulullah meninggalkan hawa nafsunya.

Oleh karenanya, kita perlu bertanya pada diri kita sendiri sebagai contoh; Apa niat kita? Apa yg kita cari? Dan apa yg kita inginkan? Apakah hanya sekedar popularitas atau yg lainnya?

Baca Juga Risalah Aswaja KH Muhammad Hasyim Asy’ari (Bagian-1)

Jika niat kita belum fokus dalam forum ibadah, maka belum bisa dikatakan sebagai jihad, apalagi hijrah. Jangan sampai kita salah niat, jika terjadu maka kita termasuk orang yang merugi.

Sebagaimana yang firman Allah dalam Qur’an Surah Al Kahfi ayat 104. “Yaitu orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya”.

Maknanya, mereka mengangap bahwa perbuatanya sebagai kebaikan merupakan jihad di jalan Allah, namun ternyata malah menyesatkan umat Islam itu sendiri.

Artikel berjudul Makna Hijrah Di Tengah Pandemi Covid -19  ditulis oleh Fauzan Ramadhan, Media NU MWCNU Patimuan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button