KH Hasyim Asy’ari; Adab Yang Hilang, Hilangnya Keberkahan Ilmu
NU CILACAP ONLINE – Adab menjadi kunci pada keberkahan ilmu. Inilah yang coba diungkap dari artikel berjudul Adab Yang Hilang Dan Hilangnya Keberkahan Ilmu. Keduanya menjadi dua hal tak terpisahkan dalam proses pencarian ilmu oleh murid terhadap gurunya.
Guru dalam Bahasa jawa adalah akronim dari dua kata digugu lan di tiru. Artinya figur yang wajib dipercaya dan ditaati. Dalam lingkup pesantren guru memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Karena guru merupakan motivator terbaik yang harus kita junjung tinggi.
Guru merupakan orang berilmu yang harus benar-benar dihormati selagi apa yang disampaikannya benar dan sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah Rasul. Karena dengan keberadaan guru kita dapat memperoleh ilmu yang tak terbatas. Namun yang lebih penting lagi adalah keberkahan ilmu sang guru.
Baca juga
- KH CHaudlil Ulum; Adab dan Tawadu Kunci Barakahnya Ilmu
- Aurod KH Hasyim Asy’ari, Aurod Yang Sempat Hilang
Salah satu cara mendapatkan keberkahan ilmu adalah dengan hormat dan tunduk pada perintah guru. Ada satu cerita yang cukup masyhur dari KH Hasyim Asy’ari takkala mondok di tempat Syekh Kholil, Bangkalan Madura. Suatu waktu Mbah Kholil kehilangan cincin di kamar mandi. Cincin itu termasuk kesayangan Mbah Kholil, sehingga Beliau merasa gusar atas kejadian tersebut.
Mendengar hal itu, Kiai Hasyim Asy’ari muda memohon izin untuk mencarinya di dalam septictank. Setelah mendapat izin dari sang guru, Kiai Hasyim Asy’ari pun masuk ke dalam wadah kotoran manusia itu tanpa rasa jijik. Ia berbuat demikian hanya karena ingin ngalap berkah dari Mbah Kholil.
Usai mengeluarkan kotoran dari septictank, KH Hasyim Asy’ari menemukan cincin itu. Ia pun menghaturkan cincin tersebut pada sang guru. Maka seketika itu juga, ungkapan doa Mbah Kholil mengalir bagai aliran darah di sekujur tubuh.
Akhlak Seorang Murid Terhadap Gurunya
Menurut KH Hasyim Asy’ari dalam kitab adabul ‘alim wal muta’alim, Akhlak seorang murid terhadap gurunya tertuang dalam 12 macam budi pekerti, meliputi.
- Melakukan perenungan dan meminta petunjuk kepada Allah swt dalam memilih guru;
- Belajar sungguh-sungguh dengan menemui pendidik secara langsung, tidak hanya melalui tulisan-tulisannya semata;
- Mengikuti guru, terutama dalam kecerundungan pemikiran;
- Memuliakan guru;
- Memperhatikan hal-hal yang menjadi hak pendidik;
- Bersabar terhadap kekerasan pendidik;
- Berkunjung kepada guru pada tempatnya atau meminta izin terlebih dahulu;
- Menempati posisi duduk dengan rapih dan sopan bila berhadapan dengannya;
- Berbicara dengan halus dan lemah lembut;
- Menghafal dan memperhatikan fatwa hukum, nasihat, kisah, dari para guru;
- Jangan sekali-kali menyela ketika guru belum selesai menjelaskan;
- Menggunakan anggota badan yang kanan bila menyerahkan sesuatu kepada pendidik.
Salah satu adab yang diajarkan oleh KH Hasyim Asy’ari bagi para murid kepada gurunya adalah bersabar atas sikap kasar sang guru. Jika ada perilaku guru yang seakan kurang baik, maka murid perlu menta’wilnya dengan baik.
Bahkan ketika guru berpaling dan menghukumnya, maka murid perlu meminta maaf terlebih dahulu. Dia juga harus merasa bahwa sikap gurunya tersebut adalah akibat dari kesalahan dirinya.
Adab murid seperti di atas inilah yang mampu menjadikan guru bisa selalu mendidik, mengarahkan, menunjukkan serta memperbaiki sang murid. Namun sayangnya adab seperti ini sekarang seakan hilang dalam dunia pendidikan. Banyak murid yang menentang bahkan melawan saat sang guru menegur. Bahkan dengan alasan HAM mereka berani melaporkan gurunya hanya karena mencubit sang murid.
Akibatnya guru bersikap acuh pada pendidikan karakter murid dan hanya fokus pada mengajarkan ilmu. Padahal kalau hanya sekedar ilmu, semua bisa belajar dari google . Akhirnya keberkahan dari ilmu itu hilang, karena hilangnya adab. Wallahu A’lamu bisshowab.
Artikel berjudul KH Hasyim Asy’ari; Adab Yang Hilang, Hilangnya Keberkahan Ilmu ditulis oleh Hermanto, Kontributor Nucom dan Sekretaris PRNU Tritih Kulon.
Editor: Naeli Rokhmah