Gus Anis dan Obrolan Bareng Tentang Etika, Adab dan Ilmu

NU Cilacap Online – Gus Anis adalah salah satu pengurus PC GP Ansor Cilacap, yang memang Gus sungguhan, dan dia adalah putra dari KH Miftahuddin Ghufron Musa, pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Darussalam Klumprit Nusawungu.
Nusawungu, merupakan satu kecamatan di ujung timur Kabupaten Cilacap yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Kebumen. Gus Anis, di samping putra Kiai dan Pengurus PC GP Ansor Cilacap, dia juga Kepala Madrasah Aliyah Darussalam. Salah satu lembaga pendidikan formal tingkat atas, yang berada di bawah naungan yayasan Ponpes Darussalam Klumprit Nusawungu.
Di tengah kesibukkannya yang padat untuk mengelola madrasah dan pesantren, beruntung sore kemarin, pada jumat (23/6) saya berkesempatan berfoto dengannya. Sebelum akhirnya berfoto, tentu kami sudah ngobrol ringan dan canda tawa bersama di lobi Kantor PCNU Cilacap.
Tidak perlu saya utara-kan keperluan Gus Anis hadir di PCNU Cilacap. Karena saat itu kita berdua memang sedang menghadap ke selatan. Baca juga Tentang Panggilan Gus
Sepintas lalu, obrolan saya dengan Gus Anis menguap begitu saja. Karena memang obrolan bareng kami ringan, dan seolah hanya untuk menjadi kepantasan bertemu saja.
Hingga akhirnya,sebelum tidur saya tertarik untuk membuat status di beranda Facebook. Berangkat dari melihat-lihat foto yang tersimpan di galeri handphone hasil jepretan siang kemarin.
Etika, Adab dan Ilmu
Satu hal yang saya tangkap dari obrolan dengan Gus Anis, dan ini seolah menjadi interpretasi personal saya kepada dirinya. Adalah soal etika, soal kesantunan, etika dalam menjalankan laku hidupnya, baik ketika dirinya berposisi menjadi anak dari seorang kiai, atau ketika dalam posisi menjadi pengurus organisasi.
Soal ini saya kira Gus Anis (Anis Fuadi), sudah sangat paham dengan maqolah Arab yang mafhum dikalangan santri: adab, etika itu lebih tinggi dari ilmu, al adab fauqal ilmii.
Dengan kapasitas keilmuannya dan jabatan yang dipercayakan kepadanya, beliau tak segan untuk selalu berkonsultasi dengan abahnya terlebih dulu. Tentang bagaimana sebaiknya mengambil keputusan untuk pengelolaan madrasah. Meskipun posisinya adalah Kepala Madrasah dengan segala kewenangan yang melekat.
Untuk jabatan yang dia sendiri adalah pucuk pimpinan saja masih demikian. Tentu hal tersebut juga dilakukan dalam kapasitasnya menjadi pengurus organisasi.
Dan ini saya rasakan, di tengah terbuka-lebarnya peluang untuk mengambil keuntungan personal yang bisa saja dia ambil. Tapi tidak dengan Gus Anis, dia telah banyak ditempa di pesantren untuk memposisikan etika, unggah ungguh, tentang kesantunan diatas segalanya.
Dan saya belajar ini darinya, dari obrolan ringan yang sebelum akhirnya menguap dan berlalu begitu saja (Ahmad Fajri Nida/MaM)
Lihat Video: Gus Anis Fuadi – Ber ANSOR di Level Ranting