Wali Syekh Mbah Ringgit Di Desa Sadabumi Majenang Cilacap
Penyebar Agama Islam Pertama
NU CILACAP ONLINE – Di Desa Sadabumi Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap terdapat makam Wali Syekh Mbah Ringgit, Penyebar Agama Islam Pertama di wilayah tersebut. Semasa hidupnya konon memiliki karomah cukup unik; yakni mampu mengambil kuda beserta kandangnya dari Keraton Solo tanpa ketahuan siapun dan dengan sekejap sudah berada di Desa Sadabumi Kecamatan Majenang.
Menurut penuturan juru kunci makam dan sekaligus keturunan dari Syekh Mbah Ringgit, Bapung Sohir (65 tahun) bahwa Sang Wali hidup sekitar abad ke 18, yakni sebelum Belanda menjajah Nusantara.
Nama asli Wali Syekh Mbah Ringgit adalah Wangsapraya yang berasal dari Kesultanan Surakarta (Solo) dan kemudian berdakwah menyebarkan agama Islam di wilayah Desa Sadabumi, Kecamatan Majenang. Penamaan Mbah Ringgit karean mata uang yang berlaku kala itu adalah ringgit.
Sadabumi: Syahadat Bumi
“Mbah Ringgit adalah leluhur saya yang bersal dari Solo dan hidup sebelum zaman belanda datang dan memberi nama daerah ini Sadabumi yang artinya Syahadat Bumi,” ungkapnya.
Dikisahkan bahwa dulu jika ada orang yang menikah di daerah Sadabumi maka pengantin pria tidak boleh langsung ketemu dengan pengantin wanita, selama 40 hari sang pria harus bekerja kepada pihak keraton sebagai penganti pajak.
Hal itu cukup menyengsarakan rakyat hingga ada sayembara bahwa jika ada yang bisa mencuri kuda dari keraton solo dan membawanya tanpa ketahuan siapapun, maka ketentuan itu didak berlaku lagi.
Ternyata yang dapat melakukanya adalah Syekh Mbah Ringgit, dengan karomahnya ia dapat mengambil kuda yang dijaga ketat oleh pasukan keraton dan bahkan bukan hanya kudanya tapi sagedongane (dengan kandangnya-red) berhasil dibawannya. Hal ini menjadi kisah turun-temurun di kalangan masyarakat Desa Sadabumi.
“Saya diceritakan karomah Mbah Ringgit secara turun temurun dari leluhur-leluhur saya, dan kisah itu masyhur di seluruh kalangan masyarakat Sadabumi,” terang Bapung Sohir kepada NU Cilacap Online, (15/10).
Makam Wali Syekh Mbah Ringgit
Pengurus Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU) MWCNU Majenang yang juga pemuka agama setempat, Kiai Saeful Anwar mengatakan bahwa area pemakaman telah dibangun secara swadaya oleh para keturunan Syekh Mabh Ringgit serta masyarakat sekitar pada tahun 2019.
Sebelumnya area tersebut hanya terdapat beberapa bebatuan di bawah pohon besar, dan ada yang cukup disayangkan yakni sering terjadi penyimpangan, di mana para penggunjung yang datang salah alamat dalam ziarah. [Baca: Ziarah ke makam Gus Dur)
Beberapa orang malah meyakini bahwa diarea tersebut terdapat keramat yang diyakini dapat memberikan kesaktian untuk memiliki kemampuan mencuri tanpa ketahuan.
Untuk meluruskan hal tersebut Kiai Aep (apaan Kiai Saeful Anwar) dengan bimbingan gurunya yakni Al Habib Muhammad Al Athos akhirnya meumusnahkan tempat keramat tersebut dan dengan hasil istiharohnya meyakini bahwa makam Syekh Mbah Ringgit sebenarnya berada di lokasi yang kini dibangun oleh masyarakat. (Baca Haul KH Muhammad Ruslan Ke-30, Ziarah di TPU Wadasjontor)
Dan atas petunjuk dari Al Habib Muhammad Al Athos area makam tersebut kini dapat dikunjungi oleh masyarakat umum, namaun dengan niat yang baik dan mengikuti tata cara yang diperintahkan syariat agama Islam.
“Jika ziarah ke sini niatnnya harus yang baik, beri salam kepada Aluliya Illah, bertawasul, boleh baca Yasin atau Tahlil dan berdo’a kepada Allah Swt,” terangnya.
Dia area makam Wali Syekh Mbah Ringgit juga terdapat beberapa persemayaman lain yang diyakini makam dari para pengikutnya yakni Wangsadipa dan Wangsalaksana. [Baca Ziarah Ke Makam Kiai Sholeh Darat]
Suasana makam pun sangat asri dan sejuk karean berada di bawah naungan beberapa pohon besar yang cukup unik, di mana jika dilihat dari sudut tertentu dapat membentul lafaz Allah Swt. Kebersihan tempat pun sangat terjaga dan tidak terkesan seram, karena masih berada di dekat pemukiman penduduk.
Bagi yang ingin berkunjung lokasi makam Syekh Mbah Ringgit, tepatnya berada di Desa Sadabumi, yakni sekitar 8 Kilometer ke arah utara dari pusat Kota Majenang. Untuk menuju lokasi peziarah dapat menggunakan kendaraan mobil maupun sepeda motor.
Kondisi jalan yang dilalui saat ini cukup baik hanya saja belum ada angkutan umum resmi yang beroprasi sampai ke lokasi serat belum ada rambu penunjuk arah yang memadai.
“Agar lebih mudah pengunjung dapat menuju Balai Desa Sadabumi lalu tanyakan lokasi makam ke masyarakat sekitar, karena lokasi sudaah dekat hanya sekitar 500 meter dari situ,” terang Kiai Aep.