Ke Majenang, PWNU Jateng Gelar Istighosah Di Masjid Wakaf
NU Cilacap Online – Hadir di Kecamatan Majenang Cilacap, Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah (Jateng) KH Ubaidillah Shodaqoh bersama rombongan gelar istighosah di Masjid Saefurrohman, Sindangsari Majenang yang merupakan Masjid Wakaf Jendral Nurfaizi Majenang, Cilacap. Kamis (4/8) kemarin.
Acara berlangsung di dalam Masjid Saefurrohman tersebut atas prakarsa ide, gagasan dan dipimpin langsung oleh Rois Syuriah PWNU Jateng. Dihadiri oleh Rois syuriah, Ketua, dan jajaran Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU), Jajaran Pengurus Majlis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Majenang, dan Jajaran Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU) Sindangsari Majenang, perwakilan dari unsur Lembaga maupun Badan Otonom Nahdlatul Ulama (Banom NU) dan juga masyarakat sekitar Kecamatan Majenang, istighosah berjalan khusyu’.
Kalimat tahlil, tahmid, takbir dan tasbih, kalimat-kalimat agung itu berkumandang di Masjid Saefurrohman. Melantun lewat bibir-bibir orang salih, seraya bergemuruh dalam relung hati, dalam detak jantung, mengkristal dan memekarkannya jiwa dalam perilaku kemanusiaan dan semoga menancapkannya dalam sujud-sujud kita semua.
Disampaikan kh Ubaidalloh Shodaqoh yang merupakan tokoh Positive News Maker Jateng tahun 2020, bahwa Allah SWT sangat menyukai ucapan tasbih, tahmid, tahlil dan takbir yang keluar dari bibir hamba-hamba-Nya.
“Dalam sabdanya Rasulullah, beliau mengatakan : Bagiku mengucapakan Subhanallah, al-Hamdulillah, Laa Ilaaha Illa Allah, Allahu Akbar lebih aku sukai daripada apa yang disinari mentari.” tegasnya.
Dikatakan dalam riwayat lain, lanjut Pengasuh Pondok Pesantren Al Itqon, Bugen, Tlogosari Semarang ini menjelaskan bahwa Rasulullah pernah bersabda Ucapan yang paling Allah sukai itu adalah empat yakni Subhanallah, al-Hamdulillah, Laa Ilaaha Illa Allah, Allahu Akbar. Tidak ada bahaya dari manapun akan datang padamu (HR. Muslim).
“Istighosah sebagai amalan luhur, menjaga nilai ajaran Ahlus Sunnah Waljamaah (Aswaja), dan merupakan sarana meminta pertolongan kepada Allah SWT dalam rangka menjaga kondusifitas ketentraman dan kedamaian. Kebersamaan ini sekaligus memberi dukungan pada amanah wakif dan juga program NU Cilacap.” terangnya
Sekilas Masjid Wakaf Jendral Nurfaizi
Masjid Saefurrohman tempat digelarnya istighosah oleh Rais PWNU Jawa Tengah KH Ubaidalloh Shadaqah merupakan masjid wakaf Jendral Nurfaizi. Mbah Ubed demikian sapaan akrab beliau mengapresiasi terkait wakaf tersebut. Dia menjelaskan bagi kaum muslim wakaf termasuk amal ibadah yang istimewa, karena pahala amalan ini bukan hanya dipetik ketika pewakaf masih hidup, bahkan pahalanya juga tetap mengalir terus meskipun pewakaf telah meninggal dunia.
Wakaf tak hanya mendatangkan manfaat bagi pewakaf, tapi juga penerima wakaf. Karena saat melepas harta sebagai wakaf, maka bulir-bulir kebaikan dan manfaat akan lahir seiring pahala yang terus mengalir.
“Semakin banyak orang yang memanfaatkannya, maka semakin bertambah pula pahalanya,” pungkasnya.
Sementara itu Ketua Yayasan Minhajurosyidin Majenang KH Ahmed Shoim El Amin Lc, menyampaikan apresiasi pada langkah PWNU Jateng menggelar acara Istighotsah dan Doa Selamat tersebut.
“Masya Allah… Merinding diri ini oleh laku lampah para kiai kesepuhan tersebut,” tuturnya.
Perlu diketahui pada hari yang sama, sebelum rombongan PWNU Jateng datang, gelar Istigotsah dan doa selamat, pintu gerbang jalan masuk Masjid Saefurrohman tersebut baru di buka dari penyegelan.
HM Murtado, salah satu warga sekitar menceritakan sempat terjadi ketegangan dengan pihak yang menduduki lokasi tanah wakaf tersebut yakni Jemaat Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII). Atas prakarsa lawyer Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama (LPBHNU) Cilacap dan pendampingan bersama dari pemerintah, Satpol PP, TNI dan kepolisian, akses jalan utama jalan masuk Masjid Saefurrohman yang disegel itu baru bisa di buka.
“Akses Jalan masuk Masjid Saefurrohman mereka tutup lebih dari sepekan lamanya, dan itu telah jatuh tempo sesuai kesepakatan semula yakni Selasa. 2/8. Dan pada saat kesepakatan itu disaksikan pihak berwajib, oleh karenanya kepada pihak berwajib, pemerintah, TNI, Polri, kami minta untuk membuka segel secara baik-baik.” akunya.
Disampaikan bahwa bangunan Masjid Sseifurrohman dan Pondok Pesantren Minhajurosyidin Majenang untuk kemaslahatan umat Islam dan keseluruhannya diserahkan pengelolaannya dari Nadzir perseorangan/Nazir Desa kepada Nazir resmi yakni Nadzir Badan Hukum Nahdatul Ulama atau Nadzir NU.
“Masjid Saefurrohman dan Pondok Pesantren Minhajurosyidin Majenang ini merupakan wakaf dari Komisaris Jendral Polisi Purnawirawan Dr.H. Nurfaizi Soewandi, MM,” terangnya.
Dijelaskan, bukti sertifikat telah disyahkan oleh BWI serta tercantum dalam Akte Sertifikat Wakaf dengan luas lahan 2937 m2 dan 289 m2 bersertifikat Akta Wakaf Nomor 0006 dan Nomor 0007 juga lahan 177 m2 yang masih SHM a/n H. Nurfaizi dan luas total seluruhnya menjadi 3.403 m2.
Ketua Yayasan Minhajurosyidin Majenang KH Ahmed Shoim El Amin Lc, saat dikonfirmasi membenarkan dan menjelaskan bahwa di lahan tersebut telah berdiri bangunan Masjid Saefurrohman dan bangunan Pondok Pesantren Minhajurosyidin yang dibangun sejak tahun 1986. Terletak di Jl. Tanjung Sindangsari, Majenang Cilacap
“Prosedur administrasi hukum dan aturan yang berlaku sudah kami penuhi. Termasuk beberapa kali menempuh jalan musyawarah dengan pihak-pihak selama ini menduduki dan menempati lahan wakaf, yakni pengurus Jemaat LDII,” terangnya.
Disampaikan, hal ini dilakukan guna menyusul beberapa kejadian yang mengiringinya yang dikhawatirkan memicu instabilitas umat Islam khususnya di desa Sindangsari, Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap.
“Semua ini menandakan cukup menjadi bukti, bahwa ekslusifitas Jemaat LDII masih ada, dan itu sekaligus wujud nyata tindakan antisosial dan anti persaudaraan, juga bentuk nyata aksi intoleransi,” pungkasnya. (Imam Hamidi Antassalam)