Mengenal Lebih Dekat Sosok Ibu Bangsa Nyai Hj Sinta Nuriyah Wahid 

NU Cilacap Online – Ibu Nyai Hj Sinta Nuriyah Wahid menjadi rujukan publik sebagai sosok ibu bangsa bagi Negara Kesatuan Repuplik Indonesia bukan karena oleh sebab istri Presiden Keempat RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) melainkan karena memang tipikal perempuan pejuang sebagai sosok dan figur ibu bangsa. Mengenal lebih dekat Ibu Nyai Hj Sinta Nuriyah Wahid.

Ibu Nyai Hj Sinta Nuriyah menjadi rujukan publik sebagai ibu bangsa karena beliau selalu mengutamakan kepentingan bangsa terutama mengenai kerukunan, kebhinekaan, pluralisme, keberagaman, toleransi, kesetaraan gender, dan hak asasi manusia. Ia tampil seperti hari ini, dan menjadi keberkahan bagi daerah yang disinggahinya terutama kali ini bagi Cilacap dan Majenang.

Jejak Langkah

Adalah Nyai Hj Sinta Nuriyah (77) seorang istri dari bapak bangsa, bapak prularisme, bapak semua agama, dan Presiden keempat RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Oleh karenanya nama Abdurrahman Wahid melekat pada namanya yaitu Ibu Nyai Hj Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid.

Tentunya di balik ketokohan Gus Dur ada peran Ibu Nyai Sinta yang hebat. Dibalik kesuksesan suami karena ada peran sang istri. Pepatah itu benar adanya. Peran dukungan seorang istri mempunyai kekuatan yang dahsyat untuk kesuksesan seorang suami dan keluarga. Maka beliaulah yang selalu mendukung dan memberi motivasi Gus Dur.

Gus Dur sendiri adalah seorang pemikir, politisi, kiai, negarawan, budayawan, cendikiawan muslim Indonesia. Beliaulah yang yang selalu membersamai bahkan meneruskan jejak langkah dan perjuangan Gus Dur.

Biodata Singkat

Ibu Nyai Hj Sinta Nuriyah lahir di Jombang 77 tahun yang lalu tepatnya pada 8 Maret 1948.

Ibu Nyai Hj Sinta Nuriyah Wahid merupakan putri sulung dari pasangan KH Mutawali dan Nyai Hj Syafi’ah.

Ayahnya, KH Mutawali, dikenal sebagai seorang ulama yang memiliki dedikasi tinggi dalam dunia pesantren. Sementara itu, ibunya, Nyai Hj. Syafi’ah, merupakan sosok perempuan yang juga memiliki peran besar dalam membangun lingkungan keilmuan Islam di lingkungannya.

Sejak kecil, Nyai Hj. Sinta Nuriyah telah terbiasa dengan suasana keislaman yang kental. Didikan keluarga yang menanamkan nilai-nilai keislaman, keilmuan, serta kepedulian sosial menjadikan beliau tumbuh sebagai sosok perempuan yang tangguh dan memiliki pemikiran kritis terhadap berbagai isu sosial di masyarakat.

Latar belakang keluarganya yang berasal dari lingkungan pesantren membuatnya memiliki pemahaman yang mendalam terhadap ajaran Islam dan bagaimana mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Ibu Nyai Hj Sinta Nuriyah adalah istri dari Presiden Indonesia keempat KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang menjabat dari tahun 1999 hingga tahun 2001.

Pasangan ini dikaruniai 4 orang putri: Alissa Qotrunnada Munawaroh, Zannuba Arifah Chafsoh, Anita Hayatunnufus, dan Inayah Wulandari. Dari keempat putri itu hanya Si Bungsu yang belum berkeluarga.

Pengalaman dan Cita-cita

Ibu Nyai Hj Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid di masa mudanya pernah menjadi wartawan di Majalah Zaman (1980-1985). Beliau juga pernah bekerja dengan Syu’bah Asa di Majalah TEMPO.

Tahun 1993, Ibu Sinta, sapaan akrabnya, mengalami kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan beliau harus banyak beraktivitas di atas kursi roda. Meskipun demikian semangatnya tak pernah surut.

Beliau bahkan berhasil menyelesaikan jenjang S2 pada Program Studi Kajian Wanita Universitas Indonesia pada 1999.

Aktivitas beliau pun tetap padat. Salah satu hal yang aktif beliau perjuangkan adalah hak-hak perempuan melalui Yayasan Puan Amal Hayati yang didirikannya pada tahun 2000.

Sejumlah aktivitas sosial keagamaan antar iman termasuk pembelaan tentang kebebasan beragama dan berkeyakinan menjadi bagian yang tak lepas dari kepeduliannya atas kondisi sosial masyarakat sehari-hari.

Menjaga keberagaman, Kesetaraan, toleransi, dan hak asasi perempuan ia perjuangkan semenjak remaja. Oleh karenanya beliau dikenal sebagai perempuan kritis.

Beliau terus gelisah jika menjumpai ketidakadilan, peminggiran, dan intoleransi di Indonesia. Dan selalu merasa was-was ketika peminggiran dan subordinasi terus menimpa kepada perempuan.

Ibu Nyai Sinta adalah tipikal perempuan tangguh yang rela jatuh bangun memperjuangan nilai-nilai kesetaraan, keadilan, dan kemanusiaan.

Hingga kini pada usia 77 tahun, ia tetap menjadi perempuan petarung. Memperjuangkan apa yang menjadi pemikiran dan cita-citanya selama ini.

Karya-karya

Adapun karya-karyanya adalah:

  1.  Perempuan dan Pluralisme.
  2. Pesantren Tradisi dan Kebudayaan.
  3. Romantika Kehidupan: Kumpulan Kasus Kekerasan Pada Perempuan.
  4. Kembang Setaman Perkawinan: Analisis Kritis Kitab Uquq al-Lujain.
  5. Wajah Baru Relasi Suami-Istri: Telaah Kitab Uqud al-Lujain.

Penghargaan dan Prestasi

Atas karya dan dedikasi serta perjuangannya Ibu Negara Keempat Nyai Hj Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid ini mendapatkan banyak perghargaan, antara lain seperti;

  1. Termasuk dalam daftar 100 tokoh berpengaruh dunia versi Majalah Times kategori tokoh pejuang perempuan tahun 2018;
  2. 11 tokoh perempuan paling berpengaruh versi harian New York Times 2017;
  3. Soka Women’s College Comendation of Friendship dari Soka Women’s College Universitas Soka sebagai pejuang Perempuan;
  4. Mendapat gelar Doktor Kehormatan Honoris Causa (Dr. HC) dari UIN Sunan Kali Jaga Yogyakarta pada tahun 2019. (IHA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button