Mengenang KH Ahmad Muhammad Mubarid Padangsari Majenang
![Screenshot 34](https://pcnucilacap.com/wp-content/uploads/images/2021/02/Screenshot_34.jpg)
NU Cilacap Online – Romo KH Ahmad Muhammad Mubarid, wafat pada (17/2) Jam 21.30 Malam. Majenang Raya kehilangan salah satu Kiai Sepuh bersahaja. Sebab sakit sepuh, 87 tahun, KH Ahmad Muhammad Mubarid, seorang Ulama, Pengasuh Ponpes Al Hidayah Benda Asri, Desa Padangsari Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap itu telah menghadap Allah SWT. Jenazah dimakamkan Kamis (18/2), pukul 09.00 di area Kompleks Makbaroh Ponpes Al El Bayan Majenang.
Meninggalnya kiai bersahaja itu membawa duka mendalam. Khususnya bagi keluarga, kerabat dan santrinya. Ratusan kerabat, santri, dan warga pun datang mengantarkan almarhum ke peristirahatan terakhirnya.
KH Firdaus Bin KH Imam Subky Najmuddin yang juga salah satu Pengasuh Pondok Pesantren El Bayan turut hadir di rumah duka yang berada di Komplek Ponpes Al Hidayah Benda Asri.
Disampaikan, alamarhum sangat berdedikasi dan rajin dalam mengajarkan ilmu pokok ajaran Islam kepada para santrinya. Banyak santri beliau yg sangat terkesan dan berkesan pada keilmuan dan dedikasinya. Bahkan saat beliau sudah mulai sakit-sakitan. Para santri memohon agar beliau istirahat. Tapi beliau memohon pada para masayih agar tetap diberi kesempatan untuk mengajar.
“Semoga almarhum diberi kelapangan dan segala amal ibadahnya diterima Allah SWT. Dan keluarga dan segenap santri diberi ketabahan dan dapat mencontoh pribadi Romo Kiai KH Ahmad Muhammad Mubarid.” terangnya.
Sementara itu, atas nama keluarga, Ibnu Hakim yang merupakan Santri almarhum memohon maaf kepada masyarakat atas segala salah dan khilaf almarhum almagfurlah.
“Mohon doa semoga husnul khatimah dan mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT,” kata santri yang juga pengajar Madrasah Diniyah Ponpes Alhidayah itu.
Dia menceritakan, Romo Kiai Ahmad Muhammad Mubarid, asli pribumi, adalah santri Almagfurllah Mbah Kiai Najmuddin, Muassis PP El Bayan, Benda Kulon. Di Tahun 1989, sepeninggal wafatnya Romo Kiai Ahmad Nasuha, Muassis Pengasuh Pondok pesantren Al Hidayah Bendawetan, Romo Kiai Ahmad Muhammad Mubarid disuwun untuk meneruskan perjuangan di pondok tersebut. Tapi tidak lepas dari PP El Bayan, Romo Kiai Ahmad Muhammad Mubarid tetap mengajar di MADIN PP El Bayan setiap sore.
“Di luar waktu itu beliau mengurus pesantrennya”. pungkasnya.
Baca juga H. Zainal Khudori Rauf Cigaru Majenang, Wafat
Sosok Romo KH Ahmad Muhammad Mubarid sendiri memberikan kesan khusus bagi sejumlah kalangan. Beliau merupakan sosok yang bersahaja, sederhana dan menyejukkan. Saat memberi pengajaran juga cukup lembut. “Orangnya, masya Allah….. istiqomah. Patut jadi panutan,” katanya
Fajarudin, Kepala Sekolah SMP Maarif 1 Majenang menyebut, almarhum sosok kiai yang alim sekaligus takdim. Tutur katanya lembut, santun dan sejuk. Selain itu, pembawaannya tenang dan ramah.
“Beliau adalah guru, pimpinan pesantren dan panutan. Tutur katanya lembut berhikmah, bersahaja dan ramah. Pribadi yang sejuk dan santun, dan mandiri. Selamat jalan guru,” ungkap Santri yang juga Kepala Sekolah SMP Ma’arif 1 Majenang.
Bagi Direktur Klinik Pratama Amanu Majenang, H Khamid Alwi, Almarhum adalah sosok yang sangat bersahaja. Semua yang kenal Romo Kiai Mubarid pasti merasakan seperti ini, Beliau orang sederhana dan gigih berjuang. Orang yang banyak sahabat dan kerabat, sehingga pantas ketika wafatnya yang takziyah begitu banyak, jenazahnya pun dishalati di mesjid jami’ penuh dan sesak.
Disampaikan H Khamid Alwi, sewaktu menunaikan Ibadah Haji bersama beliau di tahun 2014, Romo Kiai Mubarid dan istrinya selalu menerima siapapun dengan ramah.
“Saya merasakan betul humble-nya beliau berdua. Saya terkesan dengan keramahan beliau. Saya yakin Beliau husnul khotimah.” tambahnya
له الفاتحة…
Kontributor: Imam Hamidi Antassalam
Baca juga Agus Jhon Wafat, Keluarga Besar Banser NU Cilacap Berduka