Ghirah, Gairah, Nasionalisme Dalam Katalisator Sepak Bola

NU Cilacap Online – Dalam 30 tahun terakhir ini ujian dan tantangan terberat adalah, kekhawatiran memudarnya rasa nasionalisme, terutama di kalangan anak muda. Namun sepak bola telah menampakkan ghirah, gairah, dan ekspresi nasionalisme yang tinggi, setidaknya dalam satu bulan terakhir ini.

Eksistensi negeri ini telah dideklarasikan sejak puluhan tahun yang lalu. Sebagai sebuah nation, itu adalah usia yang masih muda.

Pun begitu, ujian terus datang silih berganti. Datang dari kanan maupun kiri. Baru beberapa tahun bisa ” berdiri”, DI/ TII memberontak. Sumaji Marijan Kartosuwirjo, atas nama Islam, memberontak kepada pemerintahan yang sah.

Pusat pergerakannya di Jabar, Tasikmalaya, Indramayu dan sekitarnya. Sehingga residu DI/ TII masih banyak tercecer di wilayah2 itu. Yang fenomenal tentu kehadiran Panji Gumilang dan ponpes Azzaitunnya.

Kartosuwirjo adalah teman seperjuangan Soekarno dan sama-sama murid dari HOS Cokroaminoto.

Tahun 1948, Muso, memberontak bersama PKI-nya. Muso adalah seorang muslim. Tetapi kemudian dia mengadopsi idiologi kiri untuk menumbangkan pemerintahan yang sah

Demikian secara spartan, bangsa ini diuji dari hari ke hari waktu ke waktu. Setiap periode perjalanan bangsa ini, akan diuji dg cara yang berbeda..

Dalam 30 tahun terakhir ini ujian dan tantangan terberat adalah, kekhawatiran memudarnya rasa nasionalisme, terutama di kalangan anak muda.

Kekhawatiran itu sangat beralasan. Sebab penetrasi idiologi trans-nasional sangat masif melanda NKRI. Dan di sini juga ada ormas-ormas yang menjadi agen mereka untuk mengikis habis rasa nasionalisme, dengan berbagai kampanye hitam, termasuk dengan bungkus agama.

Baca Sepak Bola Liga Santri Warnai Hari Santri Nasional MWCNU Kroya

Tetapi sepak bola menjawab semua keragu raguan itu. Sepak bola telah menampakkan ghirah, gairah, dan ekspresi nasionalisme yang tinggi, setidaknya dalam satu bulan terakhir ini.

Semua unsur-unsur primordialisme, sektarianisme, individualisme, dan fanatisme ashabiyah, larut, bersatu dalam wujud nasionalisme, yang dikonversi oleh sebuah katalisator yang bernama Sepak Bola Timnas.

Baca juga NU Tidak Mempertentangkan Islam dan Nasionalisme

Walau ekspektasi yang meninggi itu belum terwujud, tetapi Timnas sepak bola U-23 telah menyatukan semua elemen bangsa dalam sebuah unity dan union perjuangan mengharumkan nama bangsa.

Baca juga Relasi Nasionalisme dan Moral dalam Agama

Berbagai even nonton bareng digelar di mana mana. Lagu-lagu kebangsaan yang menandai herois dan patriotisme menggema di langit-langit nusantara. Pembicaraan akan kebanggaan sebagai bangsa, lewat Timnas Garuda, dibicarakan mulai warung kopi hingga istana.

Para pengancam dan musuh-musuh NKRI bergetar hatinya. Orang-orang macam Felix Siauw yang berkampanye bahwa tidak ada ajaran agama tentang cinta tanah air, mungkin sangat malu. Atau orang-orang yang begitu mudah mengharamkan sepak bola, akan kehilangan ruang lagi untuk berfatwa tentang keharaman sepak bola. Sebab faktanya, sepak bola telah membangkitkan gairah hidup yang luar biasa.***

Pojok Cilacap
03052024
Toufik Imtikhani.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button