Faktor Pasang Surut Aktivisme Organisasi

NU CILACAP ONLINE – Berbicara faktor pasang surut aktivisme organisasi berarti berbicara tantangan organisasi. Bagaimana sebuah organisasi bisa tetap hidup dan eksis bukan sekedar papan nama. Lalu bagaimana organisasi bisa berkontribusi bagi dunia bagi masyarakat alih-alih jadi oganisasi yang sekedar numpang nama.

Ada sebuah ambiguitas bahwa berorganisasi senyatanya juga aktivitas pasang surut yang harus disadari. Artinya berorganisasi pun ada saat aktif, tak aktif, bahkan tinggal papan nama organisasi tanpa sebuah gerakan. Semua itu menjadi fenomena berorganisasi yang tak bisa ditampik begitu saja realita eksitensinya.

Aktivisme Organisasi

Tentang sebuah aktivisme organisasi. Melihat bagiamana progres dari berorganisasi tersebut. Terkadang dihadapkan oleh madegnya kegiatan para aktivis di dalam organisasi yang menjalankan peran organisasi.

Mandegnya kegiatan organisasi jika dilihat bagaimana mereka dapat madeg atau bahasanya efektivitas kegiatan organisasi dipertanyakan. Pada nyatanya tidak melulu ada suatu masalah yang besar melilit organisasi. Atau hal semacamnya yang membuat keretakan sesama hubungan anggota bersama organisasi tersebut.

Tidak dipungkiri dan menjadi sebuah pertanyaan dari kesadaran bersama. Berorganisasi dan menjalankanya bukan perkara yang mudah. Berorganisasi sendiri butuh upaya yang besar untuk menjaga aktivitas di dalamnya mencapai tujuan bersama itu.

Baca juga

Tantangan dan Seni Organisasi

Sebab berorganisasi sendiri. Sudah pasti dijalankan oleh banyak orang yang turut serta terlibat di dalamnya. Itu tantangan dan seninya dalam menjalankan suatu organisasi.

Maka dari itu upaya yang sangat besar menjaga gerakan organisasi. Soliditas sesama anggota organisasi. Serta adanya kesadaran bersama menjaga visi organisasi merupakan upaya yang tidak mudah dilakukan.

Ditambah jika organisasi itu bergerak dalam bidang-bidang social. Bukan organisasi profit yang mampu ditopang oprasionalnya, menuntut berbagi konsekwensi pelaku-pelaku organisasi di dalamnya untuk terus bergerak dengan logistic dan capital yang ada.

Katakanlah seperti organisasi profit yang harus konsukwen berjalan “menjalankan” roda organisasi. Organisasi profit sendiri ada timbal balik bagi anggota seperti upah untuk menjalankan organisasi. Itu dapat dijadikan sebuah legitimasi bahwa mempertanggung jawabkan organisasi berjalan adalah tanggung jawab mereka.

Maka dengan berbagai factor dari mandegnya organisasi khusunya social non profit yang tentu secara kultural organisasi berbeda dengan organisasi profit.

Apakah ada hal-hal khusus mengapa sebuah organisasi non profit dapat mandeg kegiatan aktivismenya? Mungkinkah mandegnya setiap organisasi merupakan hal yang wajar, dilalui sebagaimana dinamika organisasi itu dengan berbagai fenomena yang ada di dalam organisasi itu sendiri?

Memang naik dan turun aktivisme organisasi atau gerak orang-orang yang ada dalam organisasi menjadi hal biasa di dalam sebuah organisasi baik yang profit maupun bukan profit dengan permasalahnya masing-masing.

Namun adakah perbedaan mendasar antara organisasi profit dan non profit setiap permasalahnya, yang mana organisasi non profit atau social sendiri dapat madeg begitu saja, yang juga berarti aktivisme organisasi terkendala?

Komunikasi dan Mandegnya Organisasi

Memandang kompleksitas organisasi dengan permasalahan di dalamnya. Memang tidak bisa hanya dilihat dalam satu sudut padang saja. Banyak prespektif yang harus dihimpun untuk mengambil sebuah kesimpulan tentang permasalahan organisasi.

Organisasi baik profit ataupun bukan profit tentu sama-sama dibayangi kurang efektif berjalannya organisasi. Maka dengan permasalahan yang muncul itu dari hal yang fundamental hingga yang relative bagian dari permasalahan organisasi.

Apa saja hal yang memicunya terhambatnya sebuah aktivisme berorganisasi yang juga disebut dengan kemandegan organisasi, yang mana sering di jumpai di dalam berbagai organisasi?

Satu dari banyaknya masalah berorganisasi bagi segenap aktivis organisasi merupakan masalah komunikasi yang kurang efektif. Artinya komunikasi tentang bagaiamana organisasi. Diskusi tentang tujuan bagaimana progress organisasi dari hari ke hari menuju tujuan. Atau komunikasi sekedar mengingatkan satu sama lain kesadaran akan kebutuhan beromunikasi berorganisasi itu sangat penting.

Komunikasi sekecil apapun itu harus secara intens dilakukan bagi anggota organisasi. Tujuannya dari menjaga komunikasi itu. Komunikasi secara tidak langsung juga menjaga keberlangsungan organisasi guna terciptanya harominitas anggota organisasi.

Selain itu komunikasi juga dapat memprovok seorang anggota di dalam organisasi itu untuk memicu adanya ide-ide baru untuk organisasi dan berpikir gerakan apa yang efektif sesuai dengan kultur organisasi.

Maka dari itu komunikasi dalam organisasi ibarat jembatan. Sebuah focus diskusi pemecah sekaligus pembangun sebuah gerakan dalam organisasi. Komunikasi bagi organisasi baik organisasi profit atau non profit merupakan kebutuhan yang mutlak harus dipenuhi.

Urusan Private

Selain itu berkecimpung di organisasi sebagai bagian dari public atau bersift umum terkadang menjadi factor terkendalannya kurangnya efektivitas di dalam sebuah gerakan organisasi adalah urusan domestic atau urusan privat.

Sebagaimana yang diketahui. Terkadang ada sekat besar antara ruang organisasi dan privat. Artinya keduanya memiliki ruang sendiri yang sudah seharusnya mempunyai penanganan masing-masing oleh anggota organisasi.

Namun keduanya terkadang menjadi sesuatu yang berbenturan karena segala urusan penangannya juga memerlukan waktu baik urusan privat maupun organisasi.

Oleh karena itu organisasi profit disini lebih diuntungkan terkait dengan masalah privat. Sebab bagimanapun masalah privat terikat erat dengan pemenuhan kebutuhan setiap individu yang harus dipenuhi masing-masing.

Organisasi profit dapat menopang kebutuhan privat. Namun organisasi non profit sendiri idealnya dilakukan memang oleh orang-orang yang sudah terpenuhui kebutuhan privatnya khusunya secara ekonomi.

Tak heran mandegnya organisasi non profit seperti social-kemasyarakatan selalu menemui pasang surut gerakan organisasi. Penyebabnya adalah urusan privat dan urusan organisasi tiap kali menjadi penyebab tidak efiktifnya gerakan organisasi non profit.

Krisis Identitas

Selain konflik urusan privat dalam organisasi. Krisis identitas berorganisasi juga menjadi problema tersendiri. Krisis identitas organisasi bukan berarti keluar atau sudah tak memiliki hubungan dengan organisasi bagi anggota organisasi.

Tetapi krisis identitas dalam organisasi yang mandeg itu mendefinisikan keengganan bergerak. Artinya mereka tidak lupa dengan identitas organisasinya. Namun mereka seperti kehilangan arah bagaimana menjalankan sebuah organisasi.

Tentu dengan sejumlah permasalahan yang belum di identifikasi secara gambalang oleh anggota organisasi. Itulah yang disebut dengan krisis identitas berorganisasi, yang mana banyak anggota terdiam lebih memilih jalan di tempat dan memastikan organisasi ada dan eksis.

Meskipun dengan sadar buat terbengkalai dengan catatan-catatan tertentu yang belum usai bagi organisasi. Masalah krisis identitas sendiri seringkali di terjadi pada organisasi non profit. Akan tetapi organisasi profit pun tak dapat lepas dari itu.

Dalam organisasi profit krisis identitas berarti miskinya inovasi bagaimana membawa kerja dan visi organisasi pada kemajuan baik secara profit maupun kapaistas dari organisasi profit tersebut.

Maka dari itu kembali. Berorganisasi dan menjalankannya ada tantangan besar di dalamnya. Oleh karenanya organisasi madeg, bubar, bahkan tinggal papan nama itu bagiamana orang-orang di dalam organisasi itu akan membawanya.

Sejatinya segala kemungkinan itu bisa terjadi dalam organisasi. Pecah kongsi, bubar jalan dan hancur lebur segala macamnya itu kemungkinan dapat terjadi. Untuk itu hal yang penting berorganisasi bagi anggotanya, harus mampu memupuk kesadaran bahwa organisasi itu sendiri bagi manusia adalah wujud eksistensi.

Organisasi sudah seharusnya di jalani dengan modal kesadaran “berada” di mana tempat organisasi itu. Jika eksis di organisasi profit, tetapkan dengan kesadaran bahwa tujuannya adalah keuntungan dan kesejahteraan bersama.

Akan tetapi jika di organisasi non profit, sadarlah bahwa kebutuhan akan kebaikan bersama dalam organisasi memiliki nilai pada spiritual anggota-anggotanya. Artinya kepuaasan batin individu adalah tujuan dasar organisasi non profit itu. (Toto Priyono)

Editor: Naeli Rokhmah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button