Trending

Satu Abad NU, 100 Tahun Nahdlatul Ulama (1926-2026)

NU CILACAP ONLINESatu abad NU atau 100 tahun Nahdlatul Ulama. NU lahir pada hari ahad pon 31 Januari 1926 bertepatan dengan 16 Rajab 1344 Hijriyah. Jika menghitung seabad NU berdasarkan kalender masehi, maka seabad NU akan jatuh pada 31 Januari 2026, atau 11 (sebelas) tahun mendatang.

Jika satu abad NU dihitung berdasarkan kalender Hijriah, maka satu abad NU akan jatuh pada hari Selasa Wage tanggal 16 Rajab 1444 H (atau 7 Februrari 2023), 9 (sembilan) tahun mendatang. 11 atau 9 tahun mendatang, adalah masa yang pendek.

Satu Abad NU menjadi topik yang semakin menghangat tidak terkecuali menjelang Muktamar ke 33 NU di Jombang Agustus 2015 yang akan datang. Seabad NU akan dilalui dalam dua kali muktamar lagi.

Seabad NU menjadi momentum refleksi kita sejauh mana mampu meneruskan cita-cita pendiri NU. Sebab, NU adalah amanat besar yang di dalamnya terdpat jutaan umat yang perlu wadah pelestarian akidah islam ahlussunnah wal jamaah yang diusung NU.

Wasekjen PBNU H Abdul Mun’im mengatakan, sekarang Nahdlatul Ulama (NU) sedang menghadapi krisis idiologi. Tidak sedikit kepengurusan NU di beberapa daerah tidak jalan. Karena itu dirinya berkeliling Indonesia mendatangi pengurus-pengurus di daerah untuk membenahi itu semua.

“Sebenarnya orang NU banyak yang sudah paham dan ahli masalah manajemen. Tapi kenapa masih ada di daerah NU yang tidak jalan. Itu menunjukkan adanya krisis yang lebih dari sekadar krisis manajemen,” tuturnya saat berkunjung ke kantor PWNU DI Yogyakarta di Jalan MT Haryono No.4 Yogyakarta, Sabtu (28/2).

Baca juga  Tanggung Jawab Warga NU Menyongsong Abad Kedua

Mun’im menegaskan, pembenahan itu bukan hanya untuk menyambut Muktamar ke33 NU pada Agustus nanti tapi juga untuk mempersiapkan usia satu abad NU. Untuk itu NU harus benar-benar berkhidmah dan berkontribusi kepada masyarakat.

“Untuk menyambut 100 tahun (satu abad) masih ada 10 tahun lagi. Sehingga kita harus bekerja keras. Agar kelak NU masih tetap besar dan menjadi harapan banyak orang,” harapnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH As’ad Said Ali menghadiri dialog pramuktamar NU yang berlangsung di Gedung PCNU Kab Magelang, Senin (6/7) kemarin. Kegiatan ini dihadiri para pengurus NU se karesidenan Kedu, Banyumas dan Yogyakarta.

As’ad Said mengatakan, Muktamar ke-33 NU di Jombang merupakan salah satu muktamar paling penting karena baru pertama sejak NU berdiri tahun 1926 muktamar diselenggarakan di Jombang sebagai kota asal para pendiri NU. Selain itu Muktamar diselenggarakan menjelang peringatan satu abad NU.

“Muktamar kali ini dilandasi semangat menyambut satu abad NU. Organisasi NU adalah organisasi kemasyarakatan yang sangat kuat memegang tawasuth (moderat), tawazun (proporsional) dan tasamuh (toleran),” katanya.

NU dianggap paling cocok untuk mengatasi berbagai persoalan keagamaan yang berkembang. Dikatakannya, warga Muslim di Afghanistan bahkan meniru mendirikan organisasi “NU Afganistan” atau “NUA” dengan format yang mirip dengan NU yang ada di Indonesia.

Menurut As’ad, NU akan tetap menjadi ormas Islam yang besar bersih dan berwibawa, serta rahmatan lil alamin. Meski demikian, ia tidak memungkiri, penataan dan konsolidasi organisasi perlu terus dilakukan di lingkungan internal NU menghadapi berbagai tantangan dan perubahan.

Ditambahkan, pada usia menjelang 100 tahun Nahdlatul Ulama (NU) dihadapkan dengan beberapa perkembangan baru. Antara lain, warga NU sudah tersebar tidak hanya terkonsentrasi di desa tetapi juga di kota-kota besar di Indonesia, mengutip salah satu hasil survei yang menyebutkan 58,8 warga muslim di 10 kota besar di Indonesia mengaku menjadi bagian dari NU. Selain itu, generasi NU sudah tidak didominasi oleh para ahli agama Islam.

“Kita sekarang punya kekuatan baru yakni kalangan bisnisman, birokrat, akademisi, politisi dan kaum profesional. Semua ingin bergabung menguatkan NU tapi tidak tahu jalannya. Ini perlu kita pikirkan, kalau tidak kader kita ini akan diambil orang lain,” katanya.

Baca juga Mars Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button