Sang Kiai : Film Kisah Perjuangan KH Hasyim Asy’ari

NU CILACAP ONLINE – Sang Kiai merupakan sebuah film kolosal produksi Rapi Film yang mengangkat kisah perjuangan ulama karismatik pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, yakni KH Hasyim Asy’ari.

Beliau adalah tokoh kunci dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan pada era 1942-1947. Lewat “Resolusi Jihad”, tokoh yang dijuluki Hadlratussyekhatau Maha Guru ini mengimbau dan mengajak para santri pejuang untuk berjihad fisabilillah melawan penjajah yang kemudian melahirkan peristiwa perang besar yang kita kenal sebagai hari Pahlawan 10 November 1945.

Dalam film Sang Kiai, Aktor Utama Ikranagara dan Christine Hakim memerankan tokoh sentral yakni KH Hasyim Asy’ari dan Nyai Kapu, istrinya. Sedangkan pemeran KH Wahid Hasyim (anak sang Kiai, ayah dari Gus Dur) adalah Agus Kuncoro.

Mereka bertiga beradu akting dengan sederet aktor muda seperti Adipati Dolken (sebagai Harun, murid kesayangan Sang Kiai), Dimas Aditya (sebagai Husyein, penerjemah yang bekerja untuk tentara Jepang), dan Meriza Febriani (berperan sebagai Sari, istri Harun).

Aktris asal Jepang dan Belanda, yakni Suzuki Noburo (sebagai Kumakichi Harada), dan Andrew Trigg (sebagai Brigadir Mallaby) pun turut ambil peran. Sedangkan Bung Tomo diperankan oleh Ahmad Fathoni dan Gus Dur kecil diperankan oleh Ahmad Zidan.

Meski berkisah tentang perang kemerdekaan dan kiprah KH Hasyim Asy’ari, film ini tidak seserius film dokumenter. Ada unsur komedi dan tentu saja percintaan. Unsur komedi muncul dalam adegan saat salah satu santri tidak shalat berjamaah, kemudian dia dihukum oleh sang Kiai yang mengharuskannya mencium pantat sapi.

Kisah cinta, dituangkan dalam kisah cinta antara Harun dan Sari, juga antara Sang Kiai dengan istrinya, Nyai Kepu. Film ini juga menggambarkan kesetiaan Nyai Kepu dalam mendampingi suaminya di masa-masa sulit, sejak ditahan oleh Jepang,  mengalami siksaan, hingga akhirnya meninggal. Christine Hakim sangat menjiwai perannya sehingga ia mengaku merasakan kehadiran Nyai Kepu  di lokasi syuting, saat adegan Sang Kiai meninggal.

“Saya merasakan suasana yang haru saat itu. Apalagi sejak awal, saat saya datang ke pesantren Tebuireng dengan mengenakan kostum Nyai Kepu, para santri menyalami saya seolah-olah saya adalah Nyai Kepu,” ungkap Cristine Hakim.

Sementara lokasi syuting film berlatar belakang tahun 1940-an ini mengambil lokasi di Kediri, Gondang, Magelang, Ambarawa, dan Semarang. Masa pengambilan gambarnya melibatkan 500 kru dan 5000 pemain.

Syuting film berlangsung selama 60 hari dan penyelesaian dikerjakan selama 8 bulan. Namun, persiapannya lebih lama lagi, butuh waktu 2,5 tahun untuk proses pencarian informasi sejarah, pencarian lokasi yang sesuai, pemilihan pemain yang cocok, hingga proses perijinan kepada keluarga besar KH Hasyim Asy’ari.

Selain jadi “melek” sejarah, Anda juga akan terhibur oleh akting para aktor dan aktris di film ini, yang berhasil menggambarkan suasana perang kemerdekaan Indonesia tahun 1940-an.

Ketika kita melihat film Sang Kiai ini, kita dibuat geram oleh akting para aktor yang sukses memerankan kekejaman tentara Jepang, sekaligus menangis haru saat jasad Harun dan KH Hasyim Asy’ari berada dalam pelukan istri mereka.

Selamat Jalan datuk Ikranagara, Aktor Sang Kiai.. Al-fatihah..

Imam Hamidi Antassalam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button