Gempa Megatrust; Ilmu Manusia dan Rencana Tuhan

NU CILACAP ONLINE – BMKG kembali meramalkan akan terjadinya megatrust, atau gempa besar yang akan melanda Indonesia, terutama di Selatan pulau Jawa dan Barat Pulau Sumatra. Gempa ini terjadi akibat tumbukan sesaran gempa Euro- Asia dan Indo Australia, yang memang letaknya berada di selatan Pulau Jawa. Gempa itu diperkirakan antara 8-9 SR. Lebih besar dari gempa Aceh tahun 2004.

Efek dari gempa besar itu akan menimbulkan tsunami antara 10-34 meter, menerjang mulai dari Banten, Cilacap, Blitar, dan hampir semua wilayah di pantai selatan jawa.

Isu current affair: sebagai warning system

Isu megatrus ini merupakan isu cukup lama. Sejak tahun 2001 informasi ini telah diketahui oleh masyarakat. Tetapi sesuai berjalannya waktu, terus dilupakan, sampai kemudian pemerintah mengingatkan, atau kembali menghangatkan isu ini di tengah-tengah publik. Hanya mungkin isu kali ini lebih dasyat sebab diendors oleh para pelaku medsos, konten kreator, hingga para indigois. Bagaimana reaksi masyarakat?

Menimbulkan keresahan

Reaksi masyarakat tentu beragam. Ada yang pasrah, ada pula yang resah. Bahkan tak peduli. Atau juga kadang tidak peduli, tetapi kadang resah. Hal ini sangat manusiawi.

Resah tidak resah, mau bagaimana lagi, sebab pemerintah juga tidak bisa memprediksi secara benar dan tepat kapan terjadinya megatrust. Pemerintah atau para endorsement hanya mengatakan, tinggal tunggu waktu. Tunggu waktu ini apakah sebulan, dua bulan, satu tahun atau sepuluh tahun? Tidak ada yang bisa memastikan. Ini yang pertama.

Yang kedua, andaikan akan terjadi beneran, pemerintah secara otomatis juga tidak bisa mencegah, atau memberi solusi jika terjadi gempa dan tsunami. Sebab gempa itu tiba-tiba terjadi dan pasti menimbulkan banyak korban. Paling tsunami, mungkin bisa dihindari dengan lari ke daerah2 yang tinggi, itu pun jika belum menjadi korban gempa dan masih ada kesempatan. Melawan alam memang tak bisa mudah.

Apakah masyarakat memerlukan info megatrust?

Jawabannya antara iya dan tidak. Tetapi lebih baik tidak. Tapi itu kan memang tugas dan kewajiban pemerintah sepanjang yang bisa diketahui.

Masyarakat sebetulnya tidak butuh informasi-informasi yang belum pasti kejadiannya dan menimbulkan keresahan, apatisme dan ketakutan.

Karena ketakutan dan keresahan itu bisa mengganggu aktifitas masyarakat, seperti ekonomi, belajar bagi pelajar, dan sebagainya.

Tuhan saja merahasiakan waktu terjadinya musibah dan bencana, dengan tujuan agar umatnya bisa hidup tenang dan bahagia, walau juga memberi peringatan tapi peringatan itu tidak disampaikan untuk menakut nakuti.

Baca juga Sosialisasi Penanganan Bencana Gempa Bumi Tsunami Digelar

Ilmu Manusia dan Rencana Tuhan

Secara geologis, kawasan Indonesia berada di tiga lempengan gempa, yaitu lempeng indo-austtalia, lempeng euroasia dan lempeng pasifik. Otomatis keadaan itu secara ilmiah dapat ditelaah bahwa wilayah negara kita mudah digoncang gempa. Getaran gempa bisa terjadi dalam berbagai ukuran, interval dan durasi, tergantung apa, bagaimana, mengapa dan dimana, serta antar apa pergeseran dan tumbukan itu terjadi. Semakin besar pergeseran, vertikal atau horisontal, dan tumbukan itu terjadi, semakin besar goncangan gempa itu dirasakan.

Lempeng-lempeng itu berada di laut. Gempa laut terjadi di berbagai macam kedalaman. Dalam kedalaman tertentu, dan magnitudo tertentu, biasanya di atas 6,5 SR, itu bisa menimbulkan tsunami.

Baca juga Cerita Relawan NU Cilacap Peduli Bantu Korban Gempa Cianjur

Tsunami adalah gelombang air laut yang besar. Mungkin parameternya berukuran 10-30 meter. Atau setinggi dua pohon kelapa. Dahulu, para winasis sering menggambarkan banjir besar itu dengan istilah, bethik mangan manggar. Bethik adalah sejenis ikan. Manggar adalah bunga dari pohon kelapa.

Dari narasi di atas, dapat dikatakan bahwa secara ilmiah, gempa atau bahkan gempa megatrus, tsunami besar, bisa terjadi. Ini ilmu manusia. Pun saya katakan, ilmu ini belum paripurna. Alat pendeteksi gempa dan tsunami pun mungkin belum sangat canggih.

Tuhan tentu tidak tunduk kepada ilmu, apalagi ilmu manusia. Tuhan mempunyai kehendak tersendiri, tidak mendasarkan pada ilmu, saint,dan IPTEK.

Baca juga Gempa Di Cianjur Jabar, PCNU Cilacap Siap Kirim Relawan

Artinya, andaipun berpotensi gempa besar, karena tumbukan lempeng yang dasyat, tetapi Tuhan menghendaki gempa kecil, pasti itu terjadi. Bahkan, andai secara teori ilmu, gempa itu disusul tsunami, tetapi Tuhan tidak menginginkan tsunami, maka itu tidak akan terjadi.

Tuhan sangat berotoritas atas segala bencana alam. Manusia tidak akan bisa berbuat apa-apa. Gempa dan tsunami besar bisa terjadi, seperti prediksi banyak manusia. Tetapi bisa saja tidak terjadi, karena Tuhan tidak menghendakinya.

Tuhan bekerja atas kemauannya, bukan atas prediksi dan ilmu manusia. Dan jika Tuhan menghendaki, maka yang terjadi adalah kehendak-Nya, bukan prediksi manusia.

Maka dari itu, di atas semua teori dan prediksi ilmiah manusia, ada Tuhan yang Maha berkehendak. Perbanyaklah doa dan ibadah, agar kehendak-Nya itu, selaras dengan keinginan kita, bukan prediksi yang kita takutkan.

Cilacap. 29 Agustus 2024
Toufik Imtikhani

One Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button