Bagaimana K3P Eksiskan Seni Ketoprak di Cilacap?
NU Cilacap Online – Bagaimana seni ketoprak bisa eksis di Cilacap? Inilah yang dilakukan Kampung Kreatif Karisma Pertamina (K3P) Desa Karangrena, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap lewat seniman binaan Sanggar Sarakerta di acara Gebyar Budaya K3P 2023 pada Sabtu (25/11/2023).
Seni Ketoprak yang telah lama seperti hilang dalam jagad seni khususnya di Cilacap bagian Timur. Sebenarnya seni ketoprak keberadaanya masih dirindukan oleh penikmatnya khususnya para penggandrung kesenian tradisional.
Maka suksesnya seni ketoprak yang ditampilkan Kampung Kreatif Karisma Pertamina (K3P) Desa Karangrena layaknya buluh perindu. Ini tentu menjadi bukti bahwa kesenian seperti seni ketoprak asalkan masih dilestarikan. Tidak mungkin akan hilang ditelan jaman dan dilupakan oleh masyarakat.
Karena kesenian sendiri selain sebagai sarana hiburan bagi rakyat. Kesenian juga merupakan ekspresi yang dilakukan manusia. Sebagaimana menjadi kebudayaan yang terus berlangsung selama manusia itu ada.
Sebab itu, apakah memang kesenian ketoprak sendiri; yang merupakan salah satu hiburan. Eksisteninya terancam hilang di dalam wacana kesenian masyarakat kita?
Ataukah ada masalah lain. Utamanya mandegnya kesenian ketropak khususnya di wilayah Kabupaten Cilacap khusunya bagian timur, yang sudah jarang ditampilkan dalam kurun waktu puluhan tahun. Terkahir di acara-acara kebudayaan seperti tanggapan hajatan misalnya?
Seni ketoprak yang pamornya masih di bawah wayang, ebeg atau kuda lumping khususnya di Kabupaten Cilacap Bagian timur. Mungkinkah tidak ada jalan tengah bagi seni ketoprak untuk terus eksis dan tetap digandrungi pencinta seni? Lebih jauh dari itu mempertahnkan kesenian ketoprak itu sendiri?
Butuh Komitmen Seni Budaya
Seperti bagaimana K3P dan sanggar sarakerta serta seniman yang berkecimpung di dalamnya berkomitmen pada seni termasuk seni ketoprak yang ditampilkan pada acara gebyar budaya K3P 2023.
Membangun eksistensi seni seperti ketoptrak memang dibuthkan komitmen yang luar biasa pada seni. Tidak dipungkiri mengapa kesenian tradisional sekarang ini sangat jauh dari masyarakat. Artinya seni tradisional seperti telah menjadi hiburan yang mewah.
Sebab kesenian tradisonal yang melibatkan banyak orang, seragam serta alat-alat musik yang tidak sedikit seperti gamelan. Membuat biaya untuk menampilkan kesenian tradisional tidaklah sedikit.
Maka tidak salah ketika hajat hiburan kini baik di acara pernikahan maupun pesta lain. Kesenian tradisional seperti dilupakan. Dapat dibayangkan kesenian yang melibatkan banyak orang sudah pasti biaya untuk seni tersebut akan mahal.
Sebagai contoh pagelaran wayang kulit. Antara kru, dalang, dan penayagan yang banyak. Di desa saat ini khususnya di Kabupaten Cilacap. Seseorang jika akan “nanggap” atau bahasa indonesianya menyelenggarakan wayang dibutuhkan uang sekitar 30-jutaan.
Karenanya banyaknya uang yang harus dikeluarkan oleh orang yang bahasanya ingin “Nanggap”. Akhirnya mereka memilih hiburan yang lebih ringkes dan murah seperti orgen tunggal dan lain sebagainya.
Mungkin seni ketoprak sebagaimana melibatkan orang banyak, dari penayagan, wayang ketoprak hingga pendukung-pendukung lain dan umumnya kesenian tradisonal lainya. Adanya faktor itu, sudah pasti dibutuhkan dana untuk “nanggap” tidak sedikit. Membuat adanya kelambatan dalam upaya melestarikan seni budaya.
Bagaimanapaun seni selain sebagai sarana eksistensi diri dengan hobi maupun kepuasan rohoni dalam berseni. Bagi banyak orang indonesia, seni juga merupakan suatu mata pencaharian ekonomi.
Maka dari itu ketika seni mahal. Yang tradisional maupun modern sekalipun. Pasti akan ada hambatan tersendiri bagi eksistensi seni tersebut. Sebab keterukuran segala sesuatu ada faktor yang menggerakan.
Melihat kompleksitas seni di indonesia, uang merupakan salah satunya. Selain keminatan pada seni itu sendiri yang berkurang. Tetapi dengan keminatan, jika memang suatu seni menjanjikan sudah pasti bukanlah menajadi halangan.
Untuk itu dengan kesenian tradisional yang mahal. Semakin ditinggalkan masyarakat karena bukan lagi suatu profesi yang menanjikan ekonomi. Atau eksistensinya yang memang sudah tidak memiliki daya tarik karena kebudayaan genersi yang berubah.
Baca juga Asyiknya Nobar Festifal Film Purbalingga Di Layar Tancap
Apakah ada solusi bagaimana caranya tetap melakukan upaya menyelamatkan kesenian tradisonal, supaya tidak hilang ditelan jaman dan faktor-faktor yang menghambat kesenian tradisonal itu sendiri?
Sanggar Pioner Kesenian Tradisional
Tidak dipungkiri kini. Dengan berbagai tantangan pada eksistnsi seni tradisional. Memang dibutuhkan pemangku kepentingan seni serta seniman untuk dapat melampaui uang.
Tentu sebagaimana sebuah seni dapat ditampilkan dengan segala atribut serta faktor-faktor penunjangnya yang tentu tidak lepas dari uang.
Baca juga Filosofi Tumpeng, Simbol Kebersamaan Pemimpin dan Rakyat
Maka untuk sesuatu yang melampui. Khusunya di dalam dunia kesenian. Membuat wadah mengumpulkan orang-orang yang berkomitmen kuat pada seni itu menjadi solusi bagi keberlangsungan seni termasuk membangun Sanggar-sanggar kesenian.
Mungkin inilah alasan bagimana Kampung Kreatif Karisma Pertamina (K3P) bersama dengan Corporate Social Responsibilty (CSR) Fuel Terminal Maos mencoba mengerek potensi itu.
Bagaimana kesenian tidak tinggal nama dan ditinggalkan masyarakat, yang utamanya mereka butuh wadah seni. Bukan lagi atas nama profesional tetapi sesama penggiat seni melestarikan seni tradisonal.
Agus Sartoyo (47) salah satu anggota seni ketoprak yang tampil pada acara Gebyar Budaya K3P 2023 pada Sabtu (25/11). Salah satu penggiat seni binaan sanggar sarakerta K3P menuturkan; menjadi seniman kini bukan lagi di ukur dengan uang.
Maka lewat sanggar sarakerta (K3P) dan berkumpul dengan penggiat seni lainnya. Agus Sartoyo dan rekan-rekan penggiat budaya lain khusunya di Desa Karangrena, Kecamatan Maos. Utamnya harus berkomitem melampaui uang sebagai seniman kontemporer.
Menurut Agus menjadi seniman kini merupakan upaya refleksi eksistensi diri, mengembleng kepuasan rohani dengan seni dan sebagai salah satu media silaturami dengan para penggiat seni.
Tetapi apapun alasan itu. Kesenian sebagaimana warisan leluhur dengan alasan apapun memang haruslah tetap eksis. Tentu bagaimanapun jaman akan membawa kebudayaan ini akan berkembang ke arah mana.
Bukti nyata kesenian adalah terus melestarikananya dan membawa pagelaran seni ke tengah masyarakat. Sebab seni tradisonal; yang tentu kita sepakat itu merupakan hiburan.
Namun seni tradisonal yang perlu dipahami bersama dibangun dengan kemajuan kebudayaan pada saat itu. Sehingga menjadi warisan hinggi kini yang ditinggalkan leluhur.
Maka kesenian tradisonal butuh untuk terus dilesatarikan diperkenalkan kepada generasi penerus untuk dapat mengelaborasi itu demi lestarinya kesenian tradisonal sebagai kekayaan bangsa.
Sebagai kesimpulan akhir. Merawat kesenian tradisonal dibutuhkan komitmen yang total baik dari penggiat seni maupun pemangku kepentingan yang peduli pada eksistensi seni tradisonal itu sendiri. Etisnya seni sebagai warisan leluhur, kita semua wajib menjaga itu. (Toto/Naeli)