Saat Uang Menjadi “The Real” Spiritualitas Hidup

NU Cilacap Online – Uang di era modern telah menjadi simbol kekuatan baru, yang disepakati bersama umat manusia sebagai nilai tukar yang diyakini; bagaimana menalar keyakinan akan uang sebagai nilai tukur juga telah menjadi “The Real” spiritualitas (kayakinan) manusia membangun diri dan dunia untuk hidup ?

Antara tindakan dan pemikiran memang;  semua harus benar ditimbang saat sesuatu itu di mulai dari nol. Sama halnya membangun, di mana saat ini yang dibutuhkan adalah uang untuk nilai tukar menyiapkan property pembangunan itu.

Kenyataannya baik membangun, berpikir, dan bertindak. Segalanya butuh proses yang terus menerus dan pertanyaannya; akan dari manakah kita semua memulainya?

Pertanyaan itu bukanlah sebuah basa-basi biasa. Namun merupakan pertanyaan serius yang harus dijawab siapapun, bahkan bagi mereka yang telah sadar bagaimana membawa hidup itu sendiri.

Tentu jika kita sadar bahwa segala sesuatu yang telah lahir pasti mempunyai tujuan tertentu yang harus dijawab dengan proses aktualisasi eksistensialime diri. Maka kemudian, setelah kesadaran akan eksistensi itu menyeruak dalam visi pandangan hidup.

Bagaimanakah kita akan menyiapkan segenap visi pemikiran kita, pembangunan dari visi tersebut, dan juga implementasi menjadi kenyataan yang bisa dijadikan sebuah pedoman berbagai tantangan kehidupan itu sendiri?

Saya kira tentang hidup dan pemikiran yang ada di dalamnya. Keputusan dan kejelian akan menentukan “identitas” dalam meletakan pondasi kehidupan manusia.

Apa yang akan mereka bangun, perjuangkan sebagai sebuah visi. Itulah mengapa membentuk suatu identitas diri yang berbeda dan mempunyai kesadaran akan eksistensi diri menjadi daya tawar yang sebenarnya harus dilakukan oleh setiap manusia.

Akan tetapi, hidup dan berbagai instrument akomodasi hidup itu sendiri. Bagaimana hukum-hukum alam menjadi bait yang tidak dapat dikesampingkan akan laju dan sikap-sikap alamiahnya.

Bukankah ini adalah pemecah, masalah, sekaligus tantangan yang harus kita hadapi bagaimana dapat bertahan dengan kondisi alam yang secara alamiah membentuk kehidupan kita secara tidak dapat dengan mudah kita sadari?

Tidak salah jika semua orang di dunia punya mimpi, bagaimana membangun hidup tersebut. Baik mimpi-mimpi pribadi, mimpi bersama, dan juga mimpi akan kehidupan yang imajiner dengan adanya transendensi kehidupan yang misterius.

Mimpi orang Negara Amerika Serikat, mimpi orang Indonesia dan mimpi-mimpi kelompok-klompok lainnya di dalam masyarakat bahkan mimpi dari personal. Pada kenyataannya semua berbeda-beda tergatung bagaimana indentitas berpikir mereka yang digaungkan pada persepsi hidup itu sendiri untuk diwujudkan.

Ketika mimpi dihadapkan pada realitas yang sulit, tantangan yang sungguh tidak mudah di kala kelahiran serta pembagian akan sumber daya dari alam itu terbagi menjadi bagian-bagian akan hak kepemilikan manusia.

Mewujudkan sebuah mimpi akan visi hidup, ini merupakan catatan di mana secara structural kehidupan bermasyarakat tidaklah dapat memihak pada semua orang. Semua itu bergantung pada kuat atau tidaknya leluhur mereka dalam kehidupan itu.

Bahwa; “kehendak akan kuasa manusia” disampaikan oleh filsuf Jerman, Fredrich Nietche menjadi kenyataan yang sebenarnya, siapa yang kuat dan memiliki kekuasaan lebih akan menjadikan manusia tersebut hidup dengan mudah mewujudkan mimpi-mimpi akan pembangunan hidup mereka sendiri.

Baca juga Investasi dan Harapan Palsu Kaya Instan Bak Sultan

Tetapi berbicara akan kuasa, dan juga mimpi-mimpi akan sebuah pembangunan dari hidup tidak dapat disampikan instrument untuk membentuk itu, di mana pada jaman sebelum modern. Kekuatan adalah bentuk dari keyakinan “spiritualitas” tertinggi untuk melakukan sebuah ekspansi kekuasaan.

Orang-orang membentuk diri dengan berkelompok, menamai identitas mereka, dan mempropagandakan dengan berbagai janji-janji akan kesejahteraan, masuk surga dan lain sebagai memacu spirit perjuangan untuk mempererat persudaraan dan menggalang kekuatan.

Bukankah  di zaman kerajaan dulu penerapan tersebut ampuh dilakukan dan berdampak pada kejayaan kerajaan mereka masing-masing? Tragedi perang antar kerajaan untuk saling menaklukan satu sama lain terjadi di belahan dunia.

Satu dari banyak sejarah tentang perang atas nama “ketalukan” yang paling fenomenal adalah perebutan kekuasaan Konstantinopel antara Kerajaan Romawi dan Turki Ottoman pada tahun 1453. Begitu pun berlajut dengan tradisi penaklukan lewat kolonialisme, di mana bangsa Eropa yang superior banyak melakukan penjajahan di belahan dunia pada awal abad ke-17.

Untuk itu berkaca dengan dunia yang secara alamiah telah berubah. Modernitas menjadi acuan hidup di masa sekarang ini dan menyadari bahwa peperangan kekuatan secara fisik bukan lagi sebuah solusi, yang merugikan umat manusia dan alam secara keseluruhan.

Oleh karena itu, bagaiamana bentuk-bentuk kekuatan yang menjadi nilai keyakinan bersama untuk menjadi berkuasa secara sah dan tanpa ketaklukan fisik di masa modern ini? Benar, tentang mimpi-mimpi kejayaan manusia sampai saat ini tetap masih terus berlangsung atas nama Negara, kelompok, dan juga personal.

Namun satu dari banyak mimpi yang tertinggal adalah tidak melanjutkan mimpi-mimpi itu atas nama “superioritas” dan menggantungkannya pada hal-hal yang realistis dan langsung berdampak di era modern ini.

Karena membangun sebuah mimpi kini berarti harus membangun finansial, spiritual, dan kedudukan bagaimana sesuatu mimpi itu pantas untuk diletakan. Finansial atau uang di era modern telah menjadi simbol kekuatan baru, yang disepakati bersama umat manusia sebagai nilai tukar yang diyakinii.

Terkadang sangat sulit dinalar, bahkan untuk sesuatu yang terlihat jelas sekalipun telah dpat dimodifikasi antara sumber daya dan uang, kekautan dan simbol . Semua itu dapat saja menjadi abu di tengah gempuran api yang menjalar.

Menjadi modern, apa yang dirasa belum tentu seperti apa yang dilihat akan tetapi sebuah kedalaman hanya orang-orang yang sudah mencapai titik “dalam” yang sama-sama akan tahu kedalaman bagaimana uang sendiri dapat merubah peradaban dunia.

Tetapi dalam pandangan sains kontemporer, tak ada alasan mengelak dan memunculkan kepercayaan perspektif kebenaran baru seperti agama di masa kegelapan, filsafat di masa pencerahan, dan kebudayaan di hadapan realita jaman. Keyakinan akan uang sebagai nilai tukur juga telah menjadi “The Real” spiritualitas (kayakinan) manusia membangun diri dan dunia untuk hidup.

Modernitas kini tetap akan menjadi era dari ketidak pastian, orang atau kelompok dalam sebuah Negara sekali pun memilih tawaran keamanan dari keyakinannya pada uang dan asset kekayaan.

Insting bertahan hidup semua manusia modern. Mereka akan terasa nyaman bila menyadari bahwa spiritualitas dari kenyataan tertinggi dan meyakinkan adalah uang, “Finansial”, yang mampu membuat keamanan dari keyakinannya akan hidup memandang ketidak pastian akan hidup mereka sendiri.

Dengan nilai tukar uang suatu kelompok usaha masyarakat dapat saling menguntungkan satu sama lain tanpa adanya kekerasan. Begitu juga dengan Negara, yang di mana uang bisa menjadi investasi kepemilikan usaha di Negara lainnya tanpa adanya penjajahan.

Selain itu uang juga merupakan keyakinan bersama yang bersifat positifistik dalam menggerakan masa untuk memulai sebuah kerja. Bukankah logika tanpa logistik dan uang sebagai nilai tukar logistik itu merupakan faktor yang sangat penting dalam menjalankan sebuah kerja dalam pembangunan? D imana kerja dari logika membangun tak akan jalan tanpa logistik?

Uang sebagai nilai telah menjadi keyakinan bersama umat manusia sebagai sebuah nilai tukar baik sumber daya alam, kekuasan politik, dan segala sesuatu yang bersangkutan dengan asset kekayaan yang diakui manusia.

Maka uang sebagai The Real spiritualitas kenyataan tertinggi manusia, seharusnya menjadi daya tawar dari preferensi hidup bahwa tanpa “uang” berbicara kekuasaan, kejayaan, dan eksistensi sebagai manusia itu sendiri akan punah dan hilang di masa modern.

Penulis: Toto Priyono, Aktivis GP Ansor PAC Maos
Editor: Munawar A.M.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button