Investasi Online dan Harapan Palsu Kaya Instan Bak Sultan
NU CILACAP ONLINE – Dengan berbagai gimmick memamerkan hasil investasi seperti barang mewah sebagai hasil itu sendiri oleh afiliator influencer bak sultan, apakah benar investasi online selalu menjanjikan keutungan dengan menjadi kaya yang instan? Mungkinkah ada sebuah keganjilan berlabel kedok investasi? Bagaimanakah genealogi investasi online mengapa sangat diminati di generasi saat ini?
Dalih investasi online berbasis situs dan aplikasi menjadi tren masa kini dengan berbagai alasan. Harapan mendapat keuntungan yang dijanjikan cepat lahir dari opini yang terabngun oleh afiliator dari investasi online di berbagai sosial media; menjadi gejala sosial yang terjadi di era muktahir ini.
Majunya tekonolgi digital saat ini memang menyisakan berbagai ironi serta nilai-nilai positifisik; memandang sarana kehidupan itu sendiri guna mengakomodasi hidup yang lebih mudah. Namun bukan tidak ada masalah, semua bentuk kemajuan sudah pasti akan banyak orang memanfaatkannya; baik untuk kebaikan dirinya sendiri maupun keburukan dengan mengambil keuntungan dari orang lain.
Maka dari itu berbicara keuntungan, di abad ke 21 di mana sendi-sendi sosial kini yang sangat materialistik. Semua orang ingin serba instan, ekonomi yang seperti menjadi tumpuan paling nyata abad ini itu merupakan sesuatu yang tidak dapat ditolak.
Iming-iming cepat kaya dan banyak uang menjadi suatu tren yang bukan saja akan mempengaruhi kehidupan seseorang kini tetapi juga menjadi daya tawar sebuah nilai “menjadi” manusia saat ini. Sebagai contoh istilah “sultan” atau “Crazy Rich” yang dilebelkan untuk orang-orang kaya, kini sangat melekat bahkan dapat mendongkrak popularitas dengan lebel kekayaannya dimata social media.
Sebut saja artis-artis seperti Raffi Ahmad, Andre Taulani atau konten creator lain di platform youtube yang mempertontonkan kekayaan bak sultan. Banyak dari mereka justru pada hakekatnya memamerkan kekayaan dirinya, tidak lebih mendogkrak viewers yang nantinya dapat menambah pundi-pundi uang mereka lewat konten-konten di youtube, yang aslinya mereka itu bekerja.
Tentu saja bagi orang yang punya banyak uang, kekayaan, serta barang-barang mewah, dan kehidupan yang glamour yang sering ditampilakan di berbagai media saat ini seperti youtube dan sebagainya.
Baca juga Saat Uang Menjadi “The Real” Spiritualitas Hidup
Menambah daftar salah satu cita-cita manusia abad ke-21 untuk dapat kemudahan hidup atau istilahnya privilege sama dengan mereka yang saat ini dikenal sebagai “sultan” di media atau orang-orang yang sudah kaya. Tetapi dengan gaya hidup orang-orang kini yang semakin ingin serba instan, pendidikan yang sudah rata-rata tinggi sehingga dalam ideologi hanya ingin kerja cerdas dan melupakan kerja keras.
Inilah yang menjadi cikal dari banyaknya kasus investasi yang menawarkan cepat kaya, pada akhirnya membawa mereka pada jurang tetap miskin bahkan blangsak karena investasi bodong, atau serupa permainan uang yang saat ini banyak ditawarkan aplikasi-aplikasi pengelolaan keuangan di internet.
Dengan merebaknya investasi, apakah saat ini orang-orang ingin cepat kaya tetapi melupakan kerja keras? Atau dengan kerja cerdas, mungkinkah investasi instan keuangan di internet menjadi salah satu upaya dari kerja cerdas yang makin dilekatkan dengan manusia saat ini tak mau susah dan enggan repot bekerja dengan jargon “biarkan uang yang bekerja untuk anda”?
Terus terang ini adalah sebuah kegelisahan kehidupan baru bagi saya sendiri. Rasanya design dunia saat ini milik pra influencer media, yang dapat menarik secara tidak sadar bentuk-bentuk hidup baru yang tentu sangat materialistic dan gila uang serta terbuai pada pandangan akan sebuah nilai social dari kekayaan yang dijanjikan dengan berbagai cara.
Saya kira, viralnya istilah sultan atau dengan mereka influencer yang secara murah menawarkan kegelamoran hidup, serta gaya yang menarik yang ditampilkan media, menjadi alasan kuat mengapa banyak orang terjebak pada investasi bodong dan permainan uang meskipun tawaran hasil investasinya sendiri dapat dikatakan tidak masuk akal.
Mungkinkah fator penggiringan opini media, juga dengan pelaku media seperti para influencer, menjadi biang keladi utama mereka yang gila akan investasi dan harapan akan kekayaan uang yang dijanjikan melalui hasil investasi aplikasi di internet?
Kasus Indra Kens dan binomo, di mana influencer indra kens yang juga merupakan afiliator binomo yang tidak lain adalah “binomo”merupakan aplikasi permainan uang berkedok investasi dan banyak para investorya rugi.
Menjadi kasus yang sangat mencengankan bagi saya dan tentu public dalam memandang investasi kini. Tetapi, mungkinkah ada investasi yang benar-benar aman melalui internet seperti Tranding dan sebagainya?
Sebagai seorang yang bepikir bahwa tidak hanya dibutuhkan kerja cerdas tetapi juga harus bekerja keras saya memang skeptic akan seagal bentu investasi berbasis aplikasi yang dibawa influencer itu sedari awal. Untuk itu, sampai saat ini saya tidak pernah tergiur investasi di berbagai media berbasis aplikasi internet.
Pernah saya ditawari oleh rekan saya tentang trading forex “saham” berbasis aplikasi internet. Tetapi skeptic akan itu dan saya berpikir lebih baik investasi kepadaa hal yang nyata. Karena bagaimanapun investasi harus berbentuk barang dan jasa serta kepemilikan akan property yang dipegang secara kuat dijamin hukum.
Bagi saya, kekuatan pada tawaran sebagai investor dari aplikasi internet sebagai sarana investasi tidak cukup menguatkan bagi saya meski banyak influrncer yang mejadi afiliatornya.
Investasi dengan menjanjkan keuntungan yang besar dan cepat adalah hal yang paling absurd dan tidak dapat saya terima di dalam akal sehat saya seperti yang ditawarkan banyak influencer yang saat ini tersandung kasus investasi seperti Indra Kenz dan Binomo.
Benar, pandangan saya memang kolot dan sangat konservatif, tetapi investasi itu dengan uang dan apa yang dinamakan uang itu adalah kepercayaan tertinggi manusia yang sudah berlangsung selama berabad-abad sebagai nilai tukar yang butuh jaminan keamanan.
Mungkinkah segampang itu percaya dengan mudah menukarkan “kepercayaan” khusunya uang pada siapapaun seseorang yang belum dikenal termasuk para influencer itu? Bukankah mereka juga mencari uang? Bukankah bila sudah masalah uang, sodara pun serasa bukan saudara kalau berbicara keuangan?
Iniah konsep absurd dan “bulshit” itu bagi para pengharap kekayaan dari investasi yang tidak teruji. Tentu saja jika berbicara investasi, seharusnya investasi itu dibuktikan dengan hal yang nyata dan jelas. Membeli barang lalu dijual dengan harga yang lebih tinggi itu kenyataan investasi. Berternak, bertani, dan menyewakan jasa yang bernilai ekonomis itu investasi yang sesungguhnya.
Penulis: Toto Priyono, Aktivis GP Ansor PAC Maos
Editor: Munawar AM