Kiai Ngabehi Haji Agus Sunyoto, Sejarawan Islam Nusantara
NU CILACAP ONLINE – Kiai Ngabehi Haji Agus Sunyoto, sejarawan Islam Nusantara yang wafat pada pagi hari ini Selasa pon (27/4/2021), diketahui dimakamkan di Pondok Pesantren Ar Rosyad Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri. Jenazah dibawa dari Rumah Sakit dr. Ramelan Surabaya dan tiba di Pondok Pesantren Ar Rosyad Ringinrejo Kabupaten Kediri sekitar pukul 18.30 WIB.
Tangis pecah mengiringi kedatangan jenazah Kiai Ngabehi Haji Agus Sunyoto Ketua Umum Lesbumi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu.
Ratusan santri datang dan kerabat datang dengan menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker dan mencuci tangan. Kiai Ngabehi Abu Hamirun adik kandung dari KH Agus Sunyoto menyampaikan permohonan maaf jika ada salah kata yang pernah diperbuat.
Sejarawan Islam Nusantara
“Para santri di Kediri bisa datang ke sini Pesantren Ar Rosyad untuk mengenang dedikasi KH Agus Sunyoto sebagai sejarawan Islam Nusantara dan ketua Umum PP Lesbumi PBNU,” ujarnya seperti dilansir SURYA.co.id Selasa malam (27/4/2021).
Menurut Kiai Abu Hamirun sosok kakaknya ini adalah seorang yang taat agama dan sangat mengerti tentang kebudayaan. “Banyak santri di sini yang jadi binaannya mulai Ansor pada tahun 1985-an,” imbuhnya.
Masih kata Kiai Abu Hamirun, bahwa Agus Sunyoto pertama kali mengajar ke santri NU itu pada tahun 1980 di Pondok Pesantren Nurul Haq Surabaya Jawa Timur. “Beliau umur 18 tahun sudah mengajar santri Ansor,” tuturnya.
Sementara itu Kiai Abu Hamirun mengatakan bahwa 3 hari sebelum wafat. Kiai Ngabehi Haji Agus Sunyoto pernah menyampaikan ingin dimakamkan di wilayah Kediri.
“Saya berusaha mencari dan ini sebagai bukti beliau cinta dengan Kediri, Kembali ke Diri.” ungkapnya.
Selain itu beliau Kiai Ngabehi Haji Agus Sunyoto sudah 25 tahun berkecimpung di Kota Kediri sebagai wartawan Jawa Pos. Beliau menulis buku dengan judul Datang ke Kediri. Karena sangat cintanya sama Kediri, demikian pun Kembali ke Diri.
Baca juga Gus Mus, Islam Nusantara Sebagai Solusi Peradaban
Kiai Agus, ungkap Dekan Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Ahmad Suaedy, merupakan sosok sejarahwan yang memiliki perspektif tersendiri. Ia berupaya untuk menempatkan posisi para kiai sesuai dengan yang telah diperankannya dalam percaturan untuk menegakkan Indonesia.
“Beliau ingin mengangkat peran pemimpin agama dalam sejarah Indonesia mengingat sejak dulu sampai sekarang teralienasi. Banyak jasa mereka tidak terulis karena ideologi ilmu pengetahuan kolonialisme,” katanya.
Penulisan sejarah Indonesia sampai hari ini, menurutnya, masih kolonialistik. Sebab, sejarah yang tertulis sekarang hanya mengungkap data yang disajikan oleh kolonial sehingga mengabaikan sejarah riil peran ulama. Kamus Sejarah Indonesia yang diterbitkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menjadi polemik beberapa waktu lalu. Peristiwa itu juga menjadi bukti bahwa memang sejarah Indonesia harus ditulis ulang.
“Ini terlihat teori Pak Agus Sunyoto, bahwa sejarah Indonesia saat ini memang masih mengabaikan peran ulama. Padahal Kiai Hasyim Asy’ari merupakan tokoh sentral. Karena penulis menggunakan perspektif kolonial maka mengabaikan peran beliau yang tinggi besar,” katanya.
Sakit Diabetes
Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari Sekretaris Lesbumi PBNU, Sastro Adi, KH Agus Sunyoto diketahui menderita penyakit diabetes.
KH Agus Sunyoto lahir di Surabaya, 21 Agustus 1959 dan dikenal sebagai sosok budayawan yang produktif menulis. Salah satu karyanya adalah buku Atlas Wali Songo yang mengisahkan penyebaran agama Islam di Nusantara.
Ia berusaha meyakinkan publik bahwa Wali Songo adalah fakta sejarah, bukan sekadar dongeng. Bahkan yang terakhir sempat menutis sejarah Gajah Mada dalam tiga jilid
“Ki Agus adalah sosok Kiai yang juga sejarawan, seniman, budayawan, yang sangat ahli dalam memaparkan sejarah dengan multidisiplinnya,” kata Sastro Adi yang juga awak musisi Power Metal ini.
Baca Artikel Terkait: Munajat Lesbumi NU Nusantara Untuk KH Agus Sunyoto
Munajat Seluruh Lesbumi Nusantara
Sepekan sebelum wafatnya, dikabarkan bahwa beliau masuk dan dirawat di RSAL Surabaya, Hal ini para punggawa Lesbumi NU di seluruh Nusantara berinisiasi dengan mengadakan kegiatan munajat doa dan lantunan ayat suci Al Qur’an untuk kesembuhan beliau dengan tadarus Al-Qur’an 30 Juz.
“sedulur Lesbumi di seluruh Nusantara. Semoga Gusti Allah senantiasa Melindungi, Memberikan Anugerah Kekuatan dan Istiqomah untuk kita semua. Mari kita tetap tenangkan hati dan senantiasa melanjutkan riyadhah dan doa-doa untuk Romo Yai Agus Sunyoto.”
Bagi yang sudah membaca Al-Qur’an per-Juz, kami haturkan Jaza Kumullah Ahsanal Jaza. Untuk Selanjutnya, mulai saat ini, kita perbanyak doa berikut;
Doa ini diperoleh dari Kiai Haji Agus Sunyoto untuk ikthiar membantu kesehatan beliau:
بسم الله الرحمن الرحيم
يَا قَاهِرُ يَا قَهَّارُ يَا ذَا الْبَطْشِ الشَّدِيْدِ أَنْتَ الّذِيْ
لَا يُطَاقُ إِنْتِقَامَه.
(Dibaca 3 kali dalam hitungan ganjil tanpa nafas)
لاحول ولاقوة إلا بالله العلي المنتقيم مميت
(Dibaca 7 kali dalam hitungan ganjil tanpa nafas)
Sekretaris Jenderal Lesbumi PBNU, Abdullah Wong melalui wag Keluarga Besar Lesbumi PB-PW-PC-PAC Senin, 20/4 pada jam 21.45 malam. Disaat bersamaan Wakil Sekretaris Lesbumi PBNU, Sastro Adi, yang juga santri beliau mengatakan beberapa hari yang lalu Romo Kiai Haji Agus sunyoto rawuh ke Jakarta 806.
“Beliau dhawuh, Abd niku mboten wonten kepemilikan, sedoyone nggadahe Gusti Allah, metu mlebune napas mawon niku Gusti Allah ingkang ngatur, Abd kang sejati sampun mboten nggadah khawatir, sedoyo belajar lan ngelakoni kanthi mbalik teng Gusti Allah,” ungkap Abdullah Wong
Berkata KH Agus Sunyoto dikala beliau datang ke Jakarta 806, beberapa waktu silam, Beliau berkata:
“Seorang hamba itu tidak punya pun tak memiliki apa-apa, Semua ini Milik Gusti Allah, Keluar masuknya nafas kita ini pun Gusti Allah Swt yang menguasai, Seorang hamba sejati harusnya, tidak memiliki rasa kuwatir, Semua hal orang belajar dan apa yang dilakukannya pun kembali kepada Gusti Allah Swt”
Begitulah beliau dhawuh, tulis Wakil Sekretaris Lesbumi PBNU, Sastro Adi, Selasa, 20/4. pada jam 22.03
Perlu diketahui, KH Agus Sunyoto, dan Mbah Yai Sya’roni Ahmadi Al Hafidz Kudus, keduanya wafat di hari dan pasaran yg sama dengan Mbah Yai Maemoen Zubair, Selasa Pon, dan di tanggal yang sama dengan Sayyid Muhammad yakni pada 15 Ramadhan.
Kini kekasih-kekasih Allah SWT itu telah kembali. Kembali ke Diri. Semoga Allah menempatkannya disebaik baik tempat disisi-NYa. Lahul fahihah. (Dari berbagai sumber)