KH Agus Sunyoto, M.Pd., Ketua Lesbumi PBNU Wafat
NU CILACAP ONLINE – Innalillahi Wa Inna Iiahi Rajiun…mengucapkan dukacita dan belasungkawa atas wafat nya guru kami, orang tua kami, abah K. Ng. H. Agus Sunyoto, Pengasuh Pesantren Global Tarbiyatul Arifin, Malang, Jawa Timur, dan Ketua Umum Lesbumi PBNU. di RSAL Surabaya Jam 07.25 Selasa Pon, 27 April 2021/15 Ramadhan 1442 H. Semoga amaliah almarhum dibalas limpahan samudera maghfirah, rahmat, inayah, ridha Allah SWT dan syafaat Rasulullah Saw. Aamiin.
KH Agus Sunyoto
KH Agus Sunyoto, M.Pd. beliau lahir di Surabaya, 21 Agustus 1959, Dia adalah seorang penulis, sejarawan, dan salah satu tokoh Nahdlatul Ulama. Saat ini ia menjabat sebagai ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) PBNU.
Salah satu karya fenomenalnya adalah buku Atlas Wali Songo yang mengisahkan penyebaran agama islam di Nusantara yang tokoh-tokohnya nyata atau tidak sekadar dongeng. Buku tersebut telah dinobatkan sebagai buku nonfiksi terbaik pada 2014.
Masa Pendidikan
Sejak SMP mengikuti pendidikan ilmu hikmah di Pesantren Nurul Haq Surabaya di bawah asuhan KH M. Ghufron Arif yang dilanjut kepada KH Ali Rochmat di Wedung, Demak, Jawa Tengah. Tahun 1994 masuk Pesulukan Thariqah Agung (PETA), Kauman, Tulungagung di bawah asuhan KH Abdul Jalil Mustaqiim dan KH Abdul Ghofur Mustaqiim.
Pendidikan formal sejak tingkat dasar dan menengah diselesaikan di Surabaya. Bercita-cita menjadi seniman, selepas lulus dari SMAN IX Surabaya melanjutkan ke IKIP Surabaya pada Fakultas Keguruan Sastra dan Seni jurusan Seni Rupa lulus 1985. Tahun 1986 melanjutkan pendidikan ke Fakultas Pasca Sarjana IKIP Malang jurusan Pendidikan Luar Sekolah lulus 1989.
Selain sekolah Agus Sunyoto juga belajar di pondok pesantren:
- KH M GhufronArif, pesantren Nurul Haq di Peneleh Surabaya;
- KH M Sulchan di kampong Gundih Surabaya;
- KH Abu HasanHamzah di Ngelom, Sepanjang, Sidoarjo;
- KH Ali Rahmatullah di Mutih Kulon, Wedung, Demak, Jateng;
- KH Abdul Jalil Mustaqim & KH Abdul Ghafur Mustaqim, pondok PETA di Kauman, Tulungagung.
Kecemerlangan Agus Sunyoto di dunia sastra dalam hal sejarah semakin memeperlihatkan kesungguhannya. Hal tersebut dibuktikan setelah buku karangan beliau yang berjudul “Atlas Wali Songo” menjadi buku non fiksi terbaik 2014 dan sementara proses penerbitan kedalam bahasa Persia dan menyusul bahasa-bahasa lainnya, yang mengisahkan penyebaran agama islam di Nusantara yang tokoh-tokohnya nyata tidak sekedar dongeng.
Beliau dikenal sebagai seorang sejarawan namun banyak kalangan yang menganggap Agus Sunyoto sebagai seorang sufi, di berbagai media social termasuk di akun faceebooknya tak jarang pengunjung mengucapkan terima kasih dan menyebut beliau dengan sebutan “Gus” atau pak “kyai” setelah membaca tulisan-tulisan, bertemu atau setelah mengikuti pengajian beliau.
Baca juga
- Atlas Wali Songo “Buku Terbaik Nonfiksi Dewasa 2014”
- LESBUMI NU Cilacap, Modernisasi Tak Harus Tinggalkan Tradisi
- Lesbumi Jadi Banom NU Ditolak, Ini Tanggapan Lesbumi PBNU
Karya KH Agus Sunyoto
sumo bawuk (Jawa Pos, 1987); Sunan Ampel: Taktik dan Strategy Dakwah Islam di Jawa (LPLI Sunan Ampel, 1990); Penelitian Kualitatif dalam Ilmu Sosial dan Keagamaan (Kalimasahada, 1994); Banser Berjihad Melawan PKI (LKP GP Ansor Jatim, 1995); Darul Arqam:Gerakan Mesianik Melayu (Kalimasahada, 1996); Wisata Sejarah Kabupaten Malang (Lingkaran Studi Kebudayaan, 1999); Pesona Wisata Sejarah Kabupaten Malang (Pemkab Malang, 2001).
Karya-karya fiksinya banyak dipublikasikan dalam bentuk cerita bersambung, antara lain di Jawa Pos: Anak-anak Tuhan (1985); Orang-orang Bawah Tanah (1985); ki Ageng Badar Wonosobo (1986); Khatra (1987); Hizbul Khofi (1987); Khatraat (1987); Gembong Kertapati (1988); Vi Daevo Datom (1988); Angela (1989); Bait Al-Jauhar (1990); Angin Perubahan (1990). Di harian sore Surabaya Post: Sastra Hajendra Pangruwat Diyu (1989); Kabban Habbakuk (1990); Misteri di Snelius (1992); Kabut Kematian Nattayya (1994); Daeng Sekara (1994-1995): Sang Sarjana (1996); Jimat (1997). Di harian Surya: Dajjal (1993). Di Radar Kediri: Babad Janggala- Panjalu dengan episode: (1) RahuwhanaTattwa, (2) Ratu Niwatakawaca, (3) Ajisaka dan Dewata Cahangkara, (4) Titisan Darah Baruna. Di harian Bangsa: Suluk Abdul Jalil (2002)
Atlas Walisongo terbit tahun 2012 dinobatkan sebagai buku sejarah terbaik tahun 2014. pada tahun 2019 terbit buku berjudul “Mahapatih Mangkubhumi Majapahit PU GAJAH MADA”.
Karier KH Agus Sunyoto
Pengalaman kerja diawali sebagai kolumnis sejak 1984. Tahun 1986- 1989 menjadi wartawan Jawa Pos. Setelah keluar dan menjadi wartawan free- lance, sering menulis novel dan artikel di Jawa Pos, Surabaya Pos, Surya, Republika, dan Merdeka. Sejak tahun 1990-an mulai aktif di LSM serta melakukan penelitian sosial dan sejarah. Hasil penelitian ditulis dalam bentuk laporan ilmiah atau dituangkan dalam bentuk novel.
Saat ini Agus Sunyoto menjabat sebagai Ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia Nahdlatul Ulama (Lesbumi PBNU), kelihaian, ketelatenan serta ketajamannya dalam menguak sejarah kemudian meramunya menjadi cerita yang sangat menarik sebagaimana yang tertuang dalam bukunya perjalanan rohani “Suluk Abdul Jalil edisi 1-7, sastra Jendra Hayuningrat Pangruwatin Diyu, Rahuvana Tattwa dan Atlas Wali Songo” menjadi acuan kuat dalam menelusuri perjalanan rohani secara pribadi.
Dalam penulisan buku tersebut tidaklah serta merta sekedar pengolahan kata-kata namun memerlukan tingkatan khusus, dalam bahasa Arab dikenal dengan maqam dalam hal mengola cerita sehingga penjiwaan ceritanya sangatlah nyata.
Kekasih Allah SWT telah kembali. Penulis serat Atlas Walisongo yang terbit tahun 2012 dan dinobatkan sebagai buku sejarah terbaik tahun 2014. Semoga Allah menempatkannya di sebaik baik tempat. Lahul fahihah.