Keutamaan Menjadi Seorang Muadzin Sesuai Hadits Rasulullah SAW

NU CILACAP ONLINE – Dalam Islam, menjadi seorang muadzin memiliki beberapa keutamaan. Beberapa hadits menjadi dalil akan keutamaan menjadi seorang muadzin. Muadzin adalah orang yang mengumandangkan adzan. Di hadapan Allah SWT, seorang muadzin adalah sosok yang mulia.

Pahala orang yang mengumandangkan adzan begitu besar; dijanjikan ampunan oleh Allah SWT;  seluruh benda yang mendengar adzan siap menjadi saksi bagi seorang muadzin di Hari Kiamat nanti; Rasulullah mendoakan seluruh orang yang mengumandakan adzan; pahala orang yang adzan seperti pahala orang yang melakukan shalat; Allah menjanjikan bahwa seorang muadzin adalah orang yang dapat dipercaya; dibanggakan Allah di depan para malaikat;  muadzin tidak akan tenggelam oleh keringat pada saat Hari Kiamat karena ia dipanjangkan lehernya oleh Allah SWT; muadzin dijanjikan Allah SWT akan dimasukkan ke dalam surga-Nya.

Berikut 9 (sembilan) hadits Rasulullah yang menjelaskan tentang keutamaan adzan dan menjadi soerang muadzin (orang yang mengumandangkan adzan).

Pertama, pahala orang yang mengumandangkan adzan begitu besar. Rasulullah SAW pernah menyebutkan, jika semua orang mengetahui besarnya pahala mengumandangkan adzan, niscaya mereka akan berebut agar dapat jatah mengumandangkan adzan meskipun dengan berbagai cara. Hal ini disebutkan Imam Bukhari dan Muslim dalam sebuah hadits:

لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِى النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الأَوَّلِ ، ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلاَّ أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لاَسْتَهَمُوا

Artinya, “Seandainya orang-orang mengetahui pahala yang terkandung pada adzan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak mungkin mendapatkannya kecuali dengan cara mengadakan undian atasnya, niscaya mereka akan melakukan undian,” (HR Bukhari dan Muslim).

Kedua, dijanjikan ampunan oleh Allah SWT. Salah satu janji Allah bagi seorang muadzin adalah ia akan dimintakan ampun oleh seluruh benda yang ada di bumi.

الْمُؤَذِّنُ يُغْفَرُ لَهُ بِمَدِّ صَوْتِهِ وَيَشْهَدُ لَهُ كُلُّ رَطْبٍ وَيَابِسٍ

Artinya, “Muadzin diampuni sejauh jangkauan adzannya. Seluruh benda yang basah maupun yang kering yang mendengar adzannya memohonkan ampunan untuknya,” (HR Ahmad).

Ketiga, seluruh benda yang mendengar adzan siap menjadi saksi bagi seorang muadzin di Hari Kiamat nanti. Hal ini diungkapkan Abu Ya’lam dalam sebuah hadits bahwa seluruh jin, manusia, batu, bahkan pohon akan menjadi saksi bagi muadzin di Hari Kiamat.

لا يَسْمَعُ صَوْتَهُ جِنٌّ وَلا إِنْسٌ وَلا حَجَرٌ وَلا شَجَرٌ إِلا شَهِدَ لَهُ

Artinya, “Tidaklah adzan didengar oleh jin, manusia, batu dan pohon kecuali mereka akan bersaksi untuknya,” (HR. Abu Ya’la).

Dalam riwayat Ibnu Khuzaimah juga dijelaskan hadits yang sama.

لَا يَسْمَعُ صَوْتَهُ شَجَرٌ وَلَا مَدَرٌ وَلَا حَجَرٌ وَلا جِنٌّ وَلا إِنْسٌ إِلا شَهِدَ لَهُ

Artinya, “Tidaklah suara adzan didengar oleh pohon, lumpur, baru, jin dan manusia, kecuali mereka akan bersaksi untuknya,” (HR Ibnu Khuzaimah).

Keempat, Rasulullah mendoakan seluruh orang yang mengumandakan adzan. Dalam hadits riwayat Ibnu Hibban, Rasul secara khusus meminta ampunan untuk muadzin.

فَأَرْشَدَ اللَّهُ الْأَئِمَّةَ وَ غَفَرَ لِلْمُؤَذِّيْنَ

Artinya, “Semoga Allah meluruskan para imam dan mengampuni para muadzin” (HR. Ibnu Hibban).

Kelima, pahala orang yang adzan seperti pahala orang yang melakukan shalat. Bagaimana tidak? Tanpa muadzin, orang tidak akan mengerti bahwa waktu shalat telah masuk atau belum. Saat tidak mengerti waktu shalat, ia tentu tidak akan melaksanakan shalat.

وَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ صَلَّى مَعَهُ

Artinya, “Muadzin mendapatkan pahala seperti pahala orang yang shalat bersamanya,” (HR An Nasa’i).

Keenam, Allah menjanjikan bahwa seorang muadzin adalah orang yang dapat dipercaya.

الإِمَامُ ضَامِنٌ وَالْمُؤَذِّنُ مُؤْتَمَنٌ اللَّهُمَّ أَرْشِدِ الأَئِمَّةَ وَاغْفِرْ لِلْمُؤَذِّنِينَ

Artinya, “Imam adalah penjamin dan muadzin adalah orang yang dipercaya. Ya Allah, luruskanlah para imam dan ampunilah muadzin,” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi).

Ketujuh, dibanggakan Allah di depan para malaikat.

يَعْجَبُ رَبُّكُمْ مِنْ رَاعِى غَنَمٍ فِى رَأْسِ شَظِيَّةٍ بِجَبَلٍ يُؤَذِّنُ بِالصَّلاَةِ وَيُصَلِّى فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ انْظُرُوا إِلَى عَبْدِى هَذَا يُؤَذِّنُ وَيُقِيمُ الصَّلاَةَ يَخَافُ مِنِّى فَقَدْ غَفَرْتُ لِعَبْدِى وَأَدْخَلْتُهُ الْجَنَّةَ

Artinya, “Tuhanmu takjub kepada seorang penggembala domba di puncak bukit gunung, dia mengumandangkan adzan untuk shalat lalu dia shalat. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Lihatlah hamba-Ku ini, dia mengumandangkan adzan dan beriqamah untuk shalat, dia takut kepada-Ku. Aku telah mengampuni hamba-Ku dan memasukkannya ke dalam surga,” (HR Abu Dawud dan An Nasa’i).

Kedelapan, muadzin tidak akan tenggelam oleh keringat pada saat Hari Kiamat karena ia dipanjangkan lehernya oleh Allah SWT.

الْمُؤَذِّنُونَ أَطْوَلُ النَّاسِ أَعْنَاقًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Artinya, “Para muadzin adalah orang yang berleher panjang pada Hari Kiamat,” (HR. Muslim).

Beberapa ulama memaknai leher panjang ini sebagai sebuah majaz. Ibnu Arabi yang mengatakan bahwa mereka adalah orang yang paling banyak amalnya. Sedangkan Imam Qadhi Iyadh berpendapat bahwa yang dimaksud hadits tersebut adalah orang yang senantiasa mengumandangkan adzan akan cepat dimasukkan oleh Allah SWT ke dalam surga-Nya.

Kesembilan, muadzin dijanjikan Allah SWT akan dimasukkan ke dalam surga-Nya.

Hal ini diriwayatkan oleh Imam An-Nasai dalam sebuah hadits dari jalur Abu Hurairah:

كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَامَ بِلَالٌ يُنَادِي فَلَمَّا سَكَتَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَالَ مِثْلَ هَذَا يَقِينًا دَخَلَ الْجَنَّةَ

Artinya, “Kami pernah bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, lalu Bilal berdiri mengumandangkan adzan. Ketika selesai, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Barangsiapa mengucapkan seperti ini dengan yakin, niscaya dia masuk surga’” (HR An Nasa’i).

Mengumandangkan adzan merupakan salah satu perbuatan yang memiliki fadhilah yang sangat besar. Imam al-Ghazali dalam kitabnya yang sangat terkenal Ihya’ulum Al-Din menyitir. Hadits yang menjelaskan yang menjelaskan keutamaan seorang muadzin. Beliau menuturkan yang artinya:

“Di akhirat kelak, ada tiga golongan yang dekat dari minyak misik hitam. Mereka tidak akan terpengaruh oleh hisab (perhitungan amal manusia), dan mereka tidak akan merasakan ketakutan yang dialami oleh manusia lainnya. (pertama) adalah seorang laki-laki yang membaca Al-Qur’an murni semata-mata karena Allah SWT, kemudian menjadi imam yang disetujui oleh ma’mumnya. (kedua), seorang laki-laki yang adzan di masjid, mengajak manusia untuk menuju jalan Allah SWT, namun rizki tersebut tidak sampai melupakannya untuk melaksanakan perbatan akhirat.”(Ihya’ Ulum al-Din juz 1,hal,145)

Demikian beberapa hadits yang menjadi dalil dan hukum akan keutamaan menjadi seorang muadzin. Artikel tentang keutamaan menjadi seorang muadzin ini akan dijadikan salah satu materi Bimtek Muadzin Sehat , sebuah program lembaga NU yang akan dilaksanakan kerjasama antara LBMNU, LKNU dan LTMNU. Semoga bermanfaat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button