Hormatilah Gurumu, Seutas Pesan KH Mazin Al Hajar
NU CILACAP ONLINE – Hormatilah gurumu. Satu pesan yang bisa dipetik dari dhawuh KH Mazin Al Hajar di sela-sela kegiatan Pendidikan Kader Dasar (PKD) GP Ansor PAC Majenang. Penghormatan bahkan lebih tinggi kedudukannya dibandingkan ketaatan. Sedang ketaatan itu sendiri merupakan bentuk dari penghormatan. Demikian dhawuh beliau.
Kemarin sore (2/6), berada di Majenang, untuk tabarukan terhadap pelaksanaan kaderisasi Ansor. Niat awal hanya sekedar ikut pembukaannya saja dan setelahnya kembali ke rumah. Tapi, apalah daya, saya hanya mampu berencana, sementara kopi hitam kental dan kumpul ngobrol dengan sahabat-sahabat menjadi pengubah awal rencana. Jadilah, hingga larut malam, baru beranjak dari majenang dan kembali menuju pangkalan.
Selain berkumpul dengan sahabat, saya juga mendapat keberkahan dapat bertemu, silaturohim dengan KH Mazin Al Hajar. Seorang Katib Syuriyah MWCNU Majenang, Imam Masjid Syaefurrohman Sindangsari, dan Kiai Pengasuh Pesantren Pembangunan Miftahul Huda Cigaru Majenang.
Beliau menyempatkan untuk menengok kegiatan kaderisasi Ansor Majenang saat waktu sudah agak malam, diatas jam sembilan. Karena terlebih dahulu, beliau harus menyelesaikan rutinitas mengajar di pesantren yang diasuhnya.
Dalam perjumpaan tersebut, sengaja saya duduk mendekat, untuk meminta dawuh dan petunjuk, untuk saya pribadi maupun dalam konteks pengelolaan organisasi.
Permintaan tersebut sekilas tidak diiyakan, karena beliau tetap mengajak saya dan yang lain untuk ngobrol santai, dan seolah hanya sekedar cerita, ngobrol saja. Untungnya saya menyempatkan diri membuka gawai, untuk mengetik beberapa point dari kisah yang beliau sampaikan.
Kisah Iblis Yang Sombong
Beliau menceritakan kisah tentang Iblis. Iblis tidak mau bersujud kepada Nabi Adam, padahal Allah SWT memerintahkan untuk itu.
Padahal, seperti halnya Malaikat, saat itu Iblis juga memiliki ketaatan kepada Allah SWT. Karena perbuatannya, tidak hormat terhadap perintah Allah Swt tersebut iblis dihinakan dan dilaknat hingga Akhir zaman. Dari kisah iblis tersebut, beliau kiai Mazin menegaskan kepada saya bahwa hormat itu lebih baik dari sebuah ketaatan. Dan salah satu bentuk penghormatan adalah adanya ketaatan.
Beliau kiai mazin melanjutkan kisah yang lain, untuk mengatakan bahwa sudah banyak teladan yang diberikan oleh kiai-kiai kita tentang bagaimana dahsyatnya melakukan penghormatan dalam bentuk ketaatan kepada para guru. Dan barokah atas penghormatan tersebut hasilnya luar biasa.
Di antaranya, Teladan itu dilakukan oleh Hadlratussyekh Hasyim Asyari sewaktu masih nyantri kepada Syaikhona Kholil Bangkalan. Saking hormatnya Mbah Hasyim kepada Gurunya, beliau bersedia menceburkan diri ke tempat yang berisikan kotoran manusia (kalau kondisi sekarang mungkin kita menyebutnya Septic Tank), untuk mencari cincin milik Bu Nyai Kholil yang terjatuh. Dan berhasil, oleh mbah Hasyim cincin ditemukan, dan kiai Kholil menjadi bahagia karenanya.
Baca juga Jangan Lupakan Sayyidah Hajar
Kisah Gus Miek Ploso
Mbah KH Mazin Al Hajar juga melanjutkan kisah Gus Miek Ploso, yang tiap hari pekerjaannya hanya membalikkan dan menata rapih sandal/alas kaki milik Gurunya (Mbah Dalhar) dan alas kaki tamu-tamu gurunya. Gus Mik memberikan penghormatan yang dahsyat kepada gurunya, dibuktikan dengan menata sandal, agar gurunya tidak repot ketika hendak memakai sandalnya.
Kisah terakhir yang disampaikan mbah yai mazin, datang dari simbah Kiai Abdul Karim Lirboyo yang menghormati perintah gurunya dengan penuh ketaatan, yakni Mbah Kholil Bangkalan. Oleh Gurunya, Mbah Abdul Karim tidak diperkenankan makan nasi, karena waktu itu beras hasil panen yang didapat mbah abdul karim, oleh gurunya malah ditaburkan ke tanah, agar dimakan ayam. Karena menurut gurunya, beras ini bukan makanannya Mbah Abdul Karim. Karena hormat dan taatnya kepada Guru, Jadilah Mbah Abdul Karim selama 15 tahun makan daun pace.
Ketiganya sama-sama kita tahu, baik Mbah Hasyim, Gus Mik maupun Mbah Abdul Karim Kelak dan hingga kini adalah ulama-ulama panutan, mahaguru, gurunya kiai-kiai di Nahdlatul Ulama.
Sekali Lagi, dalam kesimpulan yang saya rangkai sendiri, mbah yai mazin melalui kisah-kisah yang disampaikan, memberikan dawuh agar saya, bagaimanapun kondisinya, harus hormat kepada siapapun, terutama Guru dan Orangtua, sebagaimana telah dicontohkan oleh kiai-kiai kita.
Waktu sudah menunjukkan pukul 23.30 saat mbah yai mazin berpamitan. Setengah jam setelahnya, 142 Peserta PKD keluar kelas, sayapun akhirnya berpamitan. (Ahmad Fajri Nida, Ketua PC GP Ansor Cilacap)