Festival Rebana NU Cilacap Sambut Tahun Baru 2022

NU CILACAP ONLINE – Ada Festival rebana NU Cilacap di penghujung tahun 2021, dalam rangka menyambut tahun baru 2022; alunan shalawat diiringi tabuhan rebana memeriahkan suasana di area Gedung Pusdiklat Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Cilacap.

Festival Rebana

Hari itu, Jumat (31/12) bertempat di halaman belakang Gedung PCNU Cilacap, sebuah panggung megah berdiri. Di situlah para peserta beradu kemampuan memadu padankan musik rebana dengan alunan shalawat. Dengan  mengangkat tema “Menyambut Tahun Baru 2022 dengan Gema Sholawat”, festival pun berlangsung semarak.

Sebanyak 12 regu rebana unjuk kemampuan. Mereka  merupakan regu yang telah mendapatkan rekomendasi dari Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) se Kabupaten Cilacap. Hadir di tengah-tengah acara Jajaran kepengurusan Syuriyah dan Tanfidziyah PCNU Cilacap, Pimpinan Banom dan Lembaga NU. Hadir juga anggota DPRD Komisi E Jawa Tengah Syarif Abdillah.

Dalam sambutannya, Ketua PCNU Cilacap KH Nasrullah Muchson menyampaikan apresiasinya. Beliau mengungkap bahwa kegiatan semacam ini sangat mulia oleh unsur shalawat nabi. Hal ini mengingat membaca shalawat merupakan amal yang istimewa.

“Satu amalan yang diperintahkan oleh Alloh kepada makhluknya dan Alloh sendiri juga melakukannya yaitu membaca Shalawat. Alloh memerintahkan apapun kepada makhluqNya, Dia tidak melakukan. Akan tetapi saat Dia memerintahkan untuk bershalawat, Allah pun membaca shalawat. Inilah betapa mulianya kedudukan Nabi Muhammad SAW di hadapan Allah SWT,” ungkap Gus Nas demikian biasa disapa.

Seni Budaya Rebana

Festival Rebana NU Cilacap Sambut tahun Baru 2022
Para Juara festival Rebana bersama juri dan pengurus PCNU Cilacap

Di momen penghujung tahun 2021, Gus Nas juga mengungkapkan harapan agar dengan Festival rebana NU Cilacap ini tidak hanya mampu  menggali potensi seni rebana, akan tetapi juga membawa kerukunan di tubuh NU sendiri.

“Mudah-mudahan dari sini akan lahir generasi yang senang bershalawat, tapi juga kreatif dalam bershalawat.  Lebih lanjut akan membawa kerukunan dan persatuan kita,” ujar Gus Nas.

Tak urung Gus Nas pun mengucapkan rasa terima kasihnya kepada anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah Komisi E Syarif Abdillah yang telah memfasilitasi kegiatan ini.

Sejarah Rebana Di Nusantara

Suport yang sama juga disampaikan oleh anggota DPRD Komisi E Syarif Abdillah. Dalam sambutannya Syarif mengungkapkan harapan agar kegiatan semacam ini bisa berlanjut ke jenjang bawahnya lagi. Tujuannya agar kesenian rebana bisa terus lestari.

Syarif Abdillah yang juga ketua Fraksi DPRD Jawa Tengah mengingatkan pentingnya melestarikan Kesenian rebana. Hal ini mengingat kesenian ini adalah salah satu media berdakwah di masa lalu. Dalam kesempatan Syarif Abdillah mengungkap sejarah masuknya kesenian rebana ke Nusantara di masa lalu. Dia menyebut bahwa seni rebana sejak awal perkembangan Islam di negeri ini telah menjadi media dakwah.

Baca juga Festival Rebana Menggema di Gedung MWCNU Binangun

Di masa lalu Wali Songo melalui Sunan Kalijaga menggunakan kesenian wayang untuk berdakwah.  Kemudian pada abad 15 rebana masuk ke Nusantara melalui orang-orang Champa.

“Sejak itulah kesenian rebana berkembang oleh orang-orang Melayu di Nusantara dan menjadi media dakwah masuknya agama Islam. Itulah fakta di masyarakat di masyarakat kita, bahwa berdakwah tidak hanya melalui tausiyah ataupun lembaga pendidikan,” ungkapnya

Lebih lanjut Syarif Abdillah menyebut kesenian rebana sebagai bagian dari wajah Islam Nusantara.

“Dengan melalui musik rebana, alunan shalawat semakin indah. Syair-syair dakwah pun tersampaikan. Itulah bagian dari syiar Islam bahwa inilah wajah Islam Nusantara,” lanjutnya.

Juara Festival rebana NU CilacapApresiasi juga ia sampaikan kepada peserta festival rebana yang hadir hari itu. Ia memberikan suport kepada mereka agar tetap istiqomah berlatih sehingga kemampuan akan semakin terasah dan berkembang.

Filosofi Rebana

Di akhir sambutannya, Syarif Abdillah mengungkap makna filosofi di balik rebana. Ia menyebut bahwa kata Rebana berasal dari kata “Arba’a” yang artinya empat.

“Empat ini adalah empat pilar kehidupan, yaitu hablun minalloh, yang artinya menjaga hubungan di antara manusia dengan Tuhannya (Alloh). Yang kedua Hablun minannaas, yaitu menjaga hubungan antar sesama manusia. Kegiata adalah Hablun minal ‘alam, yakni menjaga hubungan antara manusia dengan alam, dan yang terakhir adalah menjaga invidu dan tanggungjawab personal diri kita,” ungkap Syarif.

“Rebana juga mengandung unsur doa karena rebana itu berasal dari kata Robbana (Tuhan kami). Inilah yang tersebut dalam doa-doa kita,” tandasnya.

Festival rebana NU Cilacap berakhir pada pukul 16.00 WIB dengan memunculkan 3 juara. Juara pertama diraih oleh Grup MDS Rijalul Ansor dari Kecamatan Bantarsari, Juara dua diraih oleh Grup Shoutul Fata dari Kesugihan dan juara tiga oleh grup Azzalfa dari Cilacap Utara.

Baca Juga: ‘Iqdul Jawahir, Untaian Mutiara Cinta Nabi Karya Al Barzanji

Editor: Munawar AM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button