Arti Tauhid Adalah Kemerdekaan Hakiki. Bagaimana Penjelasannya?

Oleh: Toufik Imtikhani

NU CILACAP ONLINE – Arti Tauhid adalah mengakui keesaan Allah SWT. Dengan bertauhid berarti telah menundukkan diri dan mengabdi sepenuhnya di hadapan Allah SWT. Sedangkan arti Tauhid sejatinya adalah kemerdekaan hakiki. Bagaimana Penjelasannya?

Yang pertama kali ingin saya sampaikan, bahwa saya tidak akan menyalahkan fenomena dunia, saat ini atau kapan pun. Karena fenomena dunia yang kita lihat saat ini, bagaimanapun merupakan kehendak Allah juga. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al An’am: 32

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ

“Tidaklah kehidupan dunia, kecuali hanya permainan dan senda gurau”.

Ini perlu ditegaskan, agar kita memandang dunia ini, bukan semata dari kehendak dan pikiran kita, melainkan juga melihat fenomena ini sudah diatur sedemikian rupa oleh kehendak-Nya. Hal ini sebab secara faktual, kita merasakan bahwa dunia seperti jauh dari ideal.

Dalam bidang politik, kehidupan dunia lebih ditentukan oleh kekuatan negara-negara besar, yang tergabung dalam G-5 dan mempunyai previlisse hak veto di dewan keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

Dalam bidang ekonomi, arah kebijakan ekonomi dunia juga dikendalikan oleh negara-negara industri maju, G-7, seperti Amerika, Jepang, China, dll.

Dalam ekonomi pula, dunia dicengkeram oleh ideologi dan madzhab ekonomi kapitalisme, di mana peran Bank Dunia sangat dominan dalam mengendalikan ekonomi negara-negara debitur.

Dalam budaya, dunia dijajah oleh budaya pop global, yang berkiblat kepada Dunia Barat, dan beberapa Negara Asia Timur jauh yang dominan mempromosikan budaya mereka lewat media. Demikian juga mulai nampak dalam sentimen agama, berkembang pula budaya Timur Tengah, sebagai bentuk antitesis dan dikotomi perang budaya, Barat vs Timur, dunia Kristen dan Islam.

Kecuali Palestina dan Israel, hampir semua negara di dunia, secara politik nasional, telah merdeka. Klaim kemerdekaan politik ini tentu diikuti dengan klaim-klaim terhadap kemerdekaan lainnya seperti ideologi, budaya pertahanan keamanan, dan kemerdekaan individu-individu, yang diakui sebagai kemerdekaan atas nama Hak Asasi Manusia (HAM).

Dengan deskripsi di atas saya ingin mengatakan bahwa sesungguhnya kemerdekaan dalam bentuk apapun, di manapun, barulah sebatas klaim, pengakuan, to declear. Inilah inti dari ungkapan bahwa dunia adalah panggung sandiwara dan senda gurau.

Arti Kemerdekaan Hakiki

Kemerdekaan yang hakiki adalah kemerdekaan yang bersumber kepada tauhid. Allah berfirman dalam Al-Qur’an, Surat Al A’raf ayat 172:

وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.”

Inilah sumpah dan pengakuan tauhid yang dilakukan sejak zaman azali. Dengan demikian, tauhid adalah blue print, cetak biru, dan kodrat manusia. Adapun di kehidupan dunia ada deviasi terhadap tauhid, itu persoalan yang berbeda. Ini wilayah kepentingan, tapi wilayah nurani, tetaplah cahaya tauhid itu hidup. Allah berfirman dalam Surat Al Kahfi ayat: 29

وَقُلِ ٱلْحَقُّ مِن رَّبِّكُمْ ۖ فَمَن شَآءَ فَلْيُؤْمِن وَمَن شَآءَ فَلْيَكْفُرْ ۚ

“Dan katakanlah bahwa kebenaran datang dari Tuhanmu. Barangsiapa ingin beriman, berimanlah. Dan barangsiapa ingin kafir, kafirlah.”

Jadi, wujud ketauhidan adalah iman. Tauhid diformulasikan dalam kalimat tauhid, yaitu Laa Iilaaha Illallaah. Kalimat tauhid ini adalah pengakuan dan harus diimplementasikan, bahwa seseorang itu, hanya berhak menjadi hamba Tuhan, bukan selainnya.

Dengan demikian, kalimat tauhid adalah kalimat pembebasan, pembebasan manusia dari perbudakan mental, dari penghambaan diri kepada selain Tuhan, atau menjadikan manusia lain sebagai hamba, dan menganggap diri sendiri sebagai Tuan atau Tuhan.

Tauhid menghilangkan perasaan inferioritas, rendah diri, minder, dan merasa hina. Tauhid juga menghilangkan perasaan superior, sombong, kabair, dan menimbulkan penindasan.

Itulah mengapa dalam Islam, tidak ada sistem kependetaan. Laa ruhbaniyata fil Islam.
Sistem kependetaan bertentangan dengan prinsip tauhid. Dalam Islam, kemulyaan ditentukan oleh ketaqwaan.

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ

“Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling taqwa.”(Q.S. Al Hujurat: 13)

Di sini, tugas manusia tauhid adalah, tahrirunnaasi min ‘ibaadatil ‘ibaad ilaa ‘ibadatillaah..( mengubah manusia, dari menyembah kepada selain Allah, menjadi menyembah kepada Allah ).

Kesimpulannya adalah, dengan menjadi manusia tauhid, kita menjadi manusia yang merdeka secara hakiki, karena keyakinan kita itu menyebabkan kita bebas dari segala bentuk penindasan, namun kita juga tidak melakukan penindasan. Merdeka dan membuat kemerdekaan bagi orang lain. Fokus kita adalah, mengabdi sepenuhnya kepada Allah, dalam segala dimensinya. Baik yang bersifat vertikal ataupun horisontal.***[Pojok Cilacap, 09-08-21]

Artikel berjudul Arti Tauhid Adalah Kemerdekaan Hakiki. Bagaimana Penjelasannya? Ditulis oleh Taufik Imtihani, Ketua Forum NU Marginal .

Editor: Shevilla Dewi Pramudita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button