Kemakmuran Musholla dengan Manajeman dan Strategi Budaya
NU Cilacap Online – Kemakmuran Musholla menjadi tanggungjawab pengelola, juga mengembangkan manajemen dengan mempertimbangkan strategi budaya. Bagaimana pengertian dan penjabarannya?
Musholla sebagai tempat ibadah sekaligus interaksi sosial di lingkungan paling kecil dalam keagamaaan, khususnya Islam. Kenyataannya jika itu sudah diwakafkan untuk umat, bukan lagi berbicara Musholla keluarga.
Seringkali kemakmuran Musholla dipandang sebelah mata. Atau ada salah interpretasi dari hal kemakmuran tersebut. Musholla sebagai tempat ibadah sekaligus interaksi sosial masyarakat di sekitarnya.
Potensi Musholla
Musholla sendiri menyimpan potensi besar untuk memberdayakan umat. Sekaligus menjadi simbol kemakmuran Musholla itu yang mencerminkan umat di dalam Musholla.
Sebab hidup atau tidaknya Musholla sebagai mana menjadi tempat ibadah serta interaksi sosial bagi umat. Faktor-faktor penting dari eksistensi Musholla tetap yaitu kemakmurannya. Yang basisnya sendiri ditopang oleh pengurus atau jamaah disekitar Musholla itu dalam upaya terus menghidupkan Musholla.
Lantas perlukan kemakmuran pada Musholla itu? Seperti apakah cara memakmurkan Musholla yang sesungguhnya? Apakah kemakmuran itu tidak seringkali dipahami sebagaimana banyaknya acara-acara kegiatan keagamaan saja? Tidak ada aspek lain yang harus dibangun?
Ada bahasa yang terus dikumandangan oleh orang-orang alim dan ulama. Dan itu menjadi bahasa yang umum diucapkan ketika ada pembangunan Musholla atau masjid sekalipun. Kata dari bahasa itu yang umum adalah; “membangun Musholla atau masjid itu seringkali tanpa adanya kendala yang berarti”.
Faktor-faktor kesadaran masyarakat saat ini dalam membangun Musholla contoh kecilnya. Karena menjadi ladang amal jahriyah yang tidak terputus. Artinya selama Musholla itu masih berdiri dan memberikan manfaatnya bagi orang banyak. Praktis amal seseorang akan terkenang walau yang bersangkutan sudah meninggal.
Membangun Musholla
Membangun Musholla kini dengan perekonomian umat yang lebih baik. Orang cenderung akan berbondong-bondong memberikan sumbangan. Setidaknya itu menjadi fakta yang terjadi di dalam pembangunan Musholla . Salah satunya Musholla Al-Kautsar Desa Karangrena, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap.
Musholla Al-Kautsar tahun 2021 dibangun. Dalam hitungan bulan pembangunan Musholla itu rampung dan dapat menjadi tempat ibadah masyarakat sekitar meski skalanya kecil. Apakah Musholla dengan cepet dibangun hanya terjadi di Musholla Al-Kautsar Karangrena sebagai cotohnya? Tentu tidak, hampir disetiap wilayah rata-rata pembanguanan Musholla atau rumah ibadah relatif cepat.
Namun pertanyaan akan itu. Apakah Musholla itu hanya cukup selesai dengan pembangunannya? Inilah yang terkadang menjadi pekerjaan rumah seperti disinggung oleh para alim dan ulama.
Membangun Musholla atau masjid sekalipun relatif dimudahkan akan tetapi bagaimana terus menghidupkan itu perlu upaya yang konsisten dan kreatif dalam mengelolanya. Yang harus dipikul oleh pengurus maupun jamaahnya sendiri.
Pengelolaan itu antara lain adalah infrastruktur Musholla yang harus terus berkembang, menejemen, serta bagaimana mengelola jamaah juga harus dikenali dengan baik membuat rasa gembira dalam beribadah bersama. Sebab tumpuan Musholla sendiri yang relatif kecil cakupan dan jangkaun terhadap kuantitas jamaah. Harus disiasati dengan sumber daya manusia yang ada.
Manajemen Musholla
Setiap bentuk pengelolaan. Ditambah hal yang dikelola tersebut bersentuhan dengan banyak orang seperti rumah ibadah dalam hal ini Musholla. Factor menejeman pengurus sangat diperlukan membuat sebuah program kegiatan dan pengembangan Musholla dapat terus dilakukan.
Umumnya pengelolaan dibutuhkan sumber daya manusia yang mempuni. Yang mampu dalam hal menejemen setiap divisinya. Serta administrasi yang berkaitan dengan pengelolaan Musholla . Sebab bagaimapun pengelolaan itu. Ada bentuk finansial atau keungan untuk menjalankan program-program tersebut menghidupkan Musholla.
Maka dari itu penting kreatifitas dalam pengelolaan uang kas Musholla serta bagaimana mencari sumber-sumber keuangan untuk melaksanakan program-program Musholla . Memang benar, dalam hal ibadah tak selalu diukur dengan uang.
Namun yang perlu diketahui, dalam hal bentuk pengelolaan selalau membutuhkan uang termasuk bagaimana membangun sarana peribadahan itu sendiri memerlukan uang untuk melengkapi sarana dan prasarananya.
Pengurus Musholla
Sebab itu sebagai pengurus Musholla walaupun sekalanya kecil. Harus didasari dengan pengelolaan uang yang baik digunakan secara efektif untuk keberlangsungan Musholla baik mengelola jamaahnya maupun infrastrukturnya memberikan kenyamanan dalam ibadah.
Di samping itu juga harus kreatif dalam mencari sumber dana. Tidak hanya bertumpu pendanannya sebatas Jammah saja. Tetapi juga dapat mencari sumber-sumber dana lain, sekiranya dapat menjadi jembatan untuk dapat membantu pengelolaan Musholla.
Tanpa adanya manajemen yang baik serta program-program kemakmuran yang efektif pada pengelolaan Musholla . Dampaknya akan buruk bagi kemakmuran Musholla itu secara mendasar. Banyak Musholla yang tidak jelas pengurusnya. Juga tidak punya kreativitas dalam mengelolanya.
Sudah pasti Musholla tersebut tidak akan memiliki kemajuan yang berarti; baik dalam infrastruktur ataupun kemakmuran lain berbasis jamaahnya.
Musholla dengan kepengurusan yang mandeg. Sudah pasti Musholla itu tidak beranjak lebih baik. Dipastikan semenjak pembangunan tidak ada perubahan yang berarti. Baik dari segi jamaahnya ataupun infrasrukturnya.
Sebab hidup atau terus lebih baiknya tempat ibadah, semua itu ada dibawah kendali orang-orang didalamnya. Utamanya adalah kepengurusan yang jelas serta punya komitmen membangun itu. Tentu didukung penuh oleh jamaah secara keseluruhan.
Musholla dan Budaya
Karenanya dalam hal pengelolaan ditambah ada kaitnya dengan kepentingan umum. Dalam hal ini; tentu merawat Musholla sebagai rumah ibadah sekaligus interaksi sosial yang melibatkan jamaah. Merawat dengan pendekatan kebudayaan sangat penting dilakukan baik dari pengurus maupun jamaah Musholla itu sendiri.
Artinya semua harus memiliki jiwa-jiwa yang melayani. Di mana pelayanan terhadap jamaah Musholla. Supaya jamaah juga diberdayakan dengan baik dengan pelayanan itu mutlak dilakukan oleh pengurus. Sebaliknya jamaah juga harus merasa memiliki bahwa apapun bentuk dari kebutuhan Musholla juga merupakan kebutuhan bersama yang akan dirasakan manfaatnya untuk bersama-sama pula.
Merawat Musholla dengan kebubudayan. Seperti diketahui itu juga dilakukan Musholla Al-Kautsar Karangrena, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap. Musholla yang belum genap dua tahun itu berdiri tidak hanya menjadi ruang ibadah bagai jamaahnya. Tetapi juga menjadi ruang interaksi yang sangat efektif bagi jamaah yang khususnya warga masyarakat sekitar.
Membangun budaya saling melayani ditanamkan pengurus atau takmir dan jamaah Musholla tersebut. Di mana pengembangan Musholla terus dilakukan meski berjalan dengan perlahan dengan sumber daya finansial dari jamaahnya atau lembaga lain. Di mana pengurus Musholla tersebut juga aktif dalam mencari pendanaan dari pihak-pihak luar atau lembaga terkait.
Pada tahun 2023 ini. Musholla Al-Kautsar Karangrena membangun ruang-ruang tambahan Musholla untuk keperluan asset-aseet Musholla seperti speaker portable, alat hadroh dan lain sebagainya. Pekerjaannya sendiri oleh jamaah serta pengurus, yang saling bersinergi kerja bakti menyelesaikan itu. Baca juga Makna Hadroh
Musholla Al-Kautsar sebagai rumah bersama. Selain juga untuk kegiatan mengaji anak-anak, ibu-ibu, bapak-bapak serta kegiatan lain seperti bersholawat. Musholla Al-Kautsar juga sebagai ruang sosial, di mana oleh warga sekitar sering menjadikannya tempat untuk syukuran—istilah jawanya slametan atau kenduri di halaman Musholla.
Berprinsip budya saling melayani itu. Kesadaran jamaah—juga menyediakan mobil oprasional Musholla Al-Kutsar untuk keperluan jamaah seperti mengikuti pengajian, sholawatan dan lain sebagainya untuk keperluan mobilisasi jamaah Musholla Al-Kautsar.