Dehidrasi Menyebabkan Kelelahan Selama Ibadah Haji

NU Cilacap Online – Dehidrasi Menyebabkan Kelelahan Selama Ibadah Haji. Kelelahan terjadi lantaran dehidrasi menyebabkan aktivitas enzim dalam tubuh melambat, sehingga metabolisme dalam mitokondria sel otot tubuh untuk memproduksi energi dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP) terhambat, dan konsekuensinya tubuh menjadi mudah lelah.

Berdasar kajian pelayanan kesehatan sejak tahun 2010, ada dua penyebab jamaah haji Indonesia sakit dan wafat. Penyebab utama adalah akibat dehidrasi dan kekurangan kalori atau hipoglikemi.

Jika sampai jatuh ke dehidrasi yang lebih parah, maka dapat menyebabkan lanjut usia mengalami penurunan kesadaran, tubuh yang lemah, hipotensi ortostatik (penurunan tekanan darah yang terjadi tiba-tiba saat berubah dari posisi berbaring ke posisi duduk atau tegak), infeksi saluran kemih, pneumonia, bahkan meninggal.

Berikut ini artikel lengkap tentang Dehidrasi Menyebabkan Kelelahan Selama Ibadah Haji

Musim haji segera tiba. Sebanyak 168.800 jamaah berangkat tahun 2015 ini, namun dihadapkan cuaca panas 42 derajat Celcius di Arab Saudi. Kloter pertama berangkat 21 Agustus 2015. Biasanya, proporsi lanjut usia terbesar di antara kelompok usia lainnya. Suhu udara yang tinggi, apalagi di atas suhu tubuh yang normal, merupakan salah satu penyebab signifikan dehidrasi pada tubuh manusia.

Padahal, selama kurang lebih 35 hari, para jamaah haji menjalani aktivitas ritual yang padat dan berlangsung di sejumlah lokasi yang saling berjauhan letaknya, sehingga menuntut fisik yang prima.

Sebagian besar perjalanan untuk mencapai lokasi ibadah, para jamaah haji menempuh dengan berjalan kaki. Sebuah data yang pernah dipublikasikan, diperkirakan untuk menuntaskan seluruh aktivitas ibadah haji jarak tempuh total jalan kaki yang harus ditekuni selama 35 hari mencapai 90 kilometer. Artinya rata-rata sekitar 2,5 kilometer per hari.

Karenanya, selama periode persiapan di Tanah Air sebelum berangkat ke Tanah Suci, calon jamaah haji dianjurkan untuk meningkatkan daya toleransi tubuh terhadap aktivitas jalan kaki dengan cara melakukan latihan fisik jalan kaki sekitar 2,5- 3 kilometer per hari. Pada sisi lain, lanjut usia merupakan komunitas yang lebih rentan mengalami dehidrasi dibanding kelompok usia dewasa.

Pasalnya, kandungan air dalam tubuh pria lanjut usia hanya 52 persen dari berat tubuh, dibanding usia dewasa 60 persen. Sementara pada wanita lanjut usia lebih rendah lagi yakni 46 persen, dibanding wanita usia dewasa 52 persen. Implikasinya, kandungan total air lebih rendah ketimbang tubuh usia dewasa, maka efek dehidrasi bisa terjadi lebih cepat dan lebih serius ketimbang efek dehidrasi pada tubuh orang dewasa.

Tambahan pula, cuaca panas mencapai 42 derajat celcius yang menyebabkan tubuh mengucurkan keringat lebih masif. Pada kondisi tubuh normal pada suhu udara sekitar 30 derajat celcius, volume keringat sekitar 100 mililiter per hari.

Tetapi bila berada selama berhari-hari pada lokasi dengan suhu udara mencapai di atas 37 derajat celcius atau di atas suhu normal tubuh manusia, volume keringat bisa mencapai 2-3 liter per jam. Konsekuensinya, jikalau tidak diimbangi dengan asupan minum yang mencapai 3-3,5 liter per hari, maka tubuh jatuh dalam kondisi dehidrasi. Padahal, prevalensi gagal jantung, penyakit ginjal kronis dan gangguan liver, signifikan pada usia lanjut.

Asupan cairan harus dibatasi secara tepat, lantaran kelebihan asupan minum akan memperberat kerja organ jantung, ginjal dan liver, sehingga mengakibatkan tubuh mudah lelah hingga sesak napas. Sebaliknya, pembatasan asupan minum berpotensi menempatkan individu lanjut usia cenderung terserang dehidrasi. Merupakan lingkaran setan, dehidrasi sendiri menyebabkan tubuh mudah mengalami kelelahan.

Sementara gangguan fungsi organ jantung, ginjal dan liver sendiri sudah menyebabkan tubuh mudah lelah. Rasa haus merupakan keluhan paling pertama saat tubuh terserang dehidrasi ringan (kehilangan 2 persen cairan tubuh) pada usia dewasa. Lantaran neuropati sensoris yang jamak melanda tubuh lanjut usia, maka sensasi rasa haus pada lanjut usia acapkali tidak berespons optimal.

Meskipun tubuh telah mengalami dehidrasi ringan, bahkan berat, individu lanjut usia tidak mengeluh rasa haus. Sehingga tidak termotivasi untuk minum atau meminta minum kepada pendamping bagi jamaah haji yang tidak bisa mandiri secara fisik.

Polifarmasi dan Komorbiditas

Pada lanjut usia merupakan fenomena jamak yang mana mengonsumsi berbagai jenis obat (polifarmasi), termasuk obat diuretik, untuk mengendalikan hipertensi, penyakit jantung, ginjal, atau liver.

Mengonsumsi lebih dari 5 jenis obat dan menyandang komorbidas lebih dari 5 penyakit kronis, merupakan faktor risiko bagi individu lanjut usia mengalami dehidrasi terkait anjuran medis pembatasan asupan minum. Karenanya, pada saat berada pada lingkungan cuaca panas (baca: selama berada di Tanah Suci), dosis obat diuretik dianjurkan untuk dikurangi bahkan dihentikan.

Pasalnya, diuretika menyebabkan cairan tubuh semakin banyak diekskresikan lewat organ ginjal dalam wujud air kencing. Dehidrasi merupakan salah satu alasan utama pasien usia lanjut dibawa ke ruang gawat darurat dan salah satu diagnosis utama penyebab kematian. Jika lanjut usia jatuh ke kondisi dehidrasi sedang hingga berat yang tidak tertangani secara adekuat, angka mortalitasnya mencapai lebih dari 50 persen.

Untunglah, meskipun manifestasi dehidrasi tidak spesifik, namun bila kulit punggung tangan pasien dijepit dengan dua jari lalu dilepas dan tidak segera kembali ke keadaan normal dalam 2 detik, maka merupakan tanda klinis yang cukup akurat memastikan kondisi dehidrasi pada pasien lanjut usia. Tubuh terasa lelah merupakan gejala fisik dari kondisi dehidrasi ringan hingga parah yang paling utama dikeluhkan pasien.

Kelelahan terjadi lantaran dehidrasi menyebabkan aktivitas enzim dalam tubuh melambat, sehingga metabolisme dalam mitokondria sel otot tubuh untuk memproduksi energi dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP) terhambat, dan konsekuensinya tubuh menjadi mudah lelah. Tidak mudah menyarankan individu lanjut usia untuk antisipasi dehidrasi. Individu lanjut usia kadangkala membatasi asupan minum lantaran memiliki kekhawatiran terlalu sering ke toilet umum yang mungkin lokasinya jauh.

Sementara retensi cairan bagi penyandang gagal jantung, penyakit ginjal kronis, dan gangguan liver, membawa konsekuensi pembatasan asupan minum agar kondisi penimbunan cairan dalam tubuh tidak semakin parah. Meskipun tidak merasa haus, asupan minum diperlukan untuk mempertahankan tekanan darah, membuang toksin dari tubuh, dan menghindari kenaikan suhu tubuh lantaran cuaca panas dengan cara memproduksi keringat.

Jika sampai jatuh ke dehidrasi yang lebih parah, maka dapat menyebabkan lanjut usia mengalami penurunan kesadaran, tubuh yang lemah, hipotensi ortostatik (penurunan tekanan darah yang terjadi tiba-tiba saat berubah dari posisi berbaring ke posisi duduk atau tegak), infeksi saluran kemih, pneumonia, bahkan meninggal.

Jika tidak mampu mengonsumsi minum 8 gelas per hari, asupan minum dapat direkomendasikan dengan cara minum sedikit-sedikit namun dengan interval yang pendek atau sering untuk menghindari tubuh dari risiko dehidrasi menyebabkan kelelahan selama Ibadah Haji

Juga mengonsumsi buah yang tinggi kandungan air, hidangan yang berwujud sup, dan menu bernutrisi seimbang. Selain itu perlu edukasi pada jamaah haji lanjut usia bahwa urine yang berwarna lebih gelap merupakan tanda klasik dari tubuh yang dehidrasi. (11).

––F Suryadjaja, dokter pada Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button