Trending

Makesta Adalah Masa Kesetiaan Anggota

NU CILACAP ONLINE – Makesta adalah Masa Kesetiaan Anggota, sebuah jenjang kaderisasi di organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU); lalu apa makna dari kesetiaan dalam Makesta itu? Refklesi atas kesetiaan berikut ini menjelaskannya secara ringkas.

Setia dan Kesetiaan

Kesetiaan berasal dari kata setia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata setia adalah tetap dan teguh hati (dalam persahabatan dan sebagainya). Contoh: telah sekian lama suaminya merantau, ia tetap setia menunggu. Arti lainnya dari setia adalah berpegang teguh (pada janji, pendirian dan sebagainya).

Kita akan lebih mudah memahami arti dan makna setia dan kesetiaan manakala menghubungkannya dengan konteks tertentu. Ini baik untuk ditegaskan, agar semakin mantap mendapatkan arti dan maknanya. Pada contoh versi KBBI di atas, konteks yang pertama adalah “persahabatan”, sedang konteks pada contoh berikutnya adalah “janji” dan “pendirian”.

Jika ada ungkapan “setia kepada Pancasila”, maka itu bisa berarti memegang teguh pendirian dan keyakinan atas pancasila sebagai ideologi negara. Ada lagi ungkapan Ikrar setia kepada NKRI; ini mengandung penertian memegang teguh pandangan dan keyakinan akan bentuk NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), sebagai bentuk negara yang paripurna.

Artikel ini tidak membahas tentang definisi dan hal hal yang berhubungan penyelenggaraan teknis Makesta, karena sudah dibahas di artikel ini: Makesta, Pengertian, Tujuan, Output, Indikator dan SOP

Makesta

Makesta Adalah Masa Kesetiaan Anggota, di mana kata “masa” menunjuk pada “waktu” saat mana kesetiaan terbentuk pada fase paling awal;  dengan penyelenggaraan Makesta yang hanya memakan waktu (masa) 2 hari 2 malam (misalnya), apakah proses pembentukan kesetiaan pada diri (calon) anggota IPNU IPPNU akan tercapai?

Pembentukan jiwa dengan kadar kesetiaan bukan tujuan, melainkan proses. Pembentukan karakter kesetiaan pada diri calon anggota IPNU IPPNU berhubungan dengan hati. Hati yang setia dan penuh kesetiaan tidak mudah terbentuk hanya dalam waktu singkat.

Hati dan jiwa yang setia bisa tumbuh karena faktor keterpanggilan (ketertarikan; kemenarikan) pada sesuatu, pada objek, (sebut misalnya organisasi), ini di satu sisi. Di sisi lain, organisasi semacam IPNU dan IPPNU memiliki metode dan strategi membentuk hati dan jiwa dengan kesetiaan.

Dua sisi tersebut saling menopang dan memengaruhi. Keikutsertaan seseorang dalam pelaksanaan Makesta bisa jadi karena semata faktor pertama, ketertarikan; juga karena semata adanya faktor kedua berupa keberhasilan organisasi menjalankan metode dan strategi.

Nah, masa pembentukan hati dan jiwa yang setia melalui dua faktor yang bersamaan ini berpotensi melahirkan jiwa dan hati yang setia pada arti dan praktik sebagaimana seharusnya.

Baca Artikel Terkait:

Kesetiaan IPNU IPPNU

Dalam hal setia dan kesetiaan yang behubungan dengan “memegang teguh atas janji”, Makesta memiliki strategi dengan menempuh cara melaksanakan ikrar, bai’at, sebagai prosesi awal kesetiaan calon anggota IPNU dan IPPNU.

Bai’at adalah janji untuk taat, untuk setia. Melalui bai’at, calon anggota diangkat dan ditetapkan menjadi anggota IPNU dan IPPNU. Di dalam bai’at, ada pesan moral berupa Al-amanah wa al-wafa bi al-’ahdi, pemenuhan atas amanah sekaligus manifestasi jiwa yang dapat dipercaya, setia dan tepat janji.

Bai’at tidak perlu dipahami sebagai sesuatu yang menakutkan atau membelenggu. Bai’at itu sejatinya adalah sebuah ikrar, sebuah pengungkapan janji, dengan konsekuensi di kemudian hari; apa konsekuensi dari baiat? dalam konteks Makesta, ya kesetiaan itu sendiri; setia kepada organisasi IPNU dan IPPNU. Dengan demikian, bai’at merupakan Ujian paling awal atas kesetiaan anggota IPNU IPPNU.

Makesta, Masa Kesetiaan Anggota, yang pelaksanaannya di level Ranting menjadi modal berseminya kader-kader NU di basis pengamalan Amaliyah Al Nahdliyah. Pengurus Ranting NU memiliki kewajiban membuka ruang ekspresi “anak-anak NU masa depan” ini. Untuk menjamin keberlangsungan generasi Ahlissunnah Wal Jamaah

Makesta Adalah Masa Kesetiaan Anggota; Ujian atas kesetiaan anggota IPNU IPPNU dimulai dari bai’at ini; dari calon anggota kemudian diangkat dan ditetapkan menjadi anggota resmi organisasi.

Bai’at ini adalah tentang cara, strategi dan metode, dan baik untuk ditempuh, dan memang sudah menjadi SOP dari pelaksanaan Makesta. Artinya, harus dijalankan dan para peserta wajib mengikutinya.

Kesetiaan seseorang bisa saja tidak tercapai justeru pada saat pelaksanaan bai’at, karena pengucapan ikrar nya tidak mencerminkan aspek lahir dan batin; hanya terucap, tidak sampai hati.

Ancaman Kesetiaan

Banyak faktor yang menyebabkan kesetiaan terancam; berubah menjadi ketidak-setiaan. Wujudnya banyak, seperti: iming-iming organisai lain, ketakberdayaan organisasi; berhenti menjadi anggota organisasi atau dalam fase ekstrim; membelot.

Praktik praktik organisasi yang tidak selaras dengan garis yang telah ditetapkan, berpotensi mengancam kesetiaan anggotanya. Anggota yang tidak mendapatkan ruang, juga kesetiannya terkikis; demikian juga anggota organisasi yang tidak mendapatkan hak hak organisatorisnya.

Mengurangi potensi terjadinya ancaman kesetiaan anggotanya bagi organisasi IPNU dan IPPNU membutuhkan campur tangan (pembinaan) organisasi setingkat di atasnya; hingga organisasi induknya, yaitu Nahdlatul Ulama (NU). Dan itu harus ditempuh dari tingkat yang paling mendasar; tingkat Ranting.

Makesta, Masa Kesetiaan Anggota, yang pelaksanaannya di level Ranting menjadi modal berseminya kader-kader NU di basis pengamalan Amaliyah Al Nahdliyyah. Pengurus Ranting NU memiliki kewajiban membuka ruang ekspresi “anak-anak NU masa depan” ini. Untuk apa? Untuk menjamin keberlangsungan generasi Ahlissunnah Wal Jamaah.

Baca Juga >> Perangkat Organisasi NU, Lembaga, Badan Otonom, Badan Khusus

Merawat Kesetiaan

Organisasi NU sangat tepat menempatkan Makesta IPNU IPPNU sebagai pintu masuk kaderisasi. Tepat dalam pengertian masa (waktu), pembentukan (rekruitmen), penanaman (menempa), dan rekognisi (pengenalan) organisasi. Ibarat menanam tunas, ia harus tertempa dulu sebagai bibit yang berkualitas; dan pembentukannya memerlukan waktu perawatan.

Menjadi kewajiban individu anggota IPNU dan IPPNU untuk merawat kesetiaan diri. Mengekspresikan dan mengaktualisasikan diri dengan cara pro aktif dan berkesinambungan mengikuti kegiatan organisasi. Atas dasar apa? atas dasar keterpanggilan jiwa. Berorganisasi yang tanpa panggilan jiwa berpotensi sekadar ikut-ikutan.

Merawat kesetiaan juga menjadi kewajiban organisasi IPNU dan IPPNU; merawat anggotanya. Organisasi IPNU IPPNU secara berkelanjutan membuka selebar lebar nya ruang ekspresi; ruang aktualisasi diri bagi anggotanya melalui serangkaian kegiatan. Pengurus IPNU dan IPPNU sebaiknya kaya akan inisiatif dalam berorganisasi.

Keduanya baik kewajiban individu maupun organisasi, harus berjalan beriringan; keduanya harus saling mengisi dan memengaruhi. Merawat sebagai tindakan dan proses, membutuhkan keberlangsungan dan keberlanjutan. Merawat menjadi satu jaminan bahwa kesetiaan akan sukses melewati ujian. Tunas akan tumbuh dan bersemi; serta mekar pada saatnya; mempersiapkan pelajar NU menyongsong masa depan.

Demikian refleksi singkat tentang kesetiaan yang menjadi misi besar oganisasi IPNU dan IPPNU. Setia kepada organisasi melalui Makesta IPNU IPPNU sejatinya merupakan pintu masuk pada kesetiaan atas organisasi NU; organisasi para Alim dan Ulama pewaris para Nabi; organisasi yang kosisten menyebarkan dan melestarikan Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button