Sukarjo Wiryopranoto, Pahlawan Nasional Asal Cilacap

NU CILACAP ONLINE – Nama Sukarjo Wiryopranoto dibadikan sebagai nama sebuah jalan utama di Jakarta, dia adalah salah satu tokoh pejuang yang dikukuhkan sebagai pahlawan nasional, dan siapa sangka tokoh besar ini adalah putra Kota Bercahaya Cilacap. Tulisan ini dipersembahkan masih dalam momen semangat memperingati Hari Pahlawan Nasional tanggal 10 November 2022.

Sukarjo Wiryopranoto adalah seorang pejuang kemerdekaan dan Pahlawan Nasional Indonesia asal Cilacap. Sukarjo sendiri sudah bergabung ke dalam beberapa organisasi ternama, salah satunya Budi Utomo. Juga turut menjadi pejuang perebutan kembali Irian Barat ke pangkuan Republik Indonesia (RI).

Riwayat Pendidikan

Kehidupan Sukarjo Wiryopranoto lahir di Desa Kasugihan, Cilacap, Jawa Tengah, pada 5 Juni 1903. Pada masa sekolah, Sukarjo menempuh pendidikannya di Europeesche Lagere School (ELS) atau Sekolah Dasar zaman Hindia Belanda. Setelah ia lulus dari ELS, Sukarjo melanjutkan sekolahnya di Sekolah Hukum atu Rechts School di Jakarta. Lima tahun kemudian, setelah lulus dari Sekolah Hukum, ia mulai bekerja sebagai seorang pegawai negeri.

Awalnya ia bekerja di Pengadilan Negeri Purwokerto, namun pada 1926, ia dipindahkan ke Magelang selama 40 hari. Selama bekerja di Magelang, Sukarjo merasa ia tidak diperlakukan dengan adil oleh atasannya, sehingga ia dipindah ke Lumajang.

Aktif Di Dunia Politik

Sukarjo dapat dikatakan menjadi salah satu pemuda yang paling berani, karena ia mendatangi rumah seorang dokter, dr. Muhammad. Putra dari dr. Muhammad bersama dengan seorang pria bernama Sunaryo ikut ditangkap dan dibuang ke Digul karena dianggap terlibat pemberontakan PKI.

Baca juga

Akibatnya, banyak orang yang tidak berani untuk mendatangi rumah dr. Muhammad, kecuali Sukarjo. Sukarjo mendatangi rumah dr. Muhammad bersama istrinya, Umaryani. Perbuatan Sukarjo pada zaman ini dapat dikatakan membahayakan dirinya, namun ia tetap bijaksana. Sukarjo pun mulai tertarik pada pergerakan nasional sehingga ia menjadi anggota dari Jong Jawa.

Menyadari bahwa menjadi pegawai negeri ia hanya bekerja untuk kepentingan pemerintah kolonial, akhirnya Sukarjo mendirikan kantor pengacaranya sendiri bernama Wisynu. Tujuannya adalah untuk menegakkan kebenaran dan melindungi rakyat yang lemah.

Berkat keaktifannya dalam dunia hukum dan politik, Sukarjo pun tergabung dalam organisasi Budi Utomo dan dipercaya menjadi Ketua Cabang Malang. Selama bergabung dalam Budi Utomo, Sukarjo berusaha keras untuk mempertebal rasa kebangsaan dan harga diri sebagai bangsa.

Volksraad (Dewan Rakyat) Pada 1937, Sukarjo diangkat menjadi anggota Volksraad sebagai wakil Budi Utomo. Ia tergabung sebagai anggota Fraksi Nasional di bawah pimpinan M.H. Thamrin bersama Soeroso dan Otto Iskandardinata. Langkah-langkah politik yang Sukarjo lakukan di dalam Volksraad antara lain adalah membela nasib pegawai rendah. Ia juga mengusulkan agar pengangkatan anggota-anggota Gemeenteraad atau Walikota bagi orang Indonesia disamakan dengan orang Belanda.

Walikota Madiun

Segala harapan yang diinginkan Sukarjo selama bergabung dalam Volksraad dapat terlaksana pada 1937. Saat itu ia diangkat menjadi Wali Kota Madiun. Namun, naiknya Sukarjo sebagai wali kota ternyata menimbulkan kegoncangan di kalangan bangsa Belanda. Alhasil, dua tahun kemudian, posisi Walikota Madiun digantikan oleh Susanto Tirtoprojo.

Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) Sukarjo Wiryopranoto diangkat menjadi anggota BPUPKI atau Dokuritsu Junbo Cosakai. Pada 1943, Sukarjo diberi jabatan sebagai ketua muda Jawa Shinbun Kai, yaitu gabungan atau perserikatan surat kabar di Jawa.

Kabinet Syahrir

Sebelum Agresi Militer Belanda II, Sukarjo ditangkap oleh Belanda dan diusir ke Yogyakarta, karena surat kabar yang ia terbitkan bernama Mimbar Indonesia dianggap berbahaya oleh Belanda. Kemudian, sesudah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Sukarjo diangkat menjadi jurubicara Negara dalam Kabinet Syahrir.

Pada 1950, sesudah terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Sukarjo diangkat menjadi Duta Besar RI di Vatikan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Pada 1960, Sukarjo diangkat menjadi Wakil Tetap RI di PBB. Selama menjabat di PBB, ia sibuk memperjuangkan pengembalian Irian Barat ke pangkuan Ibu Pertiwi

Akhir Hidup Sukarjo Wiryopranoto meninggal pada 23 Oktober 1962 saat Indonesia sudah berhasil mendapatkan kembali Irian Barat. Jenazahnya dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

Penghargaan Pada 29 Oktober 1962, berdasarkan Surat Keputusan Presiden No. 342 Tahun 1962, Sukarjo dianugerahi gelar Tokoh Nasional atau Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Untuk didikasi dan perjuangannya, mari sejenak kita persembahkan doa terbaik untuk beliau, lahuu alfatihah. (Naeli Rokhmah)

Dikutip dari Kompas.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button