Ketika Kiai Wahab Hasbullah Hampir Ditangkap PKI
NU CILACAP ONLINE – Ketika Kiai Wahab Hampir Ditangkap PKI. Fragmen Jejak Ulama berikut ini mengisahkan momen Ketika Kiai Abdul Wahab Hasbullah hampir saja ditangkap oleh PKI. Selengkapnya sebagai berikut:
Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun pada 18 September 1948 merupakan di antara tragedi yang sempat mengguncangkan stabilitas perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia yang tempo itu masih jatuh bangun.
Beberapa literatur menyatakan, dalam aksi ini beberapa pejabat, perwira TNI, pimpinan partai, alim ulama, dan rakyat yang dianggap tidak sehaluan dengan PKI dibunuh secara kejam. Sebelumnya PKI telah melancarkan propaganda anti pemerintah, mengadakan demonstrasi-demonstrasi, menculik lawan-lawan politik, dan menggerakkan kerusuhan di berbagai tempat.
Terlalu banyak data yang menjadi bukti peristiwa di atas. Di antaranya Majalah Aula edisi Mei 2007, sedikit telah menyajikan fragmen-fragmen kekejaman PKI dan segenap simpatisannya seperti dimaksud. Demikian juga dalam buku “Benturan NU-PKI 1948-1965” karya Wakil Sekjen PBNU H. Abdul Mun’im DZ yang diterbitkan PBNU beberapa tahun silam.
Tapi di sini M. Haromain secara spesifik menyajikan fakta sejarah yang berhasil dicatat oleh sejarawan NU, KH Saifudin Zuhri tentang Kiai Abdul Wahab Hasbullah yang hampir saja tertangkap oleh simpatisan PKI andai saja beliau tidak bersiasat mengubah identitas penampilannya.
Kisah itu diutarakan Kiai Saifudin Zuhri dalam buku “Guruku Orang-orang dari Pesantren”. Berikut ini kesaksian mantan menteri agama di era presiden Sukarno tersebut: “Aku laporkan bahwa menjelang pemberontakan PKI di Madiun, KH A. Wahab Hasbullah, mengadakan latihan ulama di Ngawi. Aku baru pulang dari Ngawi tiga hari sebelum pecah pemberontakan PKI.
Peci Hitam Kiai Wahab
Ketika latihan ulama dibubarkan karena sudah selesai, tidak ada yang mengerti bahwa PKI mengadakan pemberontakan di madiun. Padahal jarak Ngawi dan Madiun dekat sekali. Para peserta latihan pulang ke daerahnya maing-masing.
Kiai Wahab pulang ke Jombang dengan naik kereta api. Perjalanan ke Jombang ini harus melewati Madiun. Ketika telah mendekati Madiun, beliau baru mengerti bahwa di Madiun ada pemberontakan PKI. Tetapi beliau sudah terlanjur berada dekat stasiun Madiun.
Agar orang tidak mudah mengenali siapa beliau, terpikir olehnya untuk menghilangkan identitasnya. Sorban dilipat dimasukkan ke dalam tasnya. KH Abdul Wahab Hasbullah berhasil berdiplomasi dengan salah seorang di stasiun untuk memperoleh peci hitamnya. Peci hitam pun ia kenakan. Dengan peci hitam ini, orang tidak mudah mengenali Kiai Wahab.
Baca juga Novi Basuki : Santri yang Belajar di Negeri Komunis
Maka, selamatlah beliau hingga tiba di rumahnya, di Jombang. Jika saja PKI mengenali Kiai Wahab, pastilah beliau dijadikan tawanan golongan kakap, dan entah bagaimana nasib selanjutnya. Tetapi syukur Alhamdulillah Tuhan tetap melindungi beliau.
Sebuah pesantren di Madiun dan sekitarnya, lanjut kiai Saifudin Zuhri, kalau tidak salah pesantren Takeran, adalah pesantren pertama yang dijadikan sasaran pengganyangan oleh PKI. Beberapa santri menjadi korban dan pesantren dibakar. Sudah bukan rahasia lagi bahwa sasaran utama PKI adalah orang-orang republikan, pegawai pemerintah, dan laskar laskar Hizbullah-Sabilillah, barisan banteng, barisan pemberontakan, dan lain-lain yang pro pemerintah Yogya.
“Suasana kota Yogya diliputi oleh kemarahan rakyat terhadap PKI dan Belanda, yang belakangan ini terus-menerus melanggar gencatan senjata dan melakukan insiden-insiden di tapal batas. Korban banyak yang jatuh di kedua belah pihak. Yogya diliputi oleh awan gelap, penuh tanda tanya bagaimana keluar dari kegentingan yang mendalam ini.”
Demikian fragmen cerita, Ketika Kiai Wahab Hampir Ditangkap PKI, yang direkam KH Saifudin Zuhri.
Dikutip dari Majalah Nahdlatul Ulama “AULA” Edisi September 2016 Halaman 78.[Admin | NUCOM Cilacap]