Novi Basuki : Santri yang Belajar di Negeri Komunis
NU Cilacap Online – Novi Basuki tentang cara memandang Tiongkok sebagai negeri komunis berubah. Pelajari pandangan dari santri yang belajar di negeri komunis seperti China.
Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China. “Tiongkok atau China sebagai negeri komunis telah banyak berubah. Akan tetapi sterotipe akan Tiongkok selalu dipandang waspada dan curiga di negeri kita”.
Benarkah kita harus selalu menaruh curiga pada Tiongkok ataukah sebaliknya? Tiongkok kini yang telah maju baik dari segi ekonomi, infrastruktur dan teknologi. Mungkinkah kita akan terus memandang Tiongkok atau China sedemikin tanpa mengenal lebih dekat kini dengan berbagai pencpaiannya?
Novi Basuki, Seorang Santri
Pandangan tentang bagaimana Tiongkok atau yang biasa kita kenal Republik Rakyat China (RRC). Penting melihatnya dari perspektif Novi Basuki seorang santri yang belajar di Tiongkok.
Santri sendiri yang melekat sebagai penekun agama yang kuat. Khususnya dalam dunia islam. Tentu saja menjadi hal yang belum lumrah di Indonesia belajar di negeri komunis seperti China.
Sebab bagaimanapun terdapat stigma yang sangat buruk di negeri kita mendengar kata-kata komunis. Yang masih terus terdoktrin kuat di indonesia karena memiliki benang sejarah masa lalu yang kelam.
Tetapi di negeri kita banyak yang belum paham atara Komunis dan ateis. Komunis sebenarnya belum tentu ateis begitu pun sebaliknya. Dasar pemikiran atau ideology keduanya sangat berbeda.
Komunis adalah doktrin social-politik dan ekonomi. Sedangkan Ateis adalah doktrin kepercayaan akan sesuatu yang transenden. Bahasa nyentriknya sesuatu yang berbau spiritual berkaitan dengan dunia keagamaan dan ketuhanan.
Kembali pada Novi Basuki. Ia merupakan seorang penulis, peneliti, dan pakar Islam di Tiongkok. Salah satu santri Pondok Pesantren Nurul Jadid, Probolinggo, Jawa Timur.
Sejak 2010 lalu Novi Basuki menjalankan pendidikannya di beberapa perguruan tinggi di Tiongkok dengan Beasiswa Pemerintah Tiongkok (Chinese Government Scholarship).
Studi doktoralnya ditempuh di Universitas Sun Yat-sen setelah sebelumnya menyelesaikan pendidikan sarjana dan masternya di Universitas Huaqiao dan Universitas Xiamen.
Novi Basuki sendiri lahir di Desa Tamansari, Kecamatan Sumbermalang, Kabupaten Situbondo. Desa tersebut berada di kurang lebih 1.200 di atas permukaan laut, tepatnya di lereng Gunung Argopuro. Kedua orang tuanya berprofesi sebagai pedagang sembako dan bahan bangunan.
Kehidupan Beragama di China
Sebagai seorang penulis. Karya Novi Basuki yang terkenal adalah buku “Ada Apa Dengan China” yang terbit pada 2019 yang lalu. Novi juga seringkali mengisi konten-konten informatif dan menarik tentang China atau Tiongkok di berbagai platform media digital.
Salah satunya di Asumsi, media sosial Youtube dan juga di media-media mainstrim lainnya sebagai kolumis. Tema-tema bahasan Novi Basuki seperti politik, ekonomi, budaya dan agama atau apapun yang berkaitan dengan China.
Lihat : China, Sumber Inspirasi Novi Basuki
Sebagai pakar Islam di China, Novi Basuki juga sering memberikan pandangannya tentang muslim di Uigur yang seringkali salah dipahami oleh orang-orang di luar China.
Dirinya mengatakan. Pemerintah China memang tegas memberikan kebijakan bahwa peribadatan seharusnya dilakukan dirumah ibadah. Tidak boleh dilakukan di ruang-ruang publik. Bukan tidak diperbolehkan menjalankan ibadah seperti yang diberitakan di media-media tentang China.
Agama apa pun di China bisa menjalankan kegiatan ibadahnya dengan leluasa. Tentu, dengan syarat tak melanggar hukum dan peraturan yang ada.
Novi sendiri meyakini bahwa di negara mana pun, termasuk Indonesia, pasti tak bisa menoleransi ritual keagamaan yang kerjaannya mengompori pengikutnya untuk mengebom, misalnya. Kendati, baik Indonesia maupun China, sama-sama menjamin kebebasan beragama melalui konstitusinya.
Menurutnya meskipun Indonesia lebih religius dari China. Akan tetapi dari segi kebijakan kebebasan beragama, Indonesia sebetulnya kalah toleran ketimbang China.
Lewat pasal 36 di konstitusinya, China tidak hanya membebaskan warganya untuk menganut agama (zongjiao) atau kepercayaan (xinyang). Atau apa saja yang menjadi pilihan imannya. Tetapi juga mempersilakan rakyatnya jika ingin tidak memercayai agama atau kepercayaan apa pun, alias ateis atau—gampangnya—kafir secara kaffah.
Kemajuan China
Selain kehidupan beragama di China yang memang dijamin oleh konstitusi negara. Kemajuan China baik di dalam perekonomian maupun teknologi juga patut untuk di contoh. Novi Basuki yang juga menaruh perhatian pada isu politik dan ekonomi di China.
Kala Deng Xiaoping memimpin China. Deng Xiaoping telah melakukan banyak perubahan yang membuat China diperhitungkan di mata internasional dengan keterbukaan meskipun lebel komunis yang miskin dan terbelakang masih melekat.
Namun dengan seiring waktu. Di mana China sudah menjadi kekuatan kedua ekonomi dunia di abad ke 21 ini. Stigma itu telah luntur, justru banyak pihak memprediksi China dapat menjadi negara adidaya berikutnya dengan kekuatan ekonomi serta teknologi yang maju.
Dengan slogan kaya lebih mulia dari pada miskin tapi dirasakan bersama-sama. Pemerintah China sudah banyak melakukan reformasi besar-besaran dari sisi ekonomi, yang saat ini pemerintah China mampu mengentaskan milyaran warganya dari jurang kemiskinan yang ekstrim.
Prinsip China yang mempelajari kemudian dimodifikasi. Istilahnya dibuatkan “KW” tentang kapitalisme dimodifikasi sedemikan rupa. Sehingga memunculkan ide sosialisme berkarakteristik China telah sukses membawa kemajuan China.
Baca juga Ketika Kiai Wahab Hasbullah Hampir Ditangkap PKI
Melaui proyek OBOR (One Belt One Roud) atau yang kini telah direvisi menjadi proyek Belt Road Initiative (BRI). China telah menjadi kekuatan dunia baru yang ikut membangun Negara-negara berkembang di Afrika dan Asia Tenggara seperti di Indonesia.
Bahkan Ethoipia yang dulu terkenal miskin, atas bantuan dari investasi China yang telah membangun infrastruktur di Negara itu. Menjadi Negara yang terus berkembang ekonominya di kawasan Afrika. Karena banyaknya infrastruktur China di Negara itu. Ethoipia berubah menjadi China kecil di Afrika.
Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Lalu bagimanakah peran China di Indonesia? China yang menguasai permodalan. Di samping itu juga memiliki teknologi. Indonesia pun saat ini sangat bergantung pada investasi China. Kereta cepat Jakarta-Bandung, pertambangan dan sebagainya. China sudah mulai masuk sebagai investor tetap di Indonesia.
Novi sendiri berpendapat, “Jangan melulu melihat China sebagai ancaman. Bisa jadi malah akan membuat Indonesia ketinggalan peluang yang terhampar dan sedang maju pesat.”
Bukankah di hadis nabi sendiri ada istilah “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China”? Artinya walau sekalipun ke China. Menuntut ilmu merupakan hal yang sangat penting bagi seorang Muslim?
Pada akhirnya fakta apa yang berbicara termasuk kemajuan China yang menjadi contoh negeri manapun. Mengalahkan stereotipe tentang china yang tak hanya dipandang menggunakan kacamata buatan Perang Dingin untuk melihat Tiongkok yang sudah banyak berubah sejak era Deng Xiaoping.
Baca jugaL Ruang Gagasan; Pemikir Harus Menjadi Penggerak Perubahan