Inilah Program Akselerasi Rasul dan Keutamaan 6 Hari Puasa Syawal

NU CILACAP ONLINE – Setelah menjalani puasa pada bulan suci ramadhan, ada puasa yang sangat dianjurkan dan ditekankan yang apabila diamalkan maka baginya tercatat satu tahun beribadah puasa. Inilah program akselerasi Rasul Nabi Muhammad SAW, ibadah 6 hari puasa syawal tercatat satu tahun.
Untuk diketahui bahwa pelaksanaan puasa sunat 6 hari yang dimaksud berlaku selama dan hanya dalam bulan syawal yaitu setelah Umat Islam seluruh dunia merayakan Idulfitri.
Lantas bagaimana cara menjalaninya di hari lebaran? Apakah boleh niatnya dibarengkan bersamaan nyarutang puasa ramadhan? Lalu apa saja sih keutamaannya?
Maka kali ini NU Cilacap Online mengetengahkan pakar bidang hukum ibadah sebagai narasumber yaitu KH Ahmed Soim Ahmed El Amin, Lc, MH beliau merupakan Pengasuh Pesantren Al Ihya Ulumaddin Kesugihan Cilacap dan Dosen UNUGHA Cilacap.
Urgensi Hukum Ibadah
Gus Soim sapaan akrab KH Ahmed Soim El Amin Lc. MH mengemukakan bahwa urgensi hukum ibadah 6 hari puasa pada bulan syawal sebagaimana anjuran langsung dari Rausullullah Nabi Muhammad SAW melalui sabda hadits yang berbunyi,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barang siapa berpuasa Ramadan, lalu diiringi dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa sepanjang tahun.” (HR Muslim),
Dijelaskan bahwa siapa yang berpuasa 6 hari pada bulan syawal maka dia dicatat puasa satu tahun.
“Maka berdasarkan hadits tersebut puasa 6 hari di bulan syawal menjadi sunatun muakadah yakni sunat yang sangat dianjurkan dan ditekankan,” jelasnya.
Bekal Menuju yang Abadi
Beliau pun berpesan bahwa hidup di dunia ini jika dibandingkan akherat durasinya sangat singkat. Oleh karenanya satu-satunya cara adalah memaksimalkan dengan manfaatkan kesempatan hidup yang Allah Swt berikan guna menyiapkan bekal hidup menuju yang abadi.
“Jika dipikir Betapa tidak seimbang. Kita hanya diberi kesempatan dalam waktu beberapa jam untuk ratusan tahun. Karena hanya itu kita punya kesempatan. Begitu juga hubungan dunia dengan akherat kita,” akunya.
Gus Soim menegaskan bahwa, ‘Adunya darul amal’, bahwasanya kesempatan hidup hanya untuk berumah amal.
“Artinya bahwa kita hidup dengan berusaha mengumpulkan bekal. Sementara ‘Wal akhiratul darul jaza’. Dan akherat tempat kita menikmati hasil dari apa yang kita lakukan saat di dunia,”
“Jika kita betul-betul menyadari tentang waktu dunia yang sebentar, untuk akherat yang abadi. Maka kita tidak akan menyia-nyiakan waktu sedetikpun kesempatan yang Allah Swt Anugerahkan,” tegasnya.
Program Akselerasi Rasulullah SAW
Menurutnya puasa 6 hari pada bulan Syawal ini merupakan info A1 yang diajurkan langsung dari pusatnya yakni Rasulullah Nabi Muhammad SAW,
“Siapa puasa 6 hari pada bulan syawal maka tercatat baginya puasa satu tahun penuh. Ibarat program ini akselerasi. Percepatan,” lanjutnya.
Beliau pun mengingatkan bahwa umat Islam harus jeli dalam membaca peluang, dan lalu melakukannya. Jangan sampai kehilangan kesempatan.
“Maka kita sebagai umat Muhammad SAW harus berterimakasih kepada-Nya yang tidak pernah pelit berbagi informasi penting dan bermanfaat,” tuturnya.
Di antara informasi A1 lainnya ialah sebagaimana dahsyatnya keistimewaan Lailatul Qadar. Hal ini juga merupakan program akselerasi Rasul SAW karena sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’at Surat Al Qadar bahwa satu malam itu lebih baik dari seribu bulan.
“Seribu bulan ini kalau dikonfersi menjadi 84 tahun. Jika usia kita capai umur 80 tahun, dan mendapat lailatul qadar setiap tahunnya, maka kita punya waktu 1500 tahun sebagai tabungan kebaikan untuk dunia dan akherat menjadi waktu yang paling berharga dan berkualitas,” lanjutnya.
Adapun ramadhan sebagai rumah diklat, yakni penggemblengan diri dan jiwa. Maka ramadhan juga sebagai program pembekalan yang luar biasa. Syawal hingga satu tahun kedepan adalah ruang prakteknya.
“Maka berpuasa 6 hari pada bulan syawal menjadi sesuatu di mana mengawali praktek dan menyempurnakan program ramadhan,” ujarnya.
Kendati kemudian hari raya idulfitri merupakan perayaan kemenangan setelah sebulan berpuasa, dan 1 syawal merupakan hari tasrik di mana haram berpuasa, dan bebas makan apa saja, tapi tetaplah hari itu sebagai momen untuk kita mampu mengontrol kembali jagad diri kita, sukses dan tidaknya.
Hukum Ibadah Berlapis-lapis
Gis Soim lanjut menjabarkan mengenai soal hikum ibadah bahwasanya sudah menjadi ketentuan umum mengenai amalan hukum ibadah dalam Islam itu berlapis-lapis. Baik ritualnya maupun subtansinya.
“Apa itu berlapis-lapis? Puasa ramadhan sifatnya wajib ada suatu hal yang menyempurnakan kewajiban tersebut yang bersifat melengkapi yaitu hal kesunatan,”
“Maka apabila paket komplit ini (puasa ramadhan dan puasa syawal) dilakukan secara komprehensif, puasa ramadhan kita capai, syawal juga kita jalan, senin kemis, ayamul bith, puasa dawud dan puasa sunat lainnya maka hati akan menjadi baik dan akan mudah mengenal kebesaran Allah Swt,” bebernya.
“Maka dengan puasa 6 hari pada bulan syawal, itu melengkapi puasa kita pada bulan ramadhan,” terusnya.
Disampaikan adapun pelaksanaan puasa 6 hari itu dalam bulan syawal. Hanya saja dalam kitab-kitab disebutkan puasanya secara berturut-turut setelah 1 syawal (idulfitri).
“Maka itu menjadi afdhol, puasa pada tanggal 2 sampai 7 syawal. Dan kita tahu Islam nusantara di beberapa daerah ditandai dengan tradisi lebaran ketupat. Yakni tradisi perayaan telah menuntaskan puasa syawal selama 6 hari tersebut,” ungkapnya.
Lalu bagaimana yang memiliki tanggungan puasa terutama kalangan wanita karena haid? Apakah wajib kodo’ (nyarutang) dulu atau boleh bersamaan?
Ketentuan dan Perlakuan Hukumnya
Dijelaskan bahwa hal wajib dan sunat itu beda. Maka ada perlakuan dan ketentuan hukum yang berbeda. Adapun tanggungan atau hutang puasa oleh sebab kesengajaan tidak penuhi puasa sesuai ketentuan maka baginya wajib mengkodo dulu, wajib dibayar langsung, wajib menyegerakan tidak boleh menunda-nunda.
“Beda lagi kalau hutangnya karena ada udzur, karena demi menjaga jiwa, nyawa, kesehatan, atau demi menjaga janin bagi yang hamil, atau bagi ibu menyusui, dan wanita haid maka hutang puasa ini tidak harus secara langsung dibayar.
Artinya tetap tidak bisa dibarengkan, tidak bisatu disatu paketkan, mengkodo’, nyarutang puasa ramadhan dengan puasa sunat syawal, itu tidak bisa.
Hukum menegaskan harus masing-masing. Sesuai syariat. Tapi dikemukakan bahwa baginya dibolehkan melaksanakan puasa sunat syawal dulu dalam tanggal 2-7 syawal. Baru kemudian nyarutang puasa.
Oleh karena waktu yang Allah Swt disediakan untuk bayar hutang puasa ramadhan durasinya satu tahun, memanjang mulai Syawal sampai Sya’ban.
“Disahkan mengkoko’ kapan pun harinya dan bulannya, durasinya panjang sampai hari terakhir sya’ban. Tidak ada tuntutan untuk menyegerakannya, Namun apabila ketemu Ramadhan lagi rupanya tidak mengkodo’ maka hukumnya beda lagi yakni kena denda atau harus bayar fidyah,” pungkasnya.
Ajakan Semangat Beribadah
Terakhir beliau, KH Ahmed Soim El Amin mengajak kepada umat Islam untuk selalu bersemangat dalam menjalankan ibadah dengan menunjukkan kepada Allah Swt bahwa kita sebagai manusia dan umat Muhammad SAW siap dan bisa menjalankan tugas yang diberikan oleh-Nya.
Semoga kita semua dapat menjalankan ibadah puasa 6 hari pada bulan syawal ini, yang jelas merupakan anjuran dan program akselerasi kangjeng Rasul Nabi Muhammad SAW yang dahsyat dan tidak main-main keistimewaannya, siapa 6 hari puasa syawal maka baginya satu tahun ganjaran ibadah puasanya. Semoga bermanfaat. (IHA)
Yuk bersama kita dengar dan saksikan tausiyah mengenai program akselerasi yang oleh Rasulullah SAW peruntukkan pada Umatnya melalui vidio “Dahsyatnya Enam Hari Puasa Syawal, Mengapa?” Pada channel youtube resmi NU Cilacap Online (Nucom) klik Di SINI