Ibadah Kurban Sudah ada Pada Zaman Nabi Adam AS

NU CILACAP ONLINE – Ibadah kurban merupakan salah satu ajaran dalam agama Islam yang memiliki kaitan erat dengan ibadah haji. Melaksanakan kurban pada hari raya Idul Adha yang jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah, bulan terakhir dalam kalender Islam.

Pada hari raya Idul Adha, bagi umat muslim yang mampu  anjuran untuk menyembelih hewan kurban sebagai bentuk pengabdian kepada Allah SWT. Hewan kurban yang biasanya  adalah domba, kambing, sapi, kerbau dan unta.

Hewan-hewan ini harus memenuhi syarat tertentu, baik dari segi umur, kesehatan, dan kebersihan. Daging hewan kurban kemudian dibagikan kepada keluarga, tetangga, dan juga orang-orang yang membutuhkan.

Ibadah kurban memiliki makna yang mendalam dalam agama Islam. Selain sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT, kurban juga mengandung nilai sosial dan kepedulian terhadap sesama. Melalui kurban, umat muslim ada pelajaran untuk berbagi rezeki dengan orang lain, terutama mereka yang kurang mampu.

Sedangkan ibadah haji salah satu rukun Islam yang wajib bagi umat muslim yang mampu secara fisik, finansial, dan hukum. Ibadah haji dilakukan di Kota Makkah, Saudi Arabia, pada bulan Dzulhijjah.

Haji memiliki rangkaian ibadah yang meliputi tawaf sekitar Ka’bah, sai antara bukit Safa dan Marwah, wukuf di Arafah, melempar jumrah, dan lain sebagainya.

Kurban Pada Zaman Nabi Adam AS

Sedangkan perintah berkurban sendiri sudah ada dalam sejarah hidup manusia pertama kalinya. Yakni ketika Allah memerintahkan putra Nabi Adam AS. Qabil dan Habil untuk mengorbankan harta terbaik mereka. Sebagaimana  dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 27:

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَاَ ابْنَيْ اٰدَمَ بِالْحَقِّۘ اِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ اَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْاٰخَرِۗ قَالَ لَاَقْتُلَنَّكَ ۗ قَالَ اِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّٰهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ

Artinya : Dan ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang kisah kedua putra Adam, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka (kurban) salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima dan dari yang lain (Qabil) tidak diterima. Dia (Qabil) berkata, “Sungguh, aku pasti membunuhmu!” Dia (Habil) berkata, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa. (QS Almaidah ayat 27)

Allah Subhanahu wataala mengizinkan Nabi Adam menikahkan anak-anaknya dengan syarat bukan saudara kembarnya. Nabi Adam hendak menikahkan Habil dengan Iqlima sedangkan Qabil dengan Labuda.

Qabil yang terlanjur jatuh hati dengan Iqlima menolak perintah ayahnya. Qabil tidak ingin menikahi Labuda yang tidak secantik Iqlima. Sedangkan Habil mengikuti perintah ayahnya sebagaimana yang disyariatkan Allah. Kemudian memerintahkan keduanya berkurban untuk mendapatkan Iqlima.

Qabil yang bekerja di ladang menyerahkan hasil pertaniannya sedangkan Habil yang bekerja sebagai peternak menyerahkan hewan hasil ternaknya.

Menurut Imam Thabari menjelaskan bahwa ada perbedaan pendapat  para ulama terkait adanya perintah berkurban  oleh kedua putranya Nabi Adam yaitu Qabil dan Habil, dan Allah menerima salah satu Qurban dari keduanya.

Setelah kurban Qabil  Allah tidak menerimanya, ia mengancam hendak membunuh saudaranya yang bernama Habil. Lantas Habil berkata kepadanya: Sesungguhnya Allah akan menerima Qurban dari orang yang bertakwa, bukan dari orang yang durhaka.

Hikmah Kurban Putra Nabi Adam AS

Dalam penjelasan para ulama, Allah SWT menerima kurban Habil dengan menurunkan api, yang kemudian menjadi penyebab kematian Habil. Qabil membunuh Habil karena merasa iri dan dengki terhadapnya.

قَبِلَ اللَّه تَعَالَى قُرْبَانَ هَابِيلَ بِأَنْ أَنْزَلَ اللَّه تَعَالَى عَلَى قُرْبَانِهِ نَارًا، فَقَتَلَهُ قَابِيلُ حَسَدًا لَهُ

Artinya: Allah Taala menerima kurban Habil dengan menurunkan api untuk menyambar kurban milik Habil. Kemudian Qabil membunuhnya karena merasa dengki.

Dari kisah Qabil dan Habil, kita dapat belajar pentingnya niat yang ikhlas dalam segala hal, termasuk dalam berkurban. Kehadiran Qabil yang tidak menerima aturan dan kurban yang mempersehbahkan dengan hati yang tidak ikhlas mengajarkan kita untuk senantiasa menguji dan memperbaiki niat kita dalam beribadah.

Baca juga Apa Saja Adab dan Etika Berkurban?

Mari kita jadikan kisah ini sebagai pengingat bahwa kurban bukan sekadar ritual, tetapi sebuah kesempatan untuk mengasah keshalehan dan ketulusan hati ini.

Semoga kita dapat belajar dari kisah Qabil dan Habil, dan dengan ikhlas serta memberikan yang terbaik, kita menjalankan ibadah kurban dengan penuh penghormatan kepada Allah SWT.

Kisah tersebut menjadi pelajaran bahwa bila seseorang muslim muslimah yang hendak berkurban harus menata hati dengan ketakwaan yang tinggi, bukan untuk riya (Pamer) kepada tetangga atau orang banyak, mengetahui karena hal itu akan sia-sia jika tidak  dengan niat ibadah kepada Allah Ta’ala. (Rhmn)

Baca juga 10 Cara Memilih Hewan Sehat dan Berkualitas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button