Banser NU Wanareja Ikuti Acara Syuroan
NU CILACAP ONLINE – Barisan Ansor Serbaguna (Banser) NU Satkoryon Wanareja mengikuti kegiatan syuroan di Dusun Cigintung, Adimulya, Kecamatan Wanareja, Cilacap pada Jum’at, 11 September 2020.
Suroan adalah tradisiĀ turun temurun yang masih dilakukan oleh masyarakat jawa sampai sekarang. suroan dilakukan setiap tanggal satu syuro (muharram). Tradisi syuroan menitikberatkan pada ketentraman batin dan keselamatan. Di sisi lain syuroan selalu diselingi dengan pembacaan doa dari semua umat yang hadir merayakannya. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan berkah dan menangkal datangnya marabahaya.
Kegiatan yang dimulai ba’da shalat Jum’at itu disambut antusias dari kalangan masyarakat. Terbukti dari banyaknya masyarakat yang hadir dan ikut memeriahkan acara tersebut.
Namun acara tersebut tetap mematuhi protokol kesehatan mengingat masa pandemi covid-19 yang belum usai. Di mana masyarakat yang hadir disemprotkan cairan disinfektan. Selain itu juga adanya pengecekan suhu badan serta warga yang hadir diwajibkan memakai masker dan jaga jarak.
Lantunan Shalawat, Puji-pujian kepada junjungan Nabi Muhammad SAW juga menggema pada acara tersebut. Bacaan-bacaan tahlil (dzikr) juga turut dibacakan, diakhiri do’a memohon keselamatan dan keberkahan kepada Allah SWT.
Banser Membersamai Masyarakat Wanareja
Saat dijumpai, Kepala Satuan Koordinasi Rayon (Kasatkoryon) Banser Nahdlatul Ulama (NU) Wanareja, Kamirin mengatakan, Kehadiran banser dalam acara apapun jika dibutuhkan akan bersedia untuk hadir.
“Seperti acara syuroan di Dusun Cigintung ini. Kami dari Satkoryon Banser NU Wanareja turut serta hadir dan membantu selama berjalannya acara.” Kata Kamirin, sore sekitar pukul 03.00 WIB.
Disamping itu, warga setempat ketika dimintai pertanyaan terkait kegiatan syuroan yang juga dibarengi acara peresmian jalan, dia mengatakan cukup senang.
Menurut keterangan warga setempat, acara syuroan yang dibarengi dengan peresmian jalan ini merupakan tradisiĀ yang sempat hilang namun dihidupkan kembali oleh tokoh setempat yang bernama kyai Daldiri.
Saat ditemui dilokasi, Kiai Daldiri terlihat senang dengan dilaksanakannya kegiatan ini. Ia menuturkan bahwa tradisi ini merupakan wujud ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT.
“Ini cara kami mengungkapkan rasa syukur kepada Sang Pencipta dengan tetap mewarisi budaya leluhur. Seperti pembagian nasi dengan bungkusnya adalah anyaman bambu dan santannya adalah bumbung.” Ucapnya.
Salah satu anggota banser, Rizky juga turut membagikan sedikit kisah tentang hal tersebut. Bahwa modernisasi di wilayah tersebut tetap saja boleh masuk, namun budaya atau tradisi yang ada harus tetap lestari. (Bahtiar)