Tetes Hujan Yang Dirindukan Di Tanah Kerontang
Ketika Hanya Doa Yang Mampu Melawan Takdir

NU Cilacap Online – Sayup-sayup adzan subuh mulai bersahut-sahutan saat rintik hujan mulai turun. tetes demi tetes mulai membasahi bumi, menyapa tanah gersang yang telah merindu berbulan-bulan. Gusti, akhirnya kau turunkan tetes hujan setelah berbilang bulan bumi kerontang.
Tak ingin ketinggalan, ku ayun langkah kaki untuk memenuhi panggilan kewajiban pada Tuhan. Melangkah kaki riang sembari menghidu aroma tanah basah. Ah, segarnya. Terimakasih Allah, telah memecah rindu kami atas tetes-tetes hujan. Terurai sudah hawa panas yang menyiksa, berganti rasa sejuk.
Pagi ini, Ahad tanggal 5 Novemer 2023. Akhirnya hujan Kembali mengguyur bumi. Ini mungkin keluar dari prediksi Badan Meteorogi dan Geofisika (BMKG) yang menyatakan bahwa kekeringan kemungkinan akan terjadi hingga bulan Januari tahun 2024 mendatang.
Bencana kekeringan sebagai imbas dari fenomena elnino, telah mengancam sebagian besar wilayah di Kabupaten Cilacap. Warga kesulitan mendapatkan air bersih sehingga banyak yang terpaksa membeli untuk keperluan makan, minum, bahkan mandi.
Ironis memang, Kabupaten Cilacap yang terkenal rawan banjir ternyata juga rawan kekurangan air. Lucu bukan? Tapi ini kenyataan. Fenomena yang menambah etalase supermarket bencana, julukan Kabupaten Cilacap.
Sedekah Air LAZISNU Cilacap
Saya teringat perjalanan perjalanan saya beberapa waktu yang lalu bersama para relawan NU care LAZISNU Cilacap. Waktu itu kami melaksanakan penyaluran sedekah air bersih di Desa Rawajaya. Sebuah desa di Kecamatan Bantarsari Kabupaten Cilacap.
Desa ini adalah satu di antara puluhan desa terdampak kekeringan air di Kabupaten Cilacap. Hari itu, Kamis 29 September 2023. Terhitung sudah satu bulan Lembaga Filatrophi di bawah naungan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Cilacap ini secara massif melakukan aksi sosial bagi warga terdampak kekeringan di Kabupaten Cilacap.
Baca juga Pelaksanaan Shalat Istisqa di Gandrungmangu Berjalan Khidmat
Hari tengah terik-teriknya saat kami tiba di lokasi. Sebuah kampung di ujung desa. Dusun Gayamsari namanya. Perlu perjuangan keras untuk mencapai lokasi. Sebuah jalan tanah di tengah-tengah sawah menjadi satu-satunya akses jalan.
Sepintas seperti tak pernah tersentuh aspal. Di kiri-kanan hamparan sawah yang mengering menyambut sejauh mata memandang. Tak ada tanaman padi yang siap dipanen, hanya rumput-rumput yang tumbuh malas di sela-sela retakan sawah yang gersang.
Sementara saya dan tim LAZISNU duduk di dalam mobil sembari sesekali melontar dzikir saat tetiba kendaraan terguncang hebat karena jalanan yang buruk. Sesekali kami mengawasi keadaan di belakang. Di mana sebuah mobil tangki yang membawa air bersih berjalan perlahan susah payah tak jauh beda dengan kami.
Sepertinya tujuan kami sudah di hadapan. Sebuah jembatan harus kami lewati sebelum benar-benar sampai lokasi. Di bawahnya terpampang sungai dengan aliran airnya yang lumayan dalam. Hati bertanya, benarkah orang di sini kekurangan air, padahal ada sungai sebesar ini.
Sedikit obrolan dengan warga setempat menjawab pertanyaan saya. Bahwa air di sini rasanya asin karena pendangkalan air sungai sehingga air laut pun naik.
Inilah mengapa warga terpaksa membeli air untuk konsumsi sehari-hari. Mereka juga praktis tidak bisa bercocok tanam sehingga sementara hanya menggantungkan kebutuhan dari aktifitas nelayan.
Ini hanya sedikit cerita tentang warga terdampak kekeringan air. Masih banyak cerita pilu di sudut-sudut perkampungan sana.
Baca juga Kemarau Dampak El Nino dan Ikhtiar Shalat Istisqa’
Shalat Istisqa Dan Doa Minta Hujan
Musim kemarau telah memasuki bulan November. Terhitung hampir setengah tahun kekeringan melanda. Hal ini berimbas pada hampir semua sektor kehidupan, termasuk ekonomi.
Bagaimana tidak, karena kekeringan air pertanian terhambat. Harga-harga kebutuhan pangan mulai melambung akibat kekurangan pasokan di pasaran. Demikian juga para petani harus menelan kerugian karena hasil panen berkurang, bahkan gagal panen. Sementara kebutuhan hidup terus berjalan.
Tak ada jalan lain, melainkan doa. Iya, doalah yang mampu mengetuk pintu Tuhan. Berharap kemurahanNya menurunkan tetesan tetesan hujan yang menyelamatkan, bukan hujan yang membawa petaka. Doa-doa pujian mulai melangit di mana-mana.
Allāhummasqinā ghaitsan mughītsan hanī’an marī’an (lan riwayat murī’an) ghadaqan mujallalan thabaqan sahhan dā’iman. Allāhummasqināl ghaitsa, wa lā taj’alnā minal qānithīn
Artinya:
Ya Allah, turunkan kepada kami air hujan yang menolong, mudah, menyuburkan, yang lebat, banyak, merata, menyeluruh, dan bermanfaat abadi. Ya Allah, turunkan kepada kami air hujan. Jangan jadikan kami termasuk orang yang berputus harapan.
Doa tersebut marak terdengar di speaker-speaker masjid dan mushala sebagai puji-pujian menjelang shalat fardlu. Begitu juga dengan shalat istisqa digelar. Sebagaimana dilakukan oleh ribuan jamaah di Kecamatan Gandrungmangu pada Sabtu (4/11) kemarin.
Berbondong-bondong mereka berkumpul di lapangan sembari membawa hewan ternak. Bersama mereka melakukan shalat Istisqa. Merendahkan diri memohon ampun atas segala dosa. Lantas meminta kepada penguasa alam agar bermurah hati menurunkan hujan.
Allah begitu dekat dengan HambaNya
Sesungguhnya Allah telah mendorong para hambaNya untuk berdoa karena setiap doa pasti akan diijabahNya.
(وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ)
Artinya: Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina. (QS: al-Ghafir:60).
Dalam ayat tersebut kita bisa memahami kata ” ud’uni astajib lakum ( berdoalah pada-Ku niscaya akan aku kabulkan) ” merupakan janji Allah yang pasti dipenuhi, tidak mungkin Allah mengkhianati firman-Nya.
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Artinya: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (Albaqarah; 186)
Ayat tersebut menjelaskan dengan tegas kedekatan Allah terhadap hamba-hamba-Nya, terutama dalam mengabulkan doanya.
Bahkan kedekatan Allah digambarkan lebih dekat dari urat nadi hamba-Nya. Namun, maksud dari makna dekat tersebut bukan dekat dilihat dari tempatnya, melainkan dekat dalam mendengar dan mengabulkan doa hamba-hamba-Nya.
Dan tetesan hujan yang dirindukan yang turun pagi ini adalah bukti begitu dekatnya Allah dengan hambaNya. Bukti bahwa Allah mengabulkan setiap permintaan hambanya. Hujan turun selama beberapa saat. Menyejukkan bumi untuk sesaat.
Lantas apakah sampai di sini saja doa kita panjatkan? Tentu saja tidak. Fenomena elnino masih tetap berjalan yang mengakibatkan suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya di Samudera Pasifik bagian Tengah.
Pemanasan SML ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik Tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia. Sekali lagi BMKG telah menekankan bahwa fenomena ini akan terjadi hingga bulan Januari tahun 2024 nanti.
Maka hanya doa yang mampu merubah takdir. Mari kita berbisik padaNya, bahwa makhluk yang lemah ini tak mungkin menghadapi cobaan kecuali atas pertolonganNya. Sampaikan betapa makhluk yang lemah ini begitu merindukan tetesan hujan dari langit. (Naeli)