Kemarau Dampak El Nino dan Ikhtiar Shalat Istisqa’
NU Cilacap Online – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menginformasikan musim kemarau 2023 diprakirakan lebih kering dibandingkan tahun-tahun sebelumnya karena fenomena El Nino.
“Dengan adanya prakiraan atau prediksi El Nino, berarti wilayah Indonesia berbalik mengalir ke Samudra Pasifik sehingga Indonesia menjadi kering karena aliran masa udara ini bergerak ke Samudra Pasifik,” kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam keterangan yang disampaikan kepada NU Cilacap Online secara virtual, Rabu, 01/11/2023 siang.
Dwikorita mengatakan, El Nino adalah fenomena pemanasan uhu muka laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Pemanasan SML itu meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan.
“Jadi fenomena El Nino dan La Nina. Kalau El Nino menyebabkan musim kemarau akan dirasakan sangat panas dan kering. Sementara El Nina menyebabkan hujan masih bisa turun saat musim kemarau,” ujarnya.
Baca juga Tetes Hujan Yang Dirindukan Di Tanah Kerontang
Dijelaskan saat El Nino berlangsung, musim kemarau menjadi sangat kering serta permulaan musim hujan yang terlambat. Fenomena itu harus diwaspadai oleh semua masyarakat, terutama para petani.
Disampaikan di beberapa lokasi mulai terasa sulit air karena dampak tersebut. Dari cuaca panas ekstrem yang terjadi, dihimbau untuk semua warga selain berikhtiar dengan bijak menggunakan air, langkah lain yang bisa ditempuh sebagai umat muslim untuk menghadapi kemarau panjang ini adalah dengan Shalat Istisqa.
Shalat Istisqa’
Shalat Istisqa dan waktu pelaksanaannya sesuai dengan namanya, Al-istisqa adalah meminta curahan air penghidupan (thalab al-saqaya). Para ulama fikih mendefinisikan sebagai shalat sunnah muakkadah yang dikerjakan untuk memohon kepada Allah SWT agar menurunkan air hujan.
Shalat Istisqa telah dipraktikkan di zaman Rasulullah SAW. Dalam hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA disebutkan: “Nabi Muhammad SAW keluar rumah pada suatu hari untuk memohon diturunkan hujan, lalu beliau shalat dua rakaat bersama kita tanpa azan dan iqamat, kemudian beliau berdiri untuk khotbah dan memanjatkan doa kepada Allah SWT dan seketika itu beliau mengalihkan wajahnya (dari semula menghadap ke arah hadirin) menghadap ke kiblat serta mengangkat kedua tangannya, serta membalikkan selendang sorbannya, dari pundak kanan ke pundak kiri, begitupun ujung sorbannya” (HR. Imam Ahmad).
Waktu Pelaksanaan Shalat Istisqa’
Adapun waktu pelaksanaan Shalat Istisqa adalah di siang hari, sebagaimana hadis yang diriwayatkan dari istri beliau, Aisyah RA: “Rasulullah itu keluar untuk melaksanakan Shalat Istisqa manakala matahari mulai naik.” (HR Abu Dawud & Al-Hakim)
Para ulama berpendapat Shalat Istisqa dapat dikerjakan hingga sore hari, asalkan tidak pada waktu Isriwa’ yakni waktu yang diharamkan mengerjakan shalat, yaitu pas matahari di atas kepala dan pas terbenam matahari. Shalat Istisqa bisa dilakukan lebih dari satu kali hingga hujan turun.
Tata Cara Shalat Istisqa
Tata cara shalat Istisqa dimulai dengan imam dan makmum berkumpul di tanah yang lapang untuk mengerjakan shalat secara berjamaah.
Lalu, imam dan makmum tanpa didahului azan dan iqamat berniat membaca niat Shalat Istisqa:
Ushallii sunnatal istisqaa’i rak’ataini imaaman/makmuuman lillaahi ta’aala.
Sesudah takbiratul ihram, imam dan makmum melakukan takbir 7x pada rekaat pertama, dan 5x takbir pada rekaat kedua.
Di setiap rakaat, imam membaca surat Al-fatihah dan satu surat pendek secara jelas yang dapat didengarkan oleh para makmum. Dilanjutkan dengan rukuk, dua sujud dan duduk di antara dua sujud.
Pada rakaat kedua setelah sujud, imam dan makmum melakukan duduk tahiyyat akhir dan membaca bacaan tahiyyat, tasyahhud, dan salawat seperti yang dibaca dalam shalat wajib. Diakhiri dengan bacaan salam dengan menolehkan wajah dan kepala ke kanan dan ke kiri.
Khutbah Istisqa’
Kemudian, imam menyampaikan khutbah dan didengarkan oleh jamaah yang hadir. Khutbah Shalat Istisqa terdiri dari dua khutbah yang disampaikan khatib dengan cara berdiri dan sekali duduk di antara kedua khutbah.
Rukun khutbah dan tatacaranya dalam Shalat Istisqa sama dengan yang dilakukan khatib sesudah shalat Id. Di antaranya membaca takbir 9x pada khutbah pertama dan takbir 7x pada khutbah kedua.
Dalam materi khutbah dianjurkan khatib mengajak umat Islam untuk bertaubat, meminta ampun atas segala dosa, serta memperbanyak istighfar dengan harapan Allah SWT mengabulkan apa yang menjadi kebutuhan umat Islam dan makhluk hidup lainnya pada saat kemarau panjang.
Doa Shalat Istisqa
Setiap mengakhiri khutbah pertama dan khutbah kedua, khatib disunnahkan membaca doa dengan cara dirinya membalikkan badan dan membelakangi jamaah untuk menghadap kiblat, menukar posisi selendang sorban di pundaknya, seraya mengangkat kedua tangannya.
Selama khutbah dianjurkan sering membaca istighfar dan membaca Surah Nuh Ayat 10-12:
(10) فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا
(11) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا
(12) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا
“Ya Allah, turunkanlah kepada kami hujan yang deras, yang menyenangkan, yang berakibat baik, yang membawa kesuburan, yang melimpah, dan yang selalu membawa manfaat.”
“Ya Allah, turunkanlah kepada kami hujan yang deras, dan janganlah Engkau jadikan kami termasuk orang-orang yang putus asa. Ya Allah, sesungguhnya pada hamba dan negeri ini ada kesusahan, penderitaan, dan kesempitan yang hanya kami adukan kepada Engkau.”
“Ya Allah, tumbuhkanlah untuk kami tanaman, deraskan untuk kami puting susu ternak, dan turunkan kepada kami hujan dari berkah-berkah bumi. Ya Allah, hilangkan dari kami kesusahan dan lapar.”
“Keluarkan kami dari bencana di mana selain Engkau tidak ada yang sanggup mengeluarkannya. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon ampunan kepada Engkau. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pengampun, kirimkanlah dari langit hujan yang deras kepada kami.”
Aamiin. (IHA)