Mbah Moen (KH Maimoen Zubair): Cinta, Rindu, Kerinduan

NU CILACAP ONLINE – KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen selalu menyeruakkan rindu para santri, pengikut dan umat Islam pada umumnya. Akun X @SejarahUlama misalnya, menuangkannya dalam untaian syair rindu dan kerinduan yang sangat indah.

Ulama kharismatik KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen dikenal seorang yang Aarif (mengerti sebab kedalaman ilmu dan keikhlasan dalam amalnya).

Misalnya, Mbah Moen selalu mengistimewakan hari Selasa. Bahkan, Mbah Moen sendiri menginginkan wafat di hari Selasa. Harapannya itu terjadi, Mbah Moen wafat di Tanah Suci pada Selasa, 6 Agustus 2019 saat beribadah haji.

KH Maimoen Zubair juga seorang pencinta sekalgus perindu. Cinta dan rindu Mbah Moen, antara lain kepada sosok Khadijah Al Kubra, Istri bainda Nabi Muhammad SAW. Mbah Moen sangat menyukai shalawat Sayyidah Khadijah bahkan beliau lebih menyukai membaca manaqib Sayyidah Khadijah.

Kerinduan dan kecintaan Mbah Moen membuahkan kedekatan yang sedekat dekatnya kepada Sayyidah Khadijah.

Kita semua tahu, makam KH Maimoen Zubair (Mbah Moen) berada di pemakaman Ma’la, Makkah, atau tepatnya di dekat komplek makam Sayyidah Khadijah. Jarak antara makam Mbah Moen dengan makam Sayyidah Khadijah kurang lebih 500 meter.

Rindu Mbah Moen

Di tengah gemuruh doa di tanah suci,
Wafat seorang ulama, hati terpukul lirih.
Mbah Moen, sang pewaris nabi,
Meninggalkan dunia, namun cinta tak pernah mati.

Kami para santri dan Muhibbin berdiri dengan mata berkaca,
Rindu pada sosok penuh cahaya

Ilmu yang mengalir bagai sungai,
Akhlak yang tinggi, hati yang tidak pernah padam.

Tawadhu’ beliau, bagai bintang di langit malam,
Menuntun langkah dalam kegelapan.
Kini, hanya kenangan yang tersisa,
Dan rindu yang menggebu dalam dada.

Baca juga Sayyidah Khadijah Al Kubra dan Keistimewaannya

Kami merindukan sosok murobbi Mbah Moen yang lembut,
Dan tangan yang selalu terbuka.
Kami merindukan nasihat-nasihatnya,
Yang selalu membimbing kami ke jalan yang lurus.

Mbah Moen, engkau bagai pohon rindang,
Yang teduhkan kami, santri-santrimu.

Kini, daun-daunmu telah gugur,
Namun akarnya tetap kuat, menancap dalam.

Engkau telah pergi, namun warisanmu abadi,
Dalam setiap langkah dan doa kami.
Kerinduan ini, bagai doa yang tak henti,
Untuk Kyai dan Murobbi kami, Al-maghfulah KH. Maimoen Zubair, yang kami cintai.

Ila hadroti syaikhina wa murabbi arwahina as-syaikh Maimoen Zubair, al-fatihah…  Syair, credit to X @SejarahUlama

Semasa hidupnya, Mbah Moen juga menjadi bagian jiwa raga NU dan Indonesia. “Soal kebangsaan NU selalu terdepan, sampai hari ini dan ila yaumil akhir (sampai hari kiamat, red). Ke depan NU sangat mementukan kemajuan dan kemunduran bangsa Indonesia,” tegas KH Maimun Zubair suatu saat. (MaM)

Baca juga Tanda Tanda Mencintai Nabi Muhammad SAW

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button