City Tour dan Spirituality Tour di Madinah

Haji Riang Gembira 2023 Part 25

City Tour di Madinah ke beberapa destinasi seperti Kebun Kurma, Masjid Quba, Jabal (Gunung) Uhud, masjid Qiblatain, sekitar Khandaq dan termasuk spirituality tour merupakan paket yang disediakan oleh pihak hôtel yang terbagi berdasarkan kloter.

City Tour: Naik Bus

Kalau di kloter tertentu jumlah jamaahnya ada 360 misalnya, maka angka itu tinggal didistribusikan ke sejumlah bus berkapasitas 45an. Makanya di kloter kami banyak kursi tersisa karena beberapa jamaah tidak ikut bergabung.

Mereka mungkin kecapekan, sakit, atau berpikiran lebih baik ke masjid Nabawi, atau alasan lainnya. Sementara untuk spirituality tour dilakukan di Raudhah dan makam Nabi Muhammad saw.

Saya tergabung di rombongan 1, sehingga saya masuk di bus 1. Rombongan 1 jumlah jamaahnya lebih dari 40 orang. Tetapi yang ikut City Tour tercatat 32 orang, jadi omber dan nyaman.

Apalagi bus disopiri oleh orang Indonesia asli, pak Ruslan namanya, asal Subang, Jawa Barat. Jadi, sudah omber, nyaman pula. Ngobrolnya pun nyambung. Baca juga: City Tour ke Jabal Tsur dan Jabal Rahmah

Kebun Kurma Madinah

Destinasi pertama City Tour Madinah adalah kebun kurma, boleh juga disebut pasar kurma. Hanya menempuh perjalanan sekira 20 menitan dari hotel, bus sudah masuk di area parkir pasar kurma.

Begitu bus berhenti, jamaah langsung berhamburan keluar. Mereka sudah tidak lagi mikir kebunnya yang mana, tapi langsung masuk ke pasar/tokonya. Mungkin pikirnya, ngapain ke kebun kurma, lha wong kurma berbagai jenis sudah tersedia, tinggal pilih saja…

Pasar atau tokonya memang berada di tengah perkebunan. Jalan masuknya pun ditumbuhi pohon kurma di sisi kanan kirinya. Di sini semua jenis kurma tersedia. Tetapi yang paling sering diucapkan oleh penjual adalah jenis kurma Ajwa. Baca juga:

Mereka menawarkan kurmanya dengan menggunakan pengeras suara, berbahasa Indonesia yang fushah, “Ayo… ayo… kurma ajwa rasul, 1kg 200.000 Jokowi halal… ayo 50 Real, 200.000 Jokowi halal…”. Begitu mereka menawarkan tak henti2nya. Seru sekali…

City Tour di Madinah

Saya memantau saja. Mereka, ibu-ibu khususnya seperti kegirangan, menemukan barang yang dicari. Mereka membelinya tak peduli dengan bobot koper maksimal yang diperbolehkan. Yang kurma ajwa, yang kurma muda, yang kurma mentah, maupun kurma-kurma biasa. Pokoknya beli, untuk jajan haji, dari Arab Saudi.

Namun demikian, ada juga jamaah yang juga ikutan berkeliling, di sepanjang koridor toko itu yang memanjang dan menyamping, hanya melihat-lihat semua jenis kurma yang ada, sembari icip-icip masing-masing jenis 1-3 buah. Kalau setiap jenis 1-3 buah, sampai rampung bisa habis 0,5kg. Lumayan. Baca juga: Haji Riang Gembira 2023 Part 15: City Tour dan Evaluasi Haji

Seru sekali kesibukan yang terjadi di pasar kurma ini, hingga waktu setengah jam yang disediakan harus membengkak menjadi 1 jam lebih. Itupun, ketika jamaah kembali menuju ke bus, masih ada saja yang kepincut nambah belanjaannya, kurma muda, 1kg 5 réal. Berkhasiat ini dan itu.

Masjid Quba

Destinasi kedua adalah masjid Quba. Masih di sekitaran Madinah al Munawwarah. Berjarak kira-kira 5km dari masjid Nabawi. Masjid Quba adalah masjid pertama yang dibangun oleh Nabi Muhammad saw.

Ada satu riwayat yang mengatakan bahwa shalat di masjid Quba itu pahalanya seperti melaksanakan umrah. “Barangsiapa bersuci di rumahnya, lalu mendatangi masjid Quba, dan ia shalat di dalamnya, maka baginya pahala seperti pahala umrah” (HR. Tirmidzi).

Masjid Quba dibangun pada tahun 622M atau tahun pertama hijiriyah. Masjid ini dibangun oleh Nabi Muhammad saw atas dasar taqwa sebagaimana tersebut di dalam al-Quran surat al-Taubah, 108. Masjidnya memang keren, anggun, dan kokoh. Menaranya ada beberapa buah di pojokan, cukup tinggi, mencolok.

Bus berhenti di parkiran masjid Quba, dan jamaah buru-buru keluar menuju masjid untuk melaksanakan shalat dhuha dan shalat-shalat yang lain. Saya tidak menanyakan shalat apa saja yang mereka lakukan.

Mungkin pertama mereka shalat tahiyatul masjid, lalu shalat dhuha 4, 6, sampai 8 rakaat. Tapi yang jelas bukan shalat dhuhur karena waktunya masih pagi, jam 07.00an. Juga pasti bukan shalatullail. Lha wong siang-siang kok shalat malam, ya nggak mungkin. Ada juga yang sekedar menanyakan, toiletnya di mana…

Spirituality Tour di Madinah

Jabal Uhud

Usai sudah mengunjungi masjid bersejarah ini. Waktunya tidak terlalu membengkak seperti saat berada di pasar kurma. Bus terus bergerak menuju destinasi berikutnya, yaitu jabal Uhud atau gunung Uhud.

Jabal Uhud juga merupakan situs bersejarah bagi umat Islam. Di jabal Uhud ini, umat Islam mengalami kekalahan dalam perang melawan kaum kafir Quraisy yang dipimpin oleh Khalid bin Walid. Jumlah umat Islam saat itu memang kalah jauh dibandingkan dengan kafir Quraisy.

Di dalam perang uhud, arahan dan instruksi Nabi tidak dilaksanakan sepenuhnya oleh pasukan. Mereka melanggar perintah Nabi untuk tidak turun gunung. Mereka kepincut oleh bayangan bakal memperoleh harta pampasan perang yang banyak di bawah.

Padahal ini memang taktik perang yang dilancarkan oleh panglima perang kafir Quraisy, Khalid bin Walid. Sehingga di dalam perang ini, Nabi mengalami luka yang cukup. Bahkan paman Nabi, sayidina Hamzah mati shahid di medan perang. Beliau dimakamkan di Uhud bersama para shuhada yang lain.

Di kemudian hari, Khalid bin Walid memeluk Islam dan dijadikan komandan pasukan oleh Nabi Muhammad saw atas kelihaian dan kecerdikannya di setiap kali memimpin pasukan. Tak heran kalau beliau dijuluki sebagai saifullah (pedang Allah).

Masjid Qiblatain

Bus terus melanjutkan perjalanan ke destinasi berikutnya, yaitu masjid Qiblatain. Masjid Qiblatain atau masjid dua qiblat. Disebut masjid Qiblatain karena saat itu, ketika Nabi Muhammad saw sedang melaksanakan shalat dengan menghadap ke arah Baitul Maqdis, turun wahyu agar arah kiblat itu adalah Ka’bah di Makkah al Mukarramah, bukan lagi Baitul Maqdis atau Masjidil Aqsha di Yerussalem.

Sejak saat itu, hingga sekarang, semua muslim wajib melaksanakan shalat dengan qiblat menghadap ke arah Ka’bah di Makkah al Mukarramah. Ka’bah adalah satu-satunya arah kiblat bagi muslim ketika shalat. Tidak ada yang lain. Jadi tidak sah shalat seseorang kalau ia menghadap ke Masjidil Aqsha misalnya. Apalagi menghadap ke Monas di Jakarta.

Di masjid Qiblatain ini, bus tidak berhenti. Bus hanya melewatinya saja pelan-pelan. Pemandu menjelaskan sedikit sejarah masjid ini sebagaimana keterangan di atas. Masjidnya juga keren, besar. Sekarang sedang diadakan perluasan. Dan perluasannya ke atas jalan. Jadi bawahnya adalah jalan raya, di atasnya adalah perluasan masjid Qiblatain.

Khandaq atau Parit

Bus terus melaju menuju ke destinasi berikutnya, yaitu khandak atau parit. Sejarahnya, pembuatan khandak atau parit ini adalah gagasan dari Salman al-Farisi, orang Parsi yang setelah ketemu Nabi Muhammad saw terus memeluk Islam sebagai agamanya.

Parit dibuat agar musuh tidak bisa memasuki kota Madinah. Musuh hanya mampu berada di luar parit hingga perbekalan mereka habis. Akhirnya Madinah terselamatkan karena gagasan cemerlang dari Salman al-Farisi ini.

Di destinasi ini, bus juga hanya lewat saja, pelan-pelan. Sebetulnya ada masjid, cukup besar, dan beberapa masjid kecil-kecil berjumlah 7 buah di sekitar masjid besar. Masjid kecil-kecil itu namanya Salman Al Farisi, Fatimah Al Zahra, Ali bin Abi Thalib, dan lain-lain. Maka di sini dikenal juga sebagai masjid tujuh. Akan halnya khandak sendiri, sekarang sudah berubah bentuk menjadi jalan raya.

Khandak adalah destinasi terakhir yang diantarkan oleh bus. Dari Khandak bus langsung menuju hotel. Sekira jam 10.00 seluruh agenda city tour usai dan sampai di hotel lagi.

Spirituality Tour: Raudhah

Sorenya dilanjutkan dengan spirituality tour, yakni tour menuju Raudhah dan ziarah makam Nabi Muhammad saw. Untuk tour ini, semua jamaah berjalan kaki. Tour ini dibagi dua tahap. Tahap pertama jam 17.00 untuk laki-laki, jam 23.45 untuk perempuan. Sepertinya spirituality tour ini yang paling fenomenal.

Jadwal mengunjungi Raudhah sudah ditentukan. Berangkatnya memang bareng-bareng satu kloter bahkan dua kloter, 69 dan 70. Tetapi spiritualitas yang dialami ketika berada di Raudhah dan makam Nabi bersifat personal dan individual. Dan karenanya, bisa jadi setiap orang, masing-masing mengalami hal yang berbeda.

Misalnya ini, ketika kami sedang berkumpul bersama-sama dengan teman-teman, dan bercerita tentang Raudhah, semuanya berjalan normal dan wajar-wajar saja. Namun ketika mereka sendirian, ceritanya menjadi berbeda.

Saya kemudian mendekati seseorang yang sudah saya incar. Dia suka wayang. Kalau dia memutar YouTube hampir selalu wayang yang ditonton. Salah satu dalang yang disukainya adalah Ulin, mahasiswa UNUGHA Kesugihan Cilacap yang juga pemenang Aksi Indosiar. Penghayatannya atas wayang cukup mendalam.

Nah, ketika saya tanya bagaimana pengalaman dan perasaannya saat berada di Raudhah, dia menjadi emosional. Beberapa titik air mata turun, semakin banyak, dan semakin banyak hingga tumpah. Saya membiarkannya…tidak ada tissue di dekat saya…

Di antara sedu sedannya itu, dia bilang dalam bahasa Jawa, “kulo mboten saged nyritakaken”. Saya diam, mencoba mengikuti perasaannya. Kemudian tanpa diminta, dia melanjutkan, “kados kepanggih kanjeng Nabi”. Saya serius mendengarkan ceritanya, kadang bergaya termenung, dan… isaknya bertambah…semakin menjadi…

Ya sudah… saya tidak ingin mengganggu keintimannya, dia seolah merasakan kembali kehadiran Nabi saat berada di Raudhah, berdialog dengan Nabi yang dirindukan… (Bersambung ke part 26)

Tentang Penulis

Fahrur Rozi, ketua Lakpesdam PCNU Cilacap, kepala LP2M Universitas Nahdlatul Ulama Al-Ghazali (UNUGHA) Cilacap. (Madinah al Munawwarah, 22 Juli 2023)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button